Di kehidupan sebelumnya, Duchess Evelyne von Asteria adalah wanita paling ditakuti di kerajaan. Kejam, haus kekuasaan, dan tak ragu menyingkirkan siapa pun yang menghalangi jalannya. Namun, semuanya berakhir tragis. Pengkhianatan, pedang yang menembus perutnya yang tengah mengandung besar itu mengakhiri segalanya.
Namun, takdir berkata lain. Evelyne justru terbangun kembali di usia 19 tahun, di mana ia harus menentukan jodohnya. Kali ini, tekadnya berbeda. Bukan kekuasaan atau harta yang ia incar, dan bukan pula keinginan untuk kembali menjadi sosok kejam. Dia ingin menebus segala kesalahannya di kehidupan sebelumnya dengan melakukan banyak hal baik.
Mampukah sang antagonis mengubah hidupnya dan memperbaiki kesalahannya? Ataukah bayangan masa lalunya justru membuatnya kembali menapaki jalan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Kekejaman Evelyne
“Anda pikir menikahi saya akan mudah?” Evelyne tersenyum penuh arti, Piter tahu maksud Evelyne.
“Terserah Anda, bagaimana bila saya sebarkan rumor bila Anda tengah mengandung anak saya sekalian?” tambah Piter tak kalah liciknya dari Evelyne.
Mata Evelyne terbelalak mendengarnya, dia tak menyangka akan mendapat serangan balik yang membuatnya kalah telak.
“Hai, itu harga diriku, Tuan!” cibir Evelyne tak terima. Piter terkekeh dan mereka akhirnya sampai di depan kediaman Astria. Dengan sopan, Piter mengantarkan Evelyne dan berpamitan pulang.
Seperti yang sudah diramalkan oleh Evelyne, pagi itu kekacauan dikta terjadi. Kabar mengenai pembatalan pernikahan antara Pangeran Mahkota dan Putri Diana menyebar dengan luasnya. Tentu saja, alasan skandal yang menjerat Diana juga tak luput dari sorotan.
Selain itu, kematian dari penjaga juga menyisakan tanda tanya besar. Namun berkat pria asing yang melayani Putri Diana, akhirnya mereka menemukan pelaku pembunuhan tersebut.
Mendengar kabar tersebut, Kerajaan Arvis—di mana Putri Diana berasal—murka mendengar kelakuan putri mereka. Mereka tak ingin menerima putri yang sudah menjadi aib bagi kerajaan mereka tersebut.
Berkat kelicikan Piter dan Evelyne, akhirnya Raja terhasut dan dengan perintahnya, dia menjadikan Diana sebagai calon istri sah dari penerus Marquess Aragont.
Tuntas sudah pemusnahan hama di Istana dan juga kediaman Duke Astria. Namun orang yang berada di balik layar jelas tak akan diam saja. Dia sudah mulai bergerak bagaikan bayangan.
Evelyne hari itu kembali meminta Piter untuk menemuinya ke Kuil. Di sana, Evelyne dan Piter seolah sudah menjadi tamu VVIP dan dapat datang dan pergi seenaknya.
Piter kini menatap Evelyne yang nampak tengah berdoa dengan khusyuk, kedua tangannya nampak berada di depan dada dengan jemari yang teratur satu sama lain.
Piter terkesima melihat kecantikan Evelyne, dadanya bergemuruh dan kini pandangannya lurus ke depan, di mana patung seorang Dewi tengah berdiri.
‘Aku ragu mempercayaimu, namun bila memang kau ada, aku hanya ingin agar wanita di sampingku bahagia, dan aku ingin menjadi pelindungnya.’ ucap Piter dalam hati.
Evelyne menyudahi doanya dan mengajak Piter keluar. Kali ini dia mendapatkan undangan festival berburu yang diadakan oleh Pangeran Mahkota.
“Binatang apa yang Anda inginkan, Lady?” tanya Piter sopan.
“Saya ingin memelihara seekor anak singa. Anda dapat mewujudkannya?” tanya Evelyne. Piter mengangkat alisnya.
“Binatang seperti itu tak akan ada di area perburuan, Lady. Namun Anda jangan merasa kecewa, saya pastikan malam ini saya akan membawanya menemui Anda.” Evelyne tersenyum bahagia, entahlah, dia sangat menyukai kucing besar seperti singa. Apalagi bila dapat menjinakannya, itu adalah sebuah pencapaian yang sangat menantang bagi Evelyne.
Evelyne pulang dan mengenakan gaun mewah khas Astria, sedangkan Piter mengenakan baju berburunya yang tak lupa memberi kesan elegan dan menunjukkan posisinya sebagai seorang Duke.
Evelyne berangkat dengan kereta kudanya sendiri. Dia juga membawa sapu tangan dengan sulaman indah. Di atasnya tertera nama Piter dan dua ekor merpati, serta lambang Astria dan Zisilus.
Acara berburu akan segera dimulai dan di sinilah Evelyne kini berada, duduk di depan meja bersama para Lady lainnya. Evelyne menatap sekeliling, nampak para nyonya yang sedang memberi wejangan pada para putri mereka.
Seorang pria dapat menerima banyak sapu tangan dari berbagai wanita yang memberinya, namun pria juga dapat menolaknya. Evelyne tersenyum saat menyaksikan Andreas yang dikerubungi banyak wanita.
“Hai, Piter! Kau sungguh tak mau membantuku!” gerutu Andreas saat dirinya dikerubungi banyak Lady.
“Saya juga memiliki tugas sendiri. Maafkan saya mengecewakan Anda, Pangeran Mahkota.” Piter menunduk memberi salam dengan sopan dan akhirnya melenggang pergi.
“Maaf saya mengganggu ketenangan para Lady, namun bolehkah saya meminjam tunangan saya?” Piter berdiri tepat di samping tempat duduk Evelyne, semua Lady yang berada di tempat itu cekikikan.
“Hoho, tentu saja, Tuan Duke.” ucap mereka setelah memberi salam dengan hormat. Evelyne berdiri dari duduknya dan menatap Piter yang seolah meminta sesuatu darinya.
“Ah, sepertinya sapu tangan saya diberikan pada Pangeran Mahkota saja, ya?” ucap Evelyne. Semua Lady terkikik mendengarnya, sedangkan Piter nampak cemberut.
“Apakah Anda ingin mengatakan sesuatu yang penting, Tuan Duke?” tanya Evelyne dengan senyum manisnya.
“Mengapa Anda memperlihatkan sikap seperti ini, Lady? Apakah Anda belum puas dengan kemampuan saya tadi malam?” Ucapan Piter sedikit frontal, namun sanggup membuat Evelyne langsung menarik lengan Piter menjauh dari sana.
“Jangan bermain licik dengan saya, Piter. Anda akan kalah telak.” Evelyne menarik kerah baju Piter hingga wajah mereka berdekatan.
“Maka, jangan abaikan saya.” Evelyne tersenyum mendengar ucapan Piter.
“Itu adalah tren, Piter, dan Anda sudah masuk jebakan saya kali ini. Sedikit trik, dan apa yang harus aku katakan sekarang agar Anda cepat mempersiapkan pernikahan?” Piter mengerjapkan matanya, hingga dia terkekeh menyadari apa yang tengah dipikirkan Evelyne.
“Saya sudah mengirim surat pada Duke Astria untuk mengurus pernikahan kita, Lady.” Evelyne tersenyum penuh makna, dia melingkarkan tangannya di leher Piter.
“Manisnya calon suamiku, baiklah, sepertinya saya tidak perlu merasa khawatir.” Evelyne mengikatkan sapu tangan miliknya pada pergelangan tangan Piter.
“Saya menantikan keselamatan Anda, Tuan Duke.” Evelyne mengecup kening Piter.
“T-Tuan Duke, permisi!” Seorang wanita cantik, rambutnya pirang dan wajah yang cukup cantik namun dengan gaun yang terlalu terbuka di bagian atas.
“Apakah saya bisa menyerahkan ini pada Anda?” tanyanya menyerahkan sapu tangan yang begitu cantik. Ada sesuatu yang terbakar di dalam diri Evelyne.
“Beraninya dia!” pekik Evelyne samar, bahkan hampir tak bersuara.
“Maafkan saya, Lady, namun saya hanya akan menerima pemberian dari calon istri saya. Dalam bentuk apa pun, silakan Anda mencari pria lain.” Dengan sopan, Piter menolaknya secara gamblang.
“Namun, saya membuat itu khusus untuk Anda.” ucapnya lagi memaksa. Evelyne tersenyum sinis.
“Kau tak dengar apa yang dikatakan calon suamiku?” pekik Evelyne dengan tatapan mengintimidasi.
“Lady Astria! Seorang pria bisa saja menerima banyak sapu tangan! Mengapa Anda menghalangi saya!” pekik wanita itu tanpa tahu malu.
Sring!
Evelyne tak pandang bulu, dia menarik pedang dari sarungnya yang ditenteng oleh Piter, alhasil semua orang panik dibuatnya. Ujung pedang itu sudah hampir mengenai leher si wanita.
“Kau tahu berat pedang itu? Aku sedikit saja kelepasan, apa ya yang akan terjadi pada lehermu?” seringai muncul di bibir Evelyne setelah mengatakan kalimat mengerikan tersebut.
“Lady! Apa yang Anda lakukan!” teriak semua orang panik. Evelyne menatap semua orang yang meneriakinya, alhasil suasana berubah sunyi. Tatapan dingin Evelyne bagaikan ujung es yang begitu dingin dan tajam.
“Menyingkir dari hadapanku! Apakah kepalamu itu hanya hiasan saja?” Evelyne kembali tersenyum mengerikan, tatapan jatuh pada sosok di hadapannya.
“Dengarkan Lady Evelyne. Saya adalah miliknya. Apa pun yang dikatakan olehnya tentang saya adalah kebenaran!” ucap Piter menambahkan. Untuk menenangkan Evelyne, Piter merangkul wanitanya dan memeluknya dari belakang. Perlahan, Piter mengambil alih pedang dari tangan Evelyne.
Wanita di hadapan Evelyne langsung ambruk seketika, kakinya lemas dan seluruh tubuhnya gemetar akibat ketakutan.
“Kau tahu! Aku adalah calon Duchess Zisilus yang kebal akan hukum Kerajaan!” tekan lagi Evelyne begitu mengintimidasi, hingga semua orang yang melihatnya akan merasa ketakutan.