Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Liana menatap Rafael dengan mata yang masih menyimpan luka, namun kali ini, tidak ada lagi kebencian atau kemarahan di dalamnya. Hanya ada kelelahan dan penerimaan. Ia menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata dengan suara yang tenang tapi tegas.
"Aku sudah memaafkan mu, Rafael. Aku tahu kau tidak berniat menyeret ku ke dalam dunia ini. Aku hanya... butuh waktu untuk menerima semuanya."
Rafael terdiam. Kata-kata itu seharusnya melegakannya, tetapi justru meninggalkan sensasi aneh di dadanya. Sebuah kehangatan yang selama ini tak pernah ia rasakan. Selama bertahun-tahun, ia terbiasa hidup di antara bayangan, penuh darah dan pengkhianatan. Tidak pernah ada seseorang yang berkata seperti itu kepadanya.
Ia menatap Liana, yang kini duduk di sampingnya dengan wajah lelah, tetapi tetap kuat. Luka-luka di tubuhnya masih membutuhkan waktu untuk sembuh, tetapi Rafael tahu, luka di dalam hatinya lebih sulit untuk diperbaiki.
Hari-hari berikutnya, sesuatu mulai berubah di antara mereka. Tidak ada lagi ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Liana mulai terbiasa dengan kehadiran Rafael, dan sebaliknya, Rafael mulai menyadari betapa ia menikmati kebersamaan dengan wanita itu. Mereka tidak banyak berbicara tentang apa yang telah terjadi, tetapi melalui kebersamaan yang sederhana—saling membantu dalam hal kecil, berbagi keheningan di teras saat malam tiba, atau bahkan sekadar menatap langit yang sama—jarak di antara mereka perlahan-lahan menghilang.
Suatu malam, ketika Rafael kembali dari mengawasi keamanan di sekitar tempat persembunyian mereka, ia menemukan Liana tengah duduk di dapur, menatap secangkir teh yang sudah mendingin. Ia mendekat dan duduk di kursi di seberangnya tanpa berkata apa-apa.
"Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku merasa aman seperti ini," gumam Liana, suaranya hampir seperti bisikan.
Rafael tidak langsung menjawab. Ia hanya mengamati wajahnya, mencoba untuk mencari sesuatu di dalam tatapan mata cokelat itu. "Aku tidak bisa menjanjikan bahwa semuanya akan baik-baik saja, Liana. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan apa pun untuk melindungi mu."
Liana menoleh, dan untuk pertama kalinya sejak semua ini dimulai, ia tersenyum kecil. "Aku percaya padamu."
Kata-kata itu menghantam Rafael lebih kuat dari yang ia duga. Kepercayaan adalah sesuatu yang langka di dunianya. Dan sekarang, seorang wanita yang tidak seharusnya terjebak dalam kekacauan ini memberikannya kepercayaan tanpa ragu.
Malam itu, sesuatu berubah dalam diri Rafael. Ia menyadari bahwa Liana bukan hanya seseorang yang harus ia lindungi. Ia lebih dari itu. Ia adalah satu-satunya orang yang mampu membuat Rafael merasa hidup kembali.
Namun, di balik momen kebersamaan mereka, bahaya masih mengintai.
Ketika Rafael hendak kembali ke kamarnya, ponselnya bergetar. Terpampang di layar ponselnya sebuah panggilan telepon yang berasal dari luca yang saat ini tengah berada di luar untuk memantau pergerakan Adrian.
"Rafael, kita punya masalah. Adrian sudah menggerakkan orang-orangnya. Mereka menyuruh orang orangnya untuk mencari jejak kita. Kita tidak punya banyak waktu."
Rafael menggenggam ponselnya dengan erat, menatap ke arah Liana yang masih duduk di dapur. Seketika, kehangatan yang tadi mengisi hatinya menghilang, digantikan oleh insting bertahan hidup yang selama ini menjadi bagian dari dirinya.
Adrian sudah semakin dekat.
Dan kali ini,ia tidak ada pilihan selain melawan.