NovelToon NovelToon
Hanya Sebatas Ranjang

Hanya Sebatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Berawal dari ketidaksengajaan lalu berujung pada pernikahan yang tidak direncanakan. Nadia yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya pada pernikahan yang hanya dijadikan sebagai hubungan sebatas ranjang saja, tak mengira hidupnya akan berubah setelah ia memberi Yudha seorang anak yang diidam-idamkan.

“Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena kita sama-sama saling membutuhkan,” kata Yudha.

“Tapi bagaimana jika kamu yang lebih dulu jatuh cinta padaku?” tanya Nadia.

“Tidak akan mungkin itu terjadi,” sarkas Yudha.

Lantas bagaimanakah kelanjutan hubungan pernikahan Nadia dan Yudha yang hanya sebatas ranjang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Beban Komitmen

Beban Komitmen

Menyusuri koridor rumah sakit, Yudha membawa langkahnya cepat menuju ruangan seorang dokter spesialis, sahabat baiknya. Maura sedang menunggu di ruangan itu. Begitu masuk, dilihatnya Maura sedang mengobrol dengan Rizal.

Perhatian Rizal dan Maura pun langsung teralihkan pada Yudha. Rizal kemudian meninggalkan ruangan, memberi kesempatan pada Yudha. Rizal pergi menemui Elvi yang sedang berbincang dengan dokter kandungan.

“Kamu ini gimana sih, Yud? Kamu sendiri tahu gimana keadaan aku, kenapa kamu malah memberi ijin ke Mama untuk mendaftarkan kita ikut program kehamilan?” Maura langsung menyemburkan protes pada Yudha dengan suara yang sengaja ia pelankan.

“Aku terpaksa, Ra. Mama memaksa terus, aku tidak bisa menolaknya.”

“Kemarin-kemarin bisa, kenapa sekarang tidak bisa? Apa kamu sengaja agar Mama dan Papa tahu apa yang kita sembunyikan selama ini?”

“Bukan seperti itu, Ra. Aku memang memberikan ijin ke Mama. Tapi bukan berarti aku akan lepas tangan begitu saja. Aku hanya mengikuti kemauan Mama, membiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan agar dia tidak akan merecoki kamu lagi.” Yudha menghela napas sejenak. Kemudian menaruh kedua tangannya di pundak Maura, mengunci tatapan Maura.

“Maafkan aku. Tapi aku sudah minta bantuan Rizal. Nanti dia yang akan mengatur untuk membuat Mama percaya kalau kita benar-benar ikut program kehamilan,” lanjutnya.

Sebelumnya Yudha sudah meminta bantuan Rizal untuk mengatur segala sesuatunya di rumah sakit apabila Elvi datang untuk mendaftarkan mereka ikut program kehamilan. Sekarang pun, Elvi ditemani Rizal berkonsultasi dengan dokter kandungan. Sedangkan Maura beralasan tiba-tiba kepalanya pusing.

“Kalau ketahuan gimana? Terus kalau misalkan tidak pernah ada hasilnya, gimana? Apa kamu juga sudah menyiapkan jawaban untuk itu?” Banyak sekali kekhawatiran Maura jika sampai Elvi tahu segalanya. Maura khawatir mertuanya itu akan menutup King and Queen Hotel yang berdiri di tanah milik orangtuanya di kota B.

Perusahaan tekstil milik orangtua Maura pailit beberapa tahun silam. Mereka kehilangan banyak harta benda mereka dan hanya menyisakan sebuah rumah dan sebidang tanah.

Ditengah krisis keuangan mereka itu, Malik pun menawarkan sebuah kerjasama karena merasa kasihan. Sebidang tanah milik orangtua Maura itu disewa oleh King and Queen Hotel sebagai tempat berdirinya hotel itu dengan sistem bagi hasil. Dari kerjasama itu orangtua Maura pun kembali bangkit dari keterpurukan.

Sebetulnya tidak ada niatan Malik untuk membangun cabang hotel di kota itu. Akan tetapi, demi membantu orangtua dari wanita yang dicintai sang putra, Malik akhirnya mempertimbangkan berdasarkan usul dari sang putra sendiri.

“Kamu jangan khawatirkan soal itu. Semua biar jadi urusanku. Kamu jalani saja hari-harimu seperti biasa. Keinginan Mama itu jangan kamu jadikan beban pikiran. Biarkan saja sampai Mama capek sendiri,” hibur Yudha dari kekhawatiran Maura.

“Keinginan kamu juga kan?”

Yudha terdiam sejenak menatap mata Maura yang menyorot penuh selidik seakan ingin menyelami isi hatinya dari sorot matanya itu. Yudha hanya menghela napas.

“Bohong kalau kamu tidak menginginkan hal itu. Aku tahu, kamu juga ingin sekali punya anak.” Bukannya Maura tidak percaya kalau Yudha sudah ikhlas menerima keadaannya. Hanya saja, baik sikap maupun bahasa tubuh Yudha seolah tidak mencerminkan keikhlasannya. Sorot mata Yudha begitu mendamba ketika pernah beberapa kali tanpa sengaja mereka berpapasan dengan sepasang suami istri yang jalan bersama seorang anak kecil.

“Aku mencintaimu tulus dan apa adanya, Ra. Bukankah sejak awal kita sudah berkomitmen untuk saling menerima apapun keadaan kita?”

Maura mengangguk. Ia memang masih ingat dengan komitmen yang mereka bangun bersama, serta janji setia sehidup semati mereka dahulu.

Namun entah mengapa, setiap kali melihat Yudha, ada sakit dalam dadanya yang Maura sendiri tidak mengerti apa penyebabnya. Maura merasa Yudha sudah tidak sehangat dulu lagi. Terkadang Maura merasa Yudha sudah mulai dingin terhadap dirinya.

“Ya, aku masih ingat. Dan aku tidak akan pernah lupa semua janji-janji manis kamu dulu. Tapi sekarang aku mau tanya sama kamu, apa kamu terbebani dengan komitmen yang kita buat?”

Seketika Yudha salah tingkah. Demi menghindari tatapan Maura, ia kemudian berdiri mendekati jendela. Dari tirai jendela yang terbuka, ia memandangi hamparan pemandangan gedung-gedung yang berdekatan dengan rumah sakit.

Maura ikut berdiri, menghampiri suaminya yang belum menjawab pertanyaannya. Dari sikap Yudha ini, Maura bisa menebak seperti apa isi hati Yudha yang sebenarnya.

“Di luar sana, ada banyak juga pasangan yang belum dikaruniai keturunan. Tapi mereka hidup bahagia,” kata Yudha dengan pandangan lurus ke depan, namun tatapannya terlihat kosong.

“Aku mau kita juga seperti itu.” Kemudian ia menoleh pada Maura yang berdiri di sampingnya.

“Jawabannya bukan itu, Yud. Aku tanya, apa kamu merasa terbebani dengan komitmen kita? Kamu tinggal jawab saja 'iya' atau 'tidak'.”

Yudha memutar posisi untuk berhadapan dengan Maura. Ditatapnya Maura sebentar, kedua tangannya pun terulur kemudian meraih Maura ke dalam pelukannya.

Jawaban yang diinginkan Maura tidak bisa terucap dari bibirnya. Jawaban itu tertahan dalam hatinya, terbelenggu di sudut hatinya yang paling dalam karena tak ingin menyakiti hati Maura.

Perjalanan biduk rumah tangga mereka sudah sampai sejauh ini. Meskipun terkadang kesunyian itu terasa mengelilingi kehidupannya. Tetapi Yudha tidak ingin menjadikan alasan itu untuk mengakhiri perjalanan mereka. Karena janji yang pernah mereka ucapkan dulu untuk saling menemani sampai rambut memutih.

“Yud, kamu tidak perlu menyembunyikan apapun dariku. Aku lebih senang kalau kamu jujur,” kata Maura pelan dalam pelukan Yudha.

“Aku mencintaimu, Ra. Itu jawabanku yang paling jujur.”

Maura menghela napas. Entah mengapa kalimat itu malah membuat sesak di dada. Kalimat yang menjadi jurus pamungkas Yudha untuk menenangkan hatinya.

Maura sudah hendak berkata lagi saat pintu ruangan terbuka. Sosok Rizal terlihat datang bersama Elvi.

Raut wajah Rizal langsung berubah saat melihat Maura dipeluk Yudha. Ia terlihat sedikit salah tingkah. Sesekali melirik Maura, tetapi kemudian mengalihkan pandangan. Seolah pemandangan itu mengganggunya.

“Sudah beres. Untung saja ada Dokter Rizal. Kalian sekarang sudah bisa ikut program kehamilan. Jadwalnya nanti akan diberikan Dokter Rizal. Oh ya, gimana keadaan kamu, Maura? Masih pusing?” tanya Elvi.

Maura menarik diri dari pelukan Yudha. Ia menoleh pada Rizal sebentar. “Sudah agak mendingan, Ma. Tadi sudah dikasih obat sama Dokter Rizal,” kilahnya.

Rizal menarik senyuman tipis. Turut membenarkan apa yang dikatakan Maura. “Maura sudah tidak apa-apa, Tante. Dia hanya sedikit kelelahan saja. Mungkin juga dia terlalu banyak pikiran. Istirahat sebentar juga pasti sembuh.”

“Tuh kan, Mama bilang juga apa. Kalian sih, ngeyel kalau dikasih tahu. Kamu itu harus banyak istirahat Maura. Kamu juga Yud, perhatikan dong istrimu,” omel Elvi.

Yudha hanya menghela napas. Kemudian menoleh pada Rizal, menaruh tangannya di pundak Rizal.

“Makasih ya, Zal. Dan maaf sudah mengganggu waktumu,” kata Yudha pelan.

Rizal mengulum senyuman tipis. “Sama-sama, kawan. Kalau butuh bantuan lagi, hubungi aku.”

“Oke. Kapan-kapan kalau kamu ada waktu kita meet up.”

“Kapanpun kamu mau, aku pasti bisa meluangkan waktu.”

Persahabatan Rizal dan Yudha yang sudah lama terjalin itu membuat hubungan mereka sudah layaknya seperti saudara. Apalagi mengingat jasa orangtua Yudha kepadanya, membuat Rizal merasa sangat berhutang budi. Jangankan waktu, bahkan seseorang yang dicintainya pun sanggup Rizal relakan untuk sahabatnya itu.

“Ya sudah. Kalau begitu aku pamit ya.”

Urusan sudah selesai. Mereka kemudian meninggalkan ruangan itu. Elvi sudah berjalan lebih dulu, menyusul Yudha dan Maura yang menoleh ke belakang sejenak, memandangi Rizal dengan tatapan seperti menghiba, sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan ruangan itu.

Rizal hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam. Tidak ada yang bisa ia perbuat sekarang selain hanya bisa pasrah dan merelakan wanita yang dicintainya hidup bahagia dengan sahabat baiknya. Walaupun kelihatannya hidup mereka tidak begitu bahagia, tetap saja ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan yang baik-baik untuk kehidupan mereka.

-To Be Continued-

1
FT. Zira
aduh... ini Nadia nekat atau selera homornya yg kelwat tinggi sih/Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
inttrogasi calon istri gini amat ya Yud🤭🤭
FT. Zira
kode keras ini namanya/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
FT. Zira
mirisnya jadi bawahan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
aku dukung Yudha untuk berpaling/Smug//Smug//Smug/
FT. Zira
keseringan ngalah sama aja bunuh diri dirimu Yud😮‍💨
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Maura sok paling tersakiti...
Elisabeth Ratna Susanti
wah parah nih cowok
Elisabeth Ratna Susanti
wah mulai gaswat nih
🌞MentariSenja🌞
maukah kamu menjadi pacarku?
🌞MentariSenja🌞
ya gak salah klo nanti Yudha berpaling, aku dukung mlh.
ngomong rindu tp giliran diladeni ngomong capek ngantuk, kan pengin /Hammer//Hammer//Hammer/
🌞MentariSenja🌞
cinta jgn menjadikan kamu bodohlah Yud
🌞MentariSenja🌞
padahal katanya sakitnya gak ketulungan klo on fire to gak tersalurkan ...eeh ngomong apa sih 🤭🤧
FT. Zira
bahaya ini.. yg di tangan siapa pikirannya siapa🤧🤧
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): udah mulai berhalusinasi dia🤭🤭 saking terlalu lama puasa
total 1 replies
FT. Zira
ketika cinta mulai bersemi😙😙
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): belum cinta sih, lbh ke tertarik saja
total 1 replies
FT. Zira
yakin.. minta maaf.. bukan minta nambah.. ehhh🤭🤭🤭
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 😅😅😅😅 emang boleh nambah🤭🤭
total 1 replies
Mutinah Soheh
istri sudah selingkuh dengan dokter...
suami mulai ada tanda tanda dengan bawahnya....klop deh
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 🤧🤧🤧begitulah godaan kk
total 1 replies
🌞MentariSenja🌞
benerlah tolak aja, wong egois gitu...
🌞MentariSenja🌞
duh, lancar bgt bohongnya
🌞MentariSenja🌞
yaelah, mencumbu istri bayangin wanita lain, jadi takut nih...
🌞MentariSenja🌞: bangg bayiikk /Facepalm/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): ngeri ngeri sedap gimanaaaaa gitu🙄🙄🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!