Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Nathalia
Paginya, Nathalia terbangun di jam lima pagi. Pundaknya terasa nyeri akibat luka yang dideritanya.
Tok... Tok... Tok...
"Iya, sebentar."
Nathalia bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju pintu kamarnya. Rupanya, pembantunya yang mengetuk pintu.
"Silakan sarapan dulu, Nona," katanya.
"Iya, baiklah."
Hari ini, Nathalia bekerja pagi hari. Ia bergegas mandi terlebih dahulu lalu ke kamarnya untuk bersiap-siap. Saat bercermin, Nathalia memperhatikan luka yang ada di pundaknya. Hal itu disebabkan karena terkena sinar laser yang ditembakkan oleh drone. Luka tersebut tampak sedikit mengering. Nathalia kembali membungkus luka itu dengan perban.
Setelah selesai, Nathalia memperhatikan pergelangan tangan kirinya. Lambang tersebut sudah hampir jelas. Memunculkan warna merah muda, sepertinya sedikit lagi akan menjadi berwarna merah seutuhnya.
Selesai bersiap-siap, Nathalia ke bawah, sarapan lalu berangkat.
Sampai di Rott Restaurant, sudah ada Kylo. Ia sedang menghidupkan tiga robot pembantu dan beberapa mesin di sana. Kylo menoleh ke belakang karena menyadari kehadiran Nathalia.
"Sepertinya hanya kita berdua saja yang bekerja hari ini," kata Kylo.
"Kok bisa?? Bagaimana dengan yang lainnya?? Kemana mereka??" Tanya Nathalia.
"Kemarin, mereka menghadiri acara pesta pernikahan salah satu karyawan sini sampai tengah malam. Alhasil, mereka yang masuk pagi masih tertidur pulas dan tidak masuk," jelas Kylo.
"Lalu, siapa yang akan memasak makanan??"
"Apa kau tidak lihat ini??" Tanya Kylo seraya menunjukkan tiga robot pembantu.
"Mereka yang akan memasak??" Tanya Nathalia tidak yakin.
"Kau tak percaya?? Nanti kau akan tau sendiri." Nathalia diam saja lalu membantu Kylo.
Kylo menjelaskan bahwa robot tersebut dibuat berdasarkan kemampuan orang aslinya. Maksudnya adalah robot tersebut tiruan dari koki di Rott Restaurant. Kemampuan koki di sana direkam menggunakan suatu alat lalu data rekaman dimasukkan ke dalam robot itu. Ketika dihidupkan, robot tersebut dapat melakukan pergerakan sesuai dengan data rekaman.
Nathalia mengangguk mengerti. Robot tersebut digunakan saat terjadi hal seperti ini. Sehingga mereka tidak perlu susah-susah mencari pengganti dari tempat lain.
"Nah, mereka sudah mulai bekerja," kata Kylo.
Perlahan-lahan, pelanggan mulai berdatangan. Nathalia sudah terbiasa dengan kondisi tubuh pelanggan di sana. Selama hal itu tidak mengganggunya, Nathalia tidak akan merasa terancam. Sesekali Nathalia mengamati robot-robot itu bekerja. Ia takjub dengan gerakannya yang luwes dan cekatan, seperti koki aslinya.
Sedemikian asyiknya mengamati, Kylo memperhatikannya dari belakang.
"Hei. Kerja."
Nathalia seketika menoleh ke belakang. Ada Kylo sedang berdiri sambil membawa beberapa piring kotor.
"Ok."
Siang hari tiba. Nathalia melihat ada sebuah mobil berhenti di depan Rott Restaurant. Keluarlah seorang gadis bersama pengawalnya. Itu adalah Caroline dan Robert, pengawalnya. Rupanya, Caroline ingin makan siang di Rott Restaurant.
"Selamat datang. Silakan ingin memesan apa??" Kylo menyambut mereka dengan sopan.
Caroline segera memesan makanan. Ia juga melihat keberadaan Nathalia lalu tersenyum manis kepadanya.
"Halo, Nathalia," sapa Caroline.
"Hai juga, Carol," balas Nathalia.
Caroline yang sudah memesan makanan, mengambil meja dekat jendela yang menghadap ke luar. Sembari menunggu, Caroline menanyakan tentang perusahaan ayahnya kepada Robert.
Caroline sangat penasaran dengan proyek yang sedang dikerjakan oleh ayahnya. Robert menjelaskan bahwa itu adalah sistem keamanan untuk mengamankan berbagai ancaman dari luar. Alexander Parvita, ayah Carol merasa bahwa kota Jalundra sering di serang oleh beberapa penjahat dari kota Starville dan kota-kota lainnya. Proyek tersebut dikerjakan di Sky City. Alasannya adalah supaya tidak ada pihak yang mengetahui hal itu.
Nathalia datang membawa pesanan mereka. Caroline mengajaknya berbincang. Karena keadaan sedang sepi, Nathalia bersedia.
"Nathalia, kamu tau?? Perusahaan ayahku sedang membuat beberapa baju armor untuk petugas keamanan pakai. Armor itu sangat canggih. Tahan peluru, api, ledakan, senjata tajam dan banyak lainnya. Hanya saja ada kelemahannya. Armor tersebut memiliki daya inti yang letaknya berada di tengah-tengah. Jika itu hancur maka armor tidak akan berfungsi lagi. Ayahku sedang berpikir bagaimana melindungi intinya itu," jelas Caroline dengan semangat.
"Wah, bagus kedengarannya. Jalundra akan semakin aman," kata Nathalia menanggapi.
"Pastinya. Itu harapan ayahku. Nih, dia ini, kemarin pergi ke sana untuk memeriksa proyek tersebut. Rupanya baru berapa persen saja. 50 saja belum ada," kata Caroline sambil menunjuk kepada Robert.
"Butuh usaha lebih untuk mewujudkannya, Tuan Putri," kata Robert seraya melepas maskernya.
Nathalia mengamati wajahnya. Ada tiga luka goresan di pipi kirinya. Nathalia mengerinyitkan dahinya. Pasalnya, luka itu seperti luka yang ada pada si pria misterius kemarin malam. Nathalia yang menorehkan goresan tersebut kepada pria itu.
"Ada luka di wajah Anda," kata Nathalia kepada Robert.
"Iya," jawab Robert dengan singkat.
"Bagaimana luka itu bisa ada di sana??" Tanya Nathalia. Wajahnya terlihat menaruh kecurigaan terhadap Robert.
"Ah, dia ini. Memang begitu. Katanya saat memeriksa proyek tersebut dia sempat menguji coba melawan beberapa karyawan yang memakai armor itu. Dia sendiri tidak memakai armor. Tangan kosong. Alhasil, jadi begitu," jelas Caroline sembari menyantap makanannya.
"Hmm, begitu," kata Nathalia. Ia masih menatap Robert.
"Bukankah kemarin malam Anda sedang berada di rumahnya??" Tanya Robert.
"Iya, betul sekali. Kemarin kemana kamu, Nathalia?? Sudah pulang ya?? Aku ketiduran, huh kesal sekali. Menunggumu bangun aku sampai ketiduran. Tetapi, kamu sudah minum minuman hangat yang aku buat, kan??" Tanya Caroline.
"Iya tentu. Maaf ya, kemarin tidak pamit," kata Nathalia.
"Tidak sopan sekali pergi tanpa pamit kepada yang punya rumah," kata Robert sembari menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.
"Aku harus bekerja pagi-pagi. Tidak enak juga membangunkan dia yang sedang tidur nyenyak. Lagipula, semalam aku sedang ada masalah sehingga pulang ke rumah dengan terburu-buru," kata Nathalia.
"Apa itu?? Ada apa??" Tanya Caroline penasaran.
"Hmm, ada beberapa drone menyerangku," kata Nathalia sembari melirik kepada Robert. Robert hanya diam saja.
"Huh, itu pasti penjahat yang menggunakan teknologi ayahku. Untungnya, ayahku cepat mengambil tindakan. Sekarang sedang menyelidiki siapa pelakunya," kata Caroline kesal.
"Ya. Aku harap pelakunya dapat ditangkap dengan mudah."
Setelahnya, Nathalia diminta bantuan oleh Kylo meletakkan beberapa pesanan pada drone untuk dikirimkan ke alamat pelanggan.
"Anak itu. Bisa-bisanya mengancamku. Haha. Mari kita lihat saat hari ulangtahunnya. Akan ada kejutan kecil untukmu," batin Robert.
"Pak Robert, Anda tidak makan??" Tanya Caroline. Robert mengamati piring Caroline yang sudah bersih, sudah disantap habis olehnya. Robert yakin Caroline mengajukan pertanyaan itu mengisyaratkan bahwa ia masih lapar. Biasanya seperti itu.
"Untuk Anda saja," kata Robert sambil menyerahkan piringnya kepada Caroline.
Sesuai dugaannya, Caroline menerima dengan senang hati lalu menyantap makanan itu.
Sembari menunggu Caroline selesai makan, Robert memperhatikan Nathalia yang sedang bekerja. Ada sesuatu yang sedang ia rencanakan di dalam pikirannya.
"Oh, ada pesan dari ayah. Sepertinya kita harus pergi ke Sky City. Ayo," ajak Caroline.
"Nathalia, terimakasih makanannya ya," sambung Caroline kepada Nathalia.
"Ok."
"Mohon datang kembali nanti," kata Kylo. Ia melirik tajam kepada Nathalia.
"Baiklah." Caroline dan Robert sudah pergi.
"Nathalia, apa-apaan itu?? Kau menjawab 'ok' saja??" Tanya Kylo kesal atas jawaban Nathalia barusan.
"Tidak apa-apa. Aku sudah berteman baik dengannya," jawab Nathalia.
"Tidak perduli kau mau berteman atau tidak, dia adalah pelanggan," kata Kylo.
"Baiklah. Dimengerti."
Tak lama berselang, Brandon dan Floryn tiba. Kylo tersenyum tipis melihat kedatangan mereka.
"Kukira kalian tidak akan masuk hari ini," kata Kylo kepada mereka berdua.
"Tadinya gak mau masuk. Tetapi kasihan juga kalau kalian berdua sampai malam. Hoaaamm..." Brandon terlihat masih mengantuk. Beberapa kali ia menguap. Begitu juga dengan Floryn.
Hal itu berpengaruh terhadap pekerjaan mereka. Brandon dan Floryn sering bertubrukan satu sama lain. Akibatnya, banyak pesanan terjatuh ke lantai. Kylo menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah laku mereka.
Nathalia berbeda sendiri. Ia tampak memikirkan, siapa pria misterius yang menyerangnya kemarin malam. Pelaku sementara adalah Robert karena ada luka tiga goresan di pipi kirinya.
"Halo, Nathalia. Jangan bengong begitu."
Nathalia terperanjat melihat ada Brandon di hadapannya. Tangan Brandon melambaikan tangannya di hadapan wajah Nathalia sembari tersenyum.
"Hmm, kamu menghalangi pandanganku," kata Nathalia dengan nada datar.
"Ah, hahaha. Iya iya. Maaf ya," kata Brandon sambil tertawa.
"Hey, Brandon. Bisa bantu aku??!!" Floryn berseru meminta bantuan kepada Brandon. Ia tampak kesulitan memasang pot bunga yang baru saja datang. Pot tersebut akan diletakkan di atas.
Brandon menoleh ke kanan. Ia tertawa geli melihat Floryn berusaha meletakkan pot tersebut di atas sampai-sampai ia harus berjingkat. Padahal, Floryn sudah menaiki di atas bangku demi memudahkannya.
"Ya ya. Aku akan ke sana. Lagipula, tubuh pendek seperti itu mana bisa sampai ke atas. Ada-ada saja," ledek Brandon lalu ia menyusul Floryn.
Di sisi lain, Nathalia membelalakkan matanya saat Brandon menoleh ke arah Floryn yang berada di sebelah kanannya. Di pipi kiri Brandon, ada luka goresan berjumlah tiga, sama persis dengan pria misterius kemarin malam.
Nathalia sedikit mencurigai Brandon. Tubuhnya hampir sama seperti pria tersebut. Namun, di satu sisi, Robert memiliki tubuh yang sama juga. Ada luka goresan yang sama di pipi kiri keduanya. Nathalia kebingungan dengan hal itu.
Untuk Robert, dia bisa menjelaskan mengapa luka itu ada di pipinya berdasarkan keterangan Caroline. Sebagai majikannya, Caroline pasti mengetahui dan Robert tidak akan berbohong kepada tuannya itu. Untuk kasus Brandon, Nathalia belum menanyakannya. Oleh karena itu, ia berencana untuk menanyakan asal-usul luka tersebut kepada Brandon.
Nathalia melihat Brandon yang sudah selesai membantu Floryn. Nathalia memanggilnya.
"Brandon. Bisa kamu kemari sebentar??" Pinta Nathalia.
"Ya tentu." Brandon hendak menghampiri Nathalia namun Floryn minta dibantu turun oleh Brandon. Dengan suara manjanya, Brandon menuruti saja. Nathalia sedikit risih dengan tingkah Floryn yang manja seperti itu. Menurutnya, Floryn seharusnya dapat turun sendiri tanpa bantuan Brandon.
"Ya, ada apa Nathalia??" Tanya Brandon. Floryn ikut berada di sampingnya.
"Soal luka itu, kenapa pipimu bisa terluka??" Tanya Nathalia langsung pada intinya.
"Eeee... Ini... Hmm... Hehe, bagaimana aku menjelaskannya ya?? Hmm... Tak usah dibahas lah," kata Brandon dengan gugup.
Tingkah lakunya membuat Nathalia tambah curiga kepadanya.
"Apa kamu diserang??" Tanya Nathalia menyelidik.
"Eee... Hehehe. Gak kok. Sebenarnya iya. Tetapi gak juga. Apa namanya," jawab Brandon. Tampak dari jawabannya sedikit berubah-ubah, tidak pada satu jawaban saja. Nathalia sedikit yakin bahwa Brandon adalah orang sosok dibalik pria misterius itu.
"Hmm, sepertinya itu karena serangan. Siapa menyerangmu??" Tanya Nathalia.
"Hmm, wanita. Ah, tidak. Sepertinya dia masih gadis. Entahlah gimana kejadiannya tetapi ya begitu. Dia menyerangku lalu aku membalasnya malah begini, hehe," jawab Brandon sambil menyeringai.
"Lemah sekali terhadap wanita," kata Kylo meledek Brandon.
"Sembarangan. Gadis itu bukan gadis biasa, kau tau?? Dia mempunyai kemampuan hebat dalam bertarung. Aku saja yang bisa beladiri tidak mampu mengimbanginya," kata Brandon.
Nathalia menatapnya tajam. Brandon sedikit ketakutan dengan tatapan itu. Namun, dua orang temannya tampak tidak perduli. Floryn dan Kylo asik berbincang sendiri, walaupun hanya Floryn saja yang berbicara sedangkan Kylo mendengarkan dan diam.
"Ada apa??" Tanya Brandon dengan nada pelan kepada Nathalia.
"Tidak apa-apa. Sepertinya sudah waktunya untuk pulang," jawab Nathalia.
"Kamu tidak pulang, Kylo??" Tanya Nathalia.
"Ya."
"Hei, aku sedang berbicara. Tidak sopan jika pergi saat ada yang berbicara denganmu," kata Floryn. Kylo hanya diam saja lalu pergi mengambil tasnya dan pulang. Nathalia juga pulang setelah Kylo pergi.
"Huh, apa dia akan betah mendapat rekan kerja seperti itu??" Tanya Floryn kepada Brandon.
"Siapa??" Tanya balik Brandon tidak mengerti.
"Nathalia. Apa dia betah kalau dapat rekan kerja seperti Kylo??" Tanya Floryn mengulang pertanyaannya dengan jelas.
"Entahlah. Semoga saja bisa. Aku hanya memikirkan, kenapa dia menatapku seperti itu??"
"Maksudnya??" Tanya Floryn.
"Dia menatapku dengan tajam. Mengerikan. Seolah-olah, dia ingin menerkam ku," kata Brandon sambil bergidik.
"Haha, berlebihan sekali. Biasa sajalah. Dia anak baik kok," kata Floryn sembari tertawa.
Perjalanan pulang, Nathalia menimbang-nimbang siapa pelaku yang sebenarnya. Antara Robert atau Brandon. Dari jawaban Brandon, sepertinya ia adalah pelakunya. Jawaban yang tidak tetap pada satu jawaban membuat Nathalia yakin bahwa pelakunya adalah Brandon.
Namun, di sisi lain, hanya Robert saja yang mengetahui dimana rumah Caroline. Brandon tidak tahu-menahu tentang rumah Caroline. Pertemuan mereka berdua saja hanya di restoran tersebut. Caroline sesekali senang berkunjung ke sana untuk makan.
Jika memang Brandon adalah pelakunya, bagaimana ia bisa mengetahui alamat rumah Caroline?
Namun, jika Robert adalah pelakunya, mengapa ia sangat ingin membunuhnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus berkecamuk di dalam pikiran Nathalia. Apalagi dari gaya bertarungnya, pria misterius tersebut memang benar-benar ingin menghabisi nyawanya saat itu juga.
Sesampainya di rumah, Nathalia mencoba melupakannya dengan cara duduk merenung di atas atap rumahnya. Nathalia memandangi langit lalu melihat kalungnya. Ia bingung dengan kostum jubah tersebut selalu muncul dengan ditandai batu permatanya bersinar terang berwarna merah. Bahkan saat sudah terpakai pun, batu tersebut masih bersinar walaupun tidak seterang sebelumnya. Lalu saat kostumnya terlepas, batu permatanya tidak lagi bersinar dan kembali seperti sediakala.
Hal itu lupa ia tanyakan kepada The Ghost dan Arumi. Saat menanyakannya kepada Anne, bibinya itu tidak mengetahui apa-apa. Bibinya justru mengira batu permata tersebut bersinar saat terkena pantulan cahaya matahari. Hal itu tidak masuk di akal Nathalia. Walaupun tidak ada matahari, batu permata tersebut tetap dapat bersinar.
"Nona ! Apa yang Anda lakukan di sana??!"
Nathalia terkejut dengan suara pembantunya yang mengetahui keberadaan dirinya. Dengan sigap, ia langsung melompat turun tanpa alat apapun. Pembantunya berteriak kuatir sambil memejamkan matanya saat Nathalia terjun.
Saat membuka matanya, ia bersyukur Nathalia dalam keadaan baik-baik saja. Setelahnya, ia memarahi Nathalia.
"Apa yang Nona lakukan?? Itu bahaya sekali. Tinggi lho ini. Apa kaki Nona baik-baik saja?? Tidak ada cedera kan?? Jangan begitu Nona. Jika ada sesuatu yang terjadi pada Anda saya yang akan dimarahi oleh ibu Arumi. Bisa-bisa, saya diamuk olehnya. Keselamatan Nona ada ditanganku."
Nathalia hanya mendengarkan saja selama pembantunya berbicara seperti itu.
"Iya, maaf. Aku aman-aman saja. Lagipula, sudah biasa," jawab Nathalia.
"Lain kali jangan diulangi. Kalau ketahuan oleh ibu Arumi, saya bisa diamuk olehnya," kata pembantunya.
Nathalia mengangguk mengerti. Pembantu itu mengajak Nathalia masuk ke dalam untuk makan malam.
Nathalia berhenti sejenak. Ia mendongakkan kepalanya ke atas atap. Nathalia bingung sekaligus heran, mengapa ia dengan mudahnya terjun tanpa menggunakan alat pistol katrol? Ditambah, tidak ada cedera yang dialami saat sudah mendarat di tanah.
Mungkin karena terdesak. Makanya tiba-tiba aku mendadak jadi jago.