Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
How are You?
"Yun dalam bahaya, dia dikejar tiga orang pria!!" Lapor seseorang pada Josh lewat telponnya, membuat Josh refleks berdiri.
"Loe dimana?" Tanya Josh, khawatir. "Loe bisa ikutin mereka, kan? Bisa mencegah?"
"Ada apa, Josh?" Tanya Dega, bingung.
"Tidak, kami kehilangan mereka!!"
"Ya! Gimana bisa? Cari mereka, cari!! Mengerti?" Teriak Josh, membuat Dega kaget.
"Ada apa, Josh? Ada masalah?" Tanya Dega, penasaran.
"Yun, dia dikejar tiga orang pria." Ujar Josh, membuat Dega yang sedang makan terdiam.
"Lalu, mereka kehilangannya?"
"Mereka sedang mencarinya, loe gak perlu panik." Ujar Josh, berusaha menenangkan Dega.
"Nggak, gw harus bantuin nyari." Ujar Dega sambil berusaha melepaskan infusannya, tapi Josh menahannya.
"Loe mau dia makin celaka? Mereka menginginkan ini, mereka mau jebak loe!!"
"Dari mana loe tau, Josh?" Ujar Dega, membuat Josh menatapnya.
"Ga, kalo loe deket sama Yun, kalo loe peduli sama Yun, banyak orang yang liat. Loe pikir, itu gak bakal ngusik mereka?"
Dega terdiam, Josh ada benarnya juga. Dega tak bisa sembarangan menjalin hubungan dengan seorang gadis, terlalu banyak musuh yang menginginkan kematiannya. Yun takkan selamat, ia harus menjauhi Yun. Tapi Yun mungkin tertangkap oleh mereka, itu artinya Dega tak bisa menghindari Yun lagi. Mereka telah tau, Yun begitu berarti untuknya.
"Apa yang bikin loe segila ini, Ga? Loe beneran suka sama Yun? Loe pengen pacaran sama dia?"
Dega terdiam, ia menghela nafas. "Entahlah, Josh. Gw cuman pengen lindungin dia, dia harus gw lindungin. Gw ngerasa, dia selalu ngingetin gw ke diri gw di masa lalu. Bedanya dia lebih bisa menekan rasa takutnya, kalo gw gak bisa."
Josh terdiam, ia teringat masa lalu Dega yang begitu takut pada dirinya dan anggota DS lainnya. Dega saat itu berbeda dengan yang sekarang, Dega yang lemah dan tak bisa berbuat apa-apa, yang selalu menjadi bahan bullyan, yang selalu merasa takut pada apapun. Ia bahkan harus meyakinkan Dega berkali-kali agar berteman dengannya, mengajarinya dengan sabar mengenai hal-hal yang diperlukan untuk menjaga diri, membuatnya percaya pada dirinya sendiri bahwa dirinya kuat. Josh yang mengerti pada rasa takut yang menghantui Dega kala itu, menggerakkan hatinya untuk membantu Dega hingga seperti ini.
"Gw ngerti sekarang, Ga, tapi loe harus pikirin kesehatan loe!! Mereka bakal nyari Yun buat loe, mereka bakal ketemu Yun kok." Ujar Josh, tersenyum menenangkan.
Dega hanya diam, menatap makanannya tanpa nafsu.
***
Yun menatap pria yang duduk dihadapannya, kini mereka ada di sebuah kafe. Yun tak bisa mengalihkan pandangannya dari tatapan dalam yang dilemparkan pria itu padanya, pria itu tak berubah sedikitpun.
"Kau, apa kabar?" Tanya pria itu, penuh senyuman.
Yun menghela nafas, lalu ia menunduk. "Aku baik, kakak sendiri gimana kabarnya?"
"Buruk, tak pernah seburuk itu seumur hidupku." Ujar pria itu, setengah menggerutu.
"Kakak gak berubah, ya?" Ujar Yun, terkekeh.
"Kau juga, semakin cantik!!"
Uhuk!!
Hampir saja Yun tersedak, saat pria itu memujinya. Wajah gadis itu memerah, membuat pria itu terkekeh pelan. "Kak Sean juga tak berubah, tetap seperti bocah." Ujarnya, setengah meledek.
"Udah bisa ya sekarang, bocah kok ngeledek 'bocah'?" Ujar Sean sambil menarik hidung Yun, membuat Yun memekik kesal.
"Hidungku udah bagus, Kak, jangan ditarik-tarik." Ujar Yun, kesal, tapi Sean malah tertawa meledek.
"Kenapa kau dikejar mereka, Yun? Apa yang kau lakukan terhadap mereka?" Tanya Sean, penasaran.
"Ceritanya panjang, aku malas." Ujar Yun, jengah.
"Akan kudengarkan, kalau bosan, aku akan tidur." Ujar Sean sambil menopang dagu dengan kedua tangan, membuat Yun menatapnya tajam. "Ayo cerita!!"
"Kakak, aku malu pada tingkahmu!!" Ujar Yun, membuat Sean kembali terkekeh. "Yang jelas mereka tak jauh berbeda denganmu, sepertinya."
"Maksudmu?"
"Mereka mungkin anggota genk motor yang ada di kota ini, mungkin salah satunya."
"Lalu, DS itu apa?" Tanya Sean, masih dalam posisi yang sama.
"DS itu Dangerous Shooter, mereka adalah genk motor di tempat kuliahku, mereka cukup terkenal di kota ini." Ujar Yun, ia menghela nafas.
"Lalu, apa masalahnya? Bagaimana cara kau berurusan dengan mereka?"
"Memangnya aku mau mencari gara-gara dengan mereka?" Ujar Yun, kesal. "Aku gak sengaja berhubungan dengan Kak Dega, salah satu anggota DS yang paling berpengaruh." Ujarnya, pelan. "Sekarang dia ada dirumah sakit, karna bertarung demi aku."
"Bertarung? Maksudmu duel?"
"Iya, lebih serem dari Kakak, kan? Kini aku tak boleh dekat dengan Kak Dega, karna mereka jadi tau aku kelemahan Kak Dega. Dengan begitu, mereka akan menggunakan aku untuk menyerang Kak Dega."
"Kak Dega itu... Apa dia menyukaimu? Apa kau... Menyukainya?" Tanya Sean, penasaran.
"Aku tak tau perasaanku padanya, tapi katanya, dia menyukaiku. Makanya aku disuruh menjauh, ini juga demi keselamatanku, katanya." Ujar Yun, membuat Sean terdiam. "Kak, aku terlihat selemah itu ya? Kakak selalu bilang aku gadis yang kuat, makanya waktu itu tak ada yang berani mengangguku, kan?" Ujarnya, penuh harap.
Sean tersenyum, ia menggenggam tangan Yun. "Tentu saja kau kuat, kuat lebih dari yang kau tau." Ujarnya, lembut.
"Tapi kenapa mereka memperlakukanku seperti orang lemah? Tidak seperti Kakak yang selalu membuatku menjadi gadis yang kuat, mereka malah membuatku terlihat seperti gadis lemah yang tak bisa apa-apa."
"Yun, terkadang yang terlihat kuat bukan berarti bisa melawan semua hal, dan terlihat lemah bukan berarti tak bisa melawan, kita hanya memerlukan keberanian untuk melakukannya."
"Aku cukup berani, tapi mereka masih menilaiku seperti itu." Ujar Yun, Sean menghela nafas.
"Berani bukan berarti menantang mereka, tapi berani mengambil apapun resiko yang harus diterima. Karna kalau kamu melakukan hal yang salah, maka konsekuensinya akan cukup besar. Kamu bisa saja harus berkorban dengan jumlah yang tak seharusnya, itu yang harus kau pikirkan." Ujar Sean, membuat Yun terdiam.
"Jadi, tak ada yang bisa kulakukan untuk melindungi mereka?" Tanya Yun, sedih.
"Ada, pasti ada, tapi sebaiknya kamu turuti apa keinginan mereka. Kamu harus menyelamatkan dirimu sendiri, Yun, karna tak ada yang bisa menjagamu melebihi dirimu sendiri."
"Tapi Kakak kan ada untuk melin..."
Ucapan Yun terhenti, saat teringat pengkhianatan Sean kala itu. Yun menarik kasar tangannya dari genggaman Sean, gadis itu menjaga jarak dari Sean.
"Yun, kau kenapa?" Tanya Sean, kaget.
"Gak papa, aku baik-baik saja." Ujar Yun, tersenyum miris.
"Ah, begitu." Ujar Sean, ia menghela nafas. "Maaf, untuk yang waktu itu."
Yun terdiam, ia menunduk. "Aku harus melupakannya untuk melanjutkan hidupku, bukan?" Ujarnya, pelan.
Sean menatap Yun yang menunduk, ia menghela nafas. "Aku bodoh ya, aku melepasmu hanya untuknya." Ujarnya, tersenyum miris.
"Semua orang pernah bodoh, aku saja bodoh sampai sekarang..."
Karna masih mengharapkan Kakak bersamaku, mencintaiku seperti dulu.
"Yun, kau bisa seperti dulu lagi? Mencintaiku seperti dulu?" Ujar Sean, pelan.
Yun tertegun, tatapannya kembali bersarang ke dalam mata Sean. "Seperti dulu, tentu saja..."
"Yun!!" Teriak seseorang dari kejauhan, membuat Yun menoleh kearah orang itu. "Siapa kau?" Teriaknya sambil menunjuk Sean, membuat Sean refleks mengangkat kedua tangannya.
"Dia bukan siapa-siapa, Kak Josh, dia temanku." Ujar Yun, pelan.
"Teman? Pak tua ini?"
"Ya! Aku masih 25thn, aku tak setua itu." Ujar Sean, kesal.
"Aku berumur 19thn, Pak Tua." Ujar orang itu, membuat Sean ingin menyumpal mulut kecilnya itu.
"Ren, hentikan!! Dia lebih tua darimu, kau harus menghormatinya." Ujar Josh, membuat anak bernama Ren itu diam.
"Baik, Kak, maaf." Ujar Ren, pelan.
"Dia kau sebut Kak, aku kau sebut Pak tua. Lihat, umur kami tak beda jauh!!" Ujar Sean, kesal.
"Memang, tapi wajahmu seperti sudah tua."
"Ren, hentikan!!" Ujar Josh, Ren menutup mulutnya lagi.
"Kak Sean juga hentikan, Kakak kayak anak kecil." Ujar Yun, membuat Sean yang tengah meledek anak itu langsung diam.
"Iya, aku menyerah." Ujar Sean, pelan. "Tapi tidak padamu, bocah!!" Ledeknya pada Ren, membuat Ren menatapnya tajam.
"Kau baik-baik saja, kan?" Tanya Josh sambil memeriksa Yun, tapi Sean segera menghalanginya.
"Memangnya ada yang bisa menyakitinya, kalau sedang bersamaku? Siapa dia? Siapa?"
"Hmm, perkenalkan dia Sean, Kak, dia..."
"... Pacar Yun!!"
"... Mantan pacar Yun, lebih tepatnya." Ujar Yun, membuat Sean menatapnya tak terima.
"Oh, halo, Kak, saya Josh, teman Yun." Ujar Josh, tersenyum penuh persahabatan.
"Kau yang menjaga Yun selama ini, terimakasih, kini aku yang akan menjaganya." Ujar Sean, posesif.
"Kakak..." Ujar Yun, membuat Sean mendesah. "Aku baik-baik saja bersamanya, Kakak tenang saja." Ujarnya, tersenyum. Ia tau, pasti ada seseorang yang melaporkan kejadian tadi pada Josh. Sepertinya memang benar, ia sudah terikat pada Dega. Tak bisa dihindari lagi bahwa dirinya akan jadi bahan ancaman untuk pria itu, Yun menghela nafas, hidupnya akan terasa berat mulai sekarang.
spirit thor