Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 017. Perbincangan Panas Part. 1
Begitu sampai di depan peti mayat Andre Barnett, Andreas serta Nyonya Monika melakukan ritual persembahyangan terhadap mayat beberapa saat lamanya.
Setelah itu Nyonya Monika langsung menghampiri Nyonya Heliana yang tidak jauh dari situ. Memberi motifasi agar tetap bersabar setelah mengucapkan kalimat-kalimat belasungkawa.
Menasehatinya dengan nasihat-nasihat yang baik setelah memeluknya dengan penuh kesedihan.
Sedangkan Andreas tetap berada tidak jauh dari tantenya. Sebelumnya juga sempat mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Andre dengan hati yang perih.
Sebenarnya Andre yang berada dalam jasad Andreas tidak ingin datang lebih awal untuk bertemu kedua orang tuanya. Namun takdir juga yang menentukan, dia sudah berada di sini, menyaksikan jasadnya sendiri yang terbaring kaku di dalam peti mati.
Sejurus lamanya dia menatap peti mati itu. Raut wajahnya serta sorot matanya melukiskan kesedihan yang ama dalam. Mengingat kembali kematiannya yang menyedihkan, mengingat kembali kematian Andreas yang amat tragis.
Ibunya, Nyonya Heliana, cuma sebentar melihatnya yang ada dalam jasad Andreas. Selebihnya dia sudah sibuk dengan sahabatnya, Nyonya Monika.
Adiknya, Natasha kini masih menatapnya dengan sorotan asing, tapi sekaligus merasa aneh.
Rasa penasaran tentu saja meronta liar dalam benaknya tentang diri pemuda yang baru kali pertama dilihatnya itu. Kenapa seperti ada aura kakaknya terlihat dalam diri pria tampan itu.
Pak Anderson sebenarnya sempat memperhatikan Andreas. Tapi sekarang dia sudah sibuk lagi menghadapi sikap peremehan serta penghinaan yang dilontarkan oleh kakaknya, Pak William dan Pak Hendrick.
Sedangkan Nayshilla yang masih berada di samping Leonard bagaimana ya?
Gadis cantik berambut panjang sebawah bahu itu sebenarnya hendak menghampiri Andreas setelah pemuda itu selesai menyembahyangkan mayat Andre Barnett tadi.
Namun kakaknya, Draven yang ternyata sudah berada di dekatnya langsung menahannya. Dan memerintahkan agar tetap berada di tempatnya, jangan menemui Andreas.
"Dia temanku, Kak," protes Nayshilla tidak senang.
"Aku bilang jangan menemuinya, ya jangan!" kata Draven bernada dingin melarang mutlak sambil memelototkan matanya.
Nayshilla langsung memberengut kesal atas pelarangan itu.
Masalahnya dia belum meminta maaf karena kemarin sempat meluputkan Andreas. Masalahnya lagi Andreas amat susah ditemui bahkan belum pernah bertemu saat di luar kampus. Andreas seperti pemuda yang misterius.
Punya kesempatan bertemu lagi dengan Andreas, tapi kakaknya malah melarangnya. Hatinya amat dongkol bukan main.
Untuk membantah kakaknya, dan tetap memaksa hendak menemui Andreas, dia menyadari kalau saat ini mereka masih di ruang public. Tentu akan sedikit menimbulkan keonaran, dan orang-orang pasti akan memperhatikan mereka.
Dia seorang gadis terhormat yang punya tatakrama tinggi dalam keluarganya, jelas tidak menginginkan memalukan hal memalukan di ruang public.
Maka dengan membawa sejuta kedongkolan di hati, Nayshilla meninggalkan Draven, menemui mamanya. Dia tidak hiraukan lagi kakaknya yang seperti sudah terlibat pembicaraan dengan Leonard.
Draven menanyakan tentang siapa itu Andreas kepada Leonard, karena tadi dia sempat melihat Leonard berbicara dengan Andreas yang seperti mengenalnya.
Maka dengan senang hati dan dengan bahasa yang lugas Leonard menuturkan tentang siapa seorang Andreas.
"Dia itu seorang yang nggak guna di keluarga Grayden.... Anak bodoh yang selalu bikin onar di rumah. Kerjanya hanya keluyuran saja ngabiskan duit orang tua...."
Segala cerita buruk tentang Andreas dikemas dalam penuturannya, dan diserap dengan baik oleh Draven.
Sebenarnya Draven hendak bertanya lebih banyak lagi tentang Andreas. Tapi suara papanya, Pak William kembali terdengar menyerang pamannya, Pak Anderson. Maka dia hentikan dulu niatnya, demi mendengar perdebatan yang cukup seru.
★☆★☆
"Sebaiknya kamu cepat memikirkan tentang nasib perusahaanmu, Anderson," kata Pak William dengan sikap angkuhnya. "Aku sarankan, sebaiknya kamu serahkan jabatan CEO secepatnya kepada Draven atau Nayla...."
"Kamu tidak punya pewaris yang handal lagi yang bisa kemu andalkan sekarang...," lanjutnya penuh penekanan dan penghinaan.
Pak Anderson terdiam, tidak lantas membalas ucapan kakaknya yang penuh hinaan itu. Karena dalam hatinya membenarkan perkataan kakaknya, dia tidak punya orang handal lagi yang setara dengan Andre, anaknya.
Sementara dia merasa tidak mampu mengampu perusahaannya seorang diri tanpa orang hebat yang diandalkan.
Apalagi....
"Apa yang dikatakan kakak Anda itu benar, Tuan Anderson," kata Pak Hendrick juga bernada penuh penghinaan, "sebaiknya Anda cepat bertindak terhadap perusahaan Anda. Aku takutnya... Anda tidak bisa lagi bertahan lama melawanku...."
"Karena yang membuat Anda bisa bertahan hingga sekarang adalah putra Anda itu," lanjutnya sambil menunjuk peti Andre. "Tapi putra Anda yang Anda banggakan itu kini sudah terbaring menjadi mayat...."
"Siapa lagi yang Anda andalkan sekarang?"
Mendengar ucapan menyakitkan Pak Hendrick barusan, tambah membuat Pak Anderson seperti mati kutu, seolah tidak bisa membalas ucapan orang tua itu, apalagi ucapan kakaknya.
Dia saat ini masih dalam suasana berkabung. Perasaannya masih terguncang atas kematian putranya. Kondisi pikirannya masih kacau untuk memikirkan hal-hal lain, apalagi memikirkan tentang perusahaan.
Sementara apa yang diucapkan oleh dua orang musuhnya itu, dia tidak bisa membantah kalau hal itu adalah benar. Makanya sampai saat ini dia masih saja terdiam memendam amarah dan kesedihan.
Sedangkan Andreas yang melihat kondisi Pak Anderson amat memahami situasi yang dihadapi orang tua itu.
Maka....
"Sungguh disesalkan.... Sungguh disesalkan...," kata Andreas dengan suara agak keras sambil melangkah menuju peti mati Andre Barnett.
Tentu saja suara sekaligus ucapan Andreas menyita atensi Pak William, Pak Hendrick, Pak Anderson serta orang-orang yang ada di situ. Tidak terkecuali Draven dan Leonard serta Nayshilla.
Maka dengan hampir berbarengan mereka semua memandang ke arah Andreas dengan sorot mata terkejut heran.
Sementara Pak Hendrick, Evelyne serta Leonard makin dalam rasa benci mereka saat kembali memandang Andreas.
"Mau buat onar apa lagi anak durhaka itu?" gumam Pak Hendrick bernada lirih dalam geramnya.
Sedangkan Andreas seperti tidak perduli kalau atensi orang-orang tertuju padanya. Begitu sampai di samping peti mayat, dia mengelus perlahan peti itu sambil berkata seperti mengajak bicara sang mayat.
"Jasadmu belum juga dikebumikan, kawan. Tapi orang-orang tamak tidak sabaran ingin merebut kedudukanmu.... Sungguh disayangkan...."
Baik Pak William maupun Pak Hendrick serta orang-orang yang berhati culas seperti mereka yang merasa tersindir dengan ucapan Andreas semisal Draven dan Leonard, langsung menggeram marah.
Mereka semua menatap Andreas dengan tajam penuh penindasan dan keangkuhan.
Tapi Andreas tetap berkata seakan tidak perduli akan orang-orang di sekitarnya.
"Tapi aku salut padamu, Kawan. Semasa hidupmu yang masih berumur muda, kamu sudah membuat para pengusaha besar gemetar ketakutan dalam menghadapi kehebatanmu....."
"Dan kamu sudah mati pun mereka masih saja gemetar ketakutan, seakan-akan kamu masih berada di tengah-tengah mereka...."
"Sungguh mengagumkan kehebatanmu, Tuan Muda Andre.... Aku salut padamu..., aku sungguh salut...."
Setiap melontarkan ucapannya, sikap Andreas penuh ketenangan, tanpa ada emosi, tanpa tergesa-gesa. Ucapannya juga kalem berpadu dengan keeleganan gerak-geriknya.
Dengan prilaku Andreas yang begitu berbeda, membuat Nayshilla keheranan. Dia seperti melihat Andreas yang lain, bukan seperti Andreas yang selama ini dia kenal, Andreas yang pemalu dan culun yang tidak berani tampil di depan umum.
Tapi dia senang dengan keadaan Andreas yang seperti begitu.
Sama halnya pula yang dirasakan oleh Stephanie yang masih berada di samping kekasihnya, dia makin merasa aneh terhadap perubahan yang tampak pada Andreas.
Dia makin merasa Andreas seperti orang yang berbeda dari yang dia kenal; penakut dan culun.
Lain halnya dengan Pak Hendrick, dia seperti sudah tidak tahan memuntahkan amarahnya pada pemuda yang sudah begitu lancang dan berani menyindirnya.
Maka....
"Hentikan omong kosongmu, anak sialan!" damprat Pak Hendrick dengan berang. "Kau anak durhaka yang selalu saja berbuat onar! Apa kau mau berbuat onar lagi di sini hah?"
Andreas menoleh perlahan pada Pak Hendrick. Tatapannya begitu dingin membekukan. Tapi bibirnya menarik senyum kecil, tapi itu seperti terkesan mengejek.
"Tidak usah berteriak-teriak seperti itu, Tuan Hendrick!" ucap Andreas bernada kalem dan tenang. "Aku takut jantung Anda tiba-tiba berhenti, terus... Anda juga mendadak mati...."
"Bukankah itu tidak menarik, Tuan?!"
"Keparat kau, anak durhaka...!"
"Andre...!"
"Andre..., kenapa kamu sudah berbeda...?"
★☆★☆★
Semoga berkenan....