NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: bbyys

Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.

Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.

Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.

"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.

"Kau adalah milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Hukuman

Tiba-tiba kuilnya runtuh dan hancur. Kini hanya tersisa puing-puing. Bentuk kuil sudah tidak terlihat lagi.

"Berikan padaku." Pria itu menyodorkan tangannya. Sora melihat sebuah batu di genggaman tangannya. Batunya kecil, berwarna merah transparan seperti batu rubi.

"Ukh!" Tiba-tiba telapak tangannya terasa sakit. Sakitnya seperti tertusuk pisau. Tangan Sora memerah, dia melihat warna merah dibatunya perlahan memudar. Lama kelamaan batunya menjadi transparan. Warna berubah seperti warna berlian. Rasa sakit di telapak tangan Sora pun menghilang. Terlihat tanda yang berbentuk seperti bunga di telapak tangannya.

'Kau adalah Akeelah terpilih.'

Tiba-tiba terdengar suara wanita. Sora melihat sekeliling tapi tidak ada siapapun disana.

'Akeelah akan melindungi batu dan menjaga perdamaian.'

Suara itu terdengar seperti ada di dalam kepalanya. "Siapa kau?" tanya Sora. Tapi ia tidak menjawabnya.

'Lindungi batu dan lindungi dunia, Akeelah terpilih.'

Suara itu membicarakan hal yang tak dimengerti Sora. 'Apa yang sebenarnya terjadi?' batin Sora bingung.

"Cepat berikan kepadaku!" Desak Ramsey.

Sora memperhatikan pria itu, ia tampak tak sabaran. Dengan ragu-ragu, Sora mengulurkan batu itu bermaksud memberikannya.

'Jangan berikan batu itu. Dunia akan hancur jika jatuh ke tangan yang salah.'

Suara itu kembali terdengar, nada suaranya tampak khawatir. Sora menarik tangannya tidak jadi memberikannya.

"Jika kau tidak ingin mati, Cepat berikan."

ancamnya. la terlihat akan membunuhnya. Jika dia tidak menuruti kemauannya itu. Akhirnya Sora memberikannya. Ia mengambilnya dengan kasar.

"Krak ... krak ...."

Tiba-tiba batu dipegangannya retak, retakannya semakin lama semakin besar. Cahaya yang sangat menyilaukan keluar dari batu itu.

"Ada apa ini?" Ramsey bingung. la menutupi wajahnya karena cahaya itu terlalu silau. Tiba-tiba batu itu pun pecah. Pecahannya terbang kemana-mana. Seperti cahaya bintang jatuh.

Menyebar ke segala arah. Ramsey berusaha meraih pecahan itu tapi tidak ada satupun yang ia dapatkan.

'Cepat! Ambillah inti batunya.'

Suara wanita itu kembali memandu Sora. Sebuah batu bersinar. Ukurannya sangat kecil, sekecil kacang menggelinding ke arah Sora. Dia segera mengambilnya dan memegangnya dengan erat.

"Apa yang kau pegang?" Ramsey melihat Sora memungut sesuatu. "Apa batu itu? Cepat berikan!" Paksa Ramsey.

Sora menolak untuk memberikannya, ia terus memaksa. Menarik tangannya dengan kasar. Tanpa pikir panjang Sora menelan batu itu.

"Kau sudah gila!" Ramsey mengorek mulut Sora berusaha membuatnya memuntahkan batu itu, tapi batunya tidak mau keluar.

"Apa kau sudah gila? Apa kau tahu batu apa yang kau makan itu?" ucap Ramsey kesal.

Sora menggelengkan kepalanya, dia merasa seperti terhipnotis oleh kata-kata wanita itu. Dia hanya memikirkan cara agar batunya tidak diambil oleh pria dihadapannya ini.

"Batu yang kau makan adalah batu setan. Para monster akan menyadari hawa dari batu itu. Kau akan menjadi sasaran monster itu. Mereka akan mengejar dan menyerangmu demi mendapatkan batu itu." tukas Ramsey.

Sora menelan ludahnya, dia sudah berfikir pendek. Sora tidak bisa membayangkan dirinya dikejar-kejar para monster, dia akan mati. Tubuhnya gemetar karena membayangkan bahaya yang akan dia hadapi nantinya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Sora bingung harus apa.

Pria itu hanya mengangkat bahunya, ia tidak mau tahu. "Itu semua salahmu. Kau yang berbuat, kau yang tanggung sendiri akibatnya." Lalu pria itu berjalan pergi.

"Tunggu!" teriak Sora menghentikan langkah kakinya. "Tolong antar aku kembali." pinta Sora.

Dia itu buta arah. Meski hutannya masih ada didalam kota. Tapi karena saat ini posisi mereka ada di tengah hutan. Pasti akan sulit untuk menemukan jalan keluarnya. Dia tidak mau seperti waktu itu, tersesat di dalam hutan. Apalagi malam sebentar lagi akan datang.

"Aku tidak mau." tolaknya.

"Kenapa? Kau telah membawaku ke sini. Setidaknya, antarkan aku kembali ke tempat dimana ada banyak orang." Rengek Sora. Dia tidak mau kesusahan seperti waktu itu. Takut jika harus berkeliaran di dalam hutan lagi.

"Kenapa aku harus melakukannya? Aku bukanlah orang baik." Mata merahnya memandangi Sora dengan dingin.

"Aku tahu. Tapi sekali ini saja. Tolong antarkan aku kembali."

Sora terus memohon-mohon kepadanya. Pria itu terdiam sejenak tak menjawab permintaan Sora, ia memandangi Sora yang terlihat putus asa.

"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?" tawar Ramsey.

Sora mengerutkan keningnya. "Kesepakatan apa?"

"Aku sedikit tertarik padamu, aku akan mengantarmu keluar dari hutan. Tapi kau harus memberikan darahmu."

"Darah?"

Dengan kecepatan kilat pria itu sudah berada didepan wajah Sora. Nafasnya yang dingin terasa dilehernya.

"Setidaknya aku tidak kembali dengan sia-sia." Bisiknya.

"Tunggu! Apa ini?" la berhenti. la mengendus leher Sora menjalar hingga ke bawah.

"Akh!" Ia menarik baju Sora. Dapat terlihat bekas gigitan di dadanya.

"Kau seorang budak darah." la mengerutkan keningnya. la kembali mengendus bekas gigitan itu. "Dan lagi dari seseorang yang ku kenal."

Ramsey tersenyum menyeringai ke arah Sora. Sora tidak suka melihat senyuman itu. Tatapan seperti memiliki maksud tersembunyi.

"Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya, mungkin aku bisa memberikan hadiah untuknya." ucapnya dengan tersenyum smirk.

"Akh!"

Tiba-tiba Ramsey menancapkan taringnya di leher Sora dengan kasar. Darah muncrat kemana-mana hingga mengotori baju Sora. Ia menghisap darahnya. Terlalu banyak darah yang dihisapnya. Pandangan Sora mulai kabur, tubuhnya melemah. Ramsey melepaskan gigitannya. Sora tidak bisa mempertahankan tubuhnya, dia pun terjatuh terlentang dihadapannya.

"Aku penasaran bagaimana reaksinya, setelah ia menerima hadiah dariku."

Sora mendengar pria itu mengatakan sesuatu, kata-katanya aneh. Dia tidak mengerti apa yang di ucapkannya. Tiba-tiba sebuah lingkaran sihir muncul di bawah Sora. Sebuah cahaya menyelubungi tubuhnya.

"Apa ini?" Cahaya yang sangat terang. Karena saking silaunya, pandangan mata Sora menjadi buram. Tubuhnya semakin lemah, dia tidak bisa mempertahankan kesadarannya lagi. Sora pun tak sadarkan diri.

...****************...

Angin dingin menggelitik tubuhnya. "Ukh ..." rintih Sora. Dia memegangi lehernya yang masih terasa perih. "Dimana ini?" Sora melihat pemandangan sekitarnya yang berubah.

Ternyata dia tertidur di atas bangku besi panjang. Jalanannya paving blok yang rapi. Dengan keadaan yang masih lemas, Sora melangkahkan kakinya. Berjalan memegang pohon sebagai alat bantunya. Berjalan dengan perlahan.

Suara berisik terdengar dari kejauhan. Sora mempercepat langkah kakinya. Didepannya ada banyak orang, dia melihat ada pasangan yang sedang bermesraan serta ada beberapa wanita yang sedang bersenda gurau.

"Aku ada di taman kota." gumam Sora sambil menghela nafas lega. Pria itu tidak mengingkari janjinya, ia benar-benar mengantarnya keluar dari hutan.

Lampu lentera yang remang-remang menyala di sepanjang jalan. Langit malam yang dihiasi bintang-bintang, sudah malam entah berapa lama dia tak sadarkan diri.

"Flora pasti mengkhawatirkanku." Sora pun kembali berjalan menuju ke tempat penyewaan kereta.

"Apa anda bisa mengantarku ke camp pelatihan pemburu monster?" tanya Sora kepada sang kusir. Dia beruntung, masih ada sisa satu kereta yang tersisa.

"Tentu." sahut kusir itu. "Harganya 3 koin."

Sora merogoh kantung bajunya. Mengeluarkan 3 koin perak dan memberikan kepadanya. Sora langsung naik kereta. Langsung diantar kembali ke camp.

Setibanya di camp, Sora melihat Flora yang berdiri di depan pintu camp. Sepertinya sedang menunggunya.

"Sora!" Flora langsung memeluk temannya saat melihatnya tiba. "Kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.

Rambut Sora berantakan, bajunya yang kotor serta ada bagian yang sobek. Dia terlihat sangat kacau.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" ucap Flora ketika ia melihat temannya yang berantakan.

Sora tidak menjawabnya, dia malah menangis dengan kencangnya. Rasa takut yang ditahan sedari tadi akhirnya dia luapkan. Air matanya mengalir dengan derasnya. Sora bisa melihat wajah Flora yang kebingungan.

Flora memeluknya dan mengelus punggungnya, tidak bertanya lagi. la menunggu temannya hingga tenang.

Tangisan Sora menarik perhatian banyak orang. Para pelayan dan prajurit berkerumun di depan gerbang. Semua orang bertanya-tanya apa yang sudah terjadi.

"Ada apa denganmu?" tanya Aldrich datang menghampiri, Sora melepaskan pelukannya, mengelap air matanya yang membasahi wajahnya.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" timpal Myron yang baru datang. la terlihat sangat khawatir.

Sora terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Jika terus ditanya, dia hanya akan terus mengingat kejadian menyeramkan itu dan akan kembali menangis lagi.

"Ini pasti karena Elena!" tuduh Flora. "la meninggalkanmu di kota seorang diri. Aku sudah memperingati mu agar tidak percaya padanya." gerutu Flora.

Sora tahu dia yang bodoh. Berharap Elena sudah tidak jahat lagi tapi dia malah jadi mengalami hal yang sial.

"Sebaiknya kita masuk dulu dan obati lukamu." Aldrich menyadari ada beberapa lula memar di tubuh Sora. Luka memar dipergelangan tangan karena digenggam erat pria itu terlihat sangat jelas.

"Ayo!" Flora memapahnya, masuk kedalam.

Orang-orang saling berbisik.

"Apa yang sudah terjadi padanya?"

"Sepertinya ia mengalami hal yang buruk."

"Aku tidak pernah melihatnya yang berantakan seperti itu."

Orang-orang saling bertanya-tanya, dan saling berfikir macam-macam.

"Sora!" Tiba-tiba Ashley datang menghampiri, Nafasnya terengah-engah, ia berlari kesini. la memandangi Sora dengan matanya yang gemetar.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" tanya Ashley sambil memegangi lengan Sora. Sora bisa merasakan tangannya yang gemetar.

"Ini semua karena Elena." tunjuk Flora ke arah Elena.

"Flora, jangan asal menuduhku." Elena keluar dari tengah-tengah kerumunan.

"Bukankah itu benar. Itu karena kau mengajaknya pergi ke kota lalu meninggalkannya sendirian disana. Jika kau tidak melakukan itu, Sora tidak akan kembali dalam keadaan kacau seperti ini." sambungnya.

"It- tu karena Sora yang memintanya. la sendiri yang menyuruhku untuk kembali duluan." Kilahnya.

Ashley menghampiri Elena dengan tatapan marah. "Kau lagi!" geramnya. "Aku sudah memperingatimu. Tapi, lagi-lagi kau berbuat masalah. Sepertinya aku harus memberimu hukuman."

Elena terintimidasi, tubuhnya gemetaran bahkan hanya dengan mendengar suara Ashley. Marahnya Ashley sangat menakutkan.

"Penjaga! Berikan hukuman 50 kali cambuk kepada gadis ini." perintah Ashley dengan suara keras.

"Cambuk?" Semua orang terkejut. "Elena tidak akan selamat jika dicambuk 50 kali. la bisa mati."

"Ada apa ini? Elena?" Tiba-tiba Madam Cyra datang. Wajahnya tampak kebingungan karena keramaian ini. Apalagi ia melihat Elena yang gemetar ketakutan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya.

Diceritakannya apa yang sudah terjadi, tentang Elena yang berusaha mencelakai Sora dan Ashley ingin menghukumnya dengan hukuman cambuk.

"Jendral, tolong ampuni gadis ini." Madam Cyra berlutut memohon ampun. "la hanya gadis manja yang belum dewasa."

"Aku sudah memperingatinya dan memperingati anda madam, seharusnya anda menjaga keponakan anda dengan benar." tukas Ashley.

"Saya berjanji kepada anda, akan saya pastikan Elena tidak akan melakukannya lagi." Mohonnya. "Sora, aku tahu kau anak yang baik. Tolong maafkan Elena."

Sora baru pertama kali melihat Madam yang biasanya tegas, kini bertekuk lutut meminta ampun.

Wajahnya yang cemas dan khawatir. Sora melayangkan pandangannya ke arah Elena, wajahnya sangat ketakutan. Sepertinya ia tidak menyangka apa yang sudah ia lakukan, akan berdampak buruk seperti ini.

'Hukuman cambuk itu memang berlebihan. Tapi, jika Elena dibiarkan saja, ia akan semakin melunjak dan bisa saja dia berbuat lebih jahat lagi.' batin Sora.

Sora bingung harus berbuat apa. Disatu sisi dia merasa tidak enak melihat Madam yang memohon-mohon, dilain sisi dia tidak ingin Elena semakin besar kepala.

"Jika anda mencambuknya, ia akan mati. Jadi lepaskan Elena atau usir saja dia dari sini." tawar Sora.

"Lagi-lagi kau begini. Kau terlalu baik. Kau selalu membiarkannya hingga membuatnya besar kepala dan terus mengganggumu."

"Aku hanya tidak ingin ada yang mati karena diriku." timpal Sora. "Sepertinya, mengusirnya dari sini sudah sepadan."

"la mungkin akan kembali mengganggumu bahkan di luar sana. Apa kau yakin?"

"Yakin." Sora menganggukkan kepalanya dan memandangi Ashley dengan tatapan penuh keyakinan.

"Baiklah kalau itu maumu." sahutnya. Ashley menghadap ke arah Elena. "Kau beruntung lagi, aku akan mencabut hukuman cambuknya. Tapi, mulai hari ini kau di keluarkan dari camp ini. Dan jangan harap bisa kembali lagi."

"Tidak!" tolak Elena histeris. "Anda tidak bisa mengeluarkan saya dari sini. Ini tidak adil." Protesnya.

Elena tidak intropeksi dirinya. la sudah dibebaskan dari hukuman cambuk dan hanya dilakukan pengusiran tapi ia tidak terima.

"Elena, hentikan! Jendral sudah berbaik hati kepadamu. Ini adalah penyelesaian yang terbaik." tahan Madam.

Madam menghentikan emosi Elena yang tidak terkendali, ia tahu kalau melawan perkataan Ashley nasib yang lebih buruk akan datang padanya.

"Tapi ..." Elena tetap tidak bisa menerimanya. Madam memandanginya, seolah berkata jangan berbuat aneh lagi.

Akhirnya Elena menuruti. la kembali ke kamarnya, merapikan barang-barang miliknya dan pergi malam itu juga. la pergi diantar madam menggunakan kereta kuda.

1
Aksara_Dee
sampai sini dulu ya Thor, nanti lanjut lagi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!