Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sean yang merupakan ketua genk motor tersohor sangat mencintai Yun, pria itu juga posesif pada Yun. Yun juga memiliki perasaan yang sama, walau sering dibuat jengkel oleh sifat kekanakan pria itu. Mereka bahagia memiliki satu sama lain, tapi...
Semuanya berubah kala Yun harus pergi, kondisi keuangan keluarganya merosot tajam. Yun tak ingin pergi, ia ingin bersama Sean. Tapi Sean berubah, pria itu membuatnya memutuskan untuk pergi dari sisinya. Ia mencoba memulai kehidupan baru dengan kepribadian baru, ia pun bertemu pria berkepribadian tak tersentuh. Sama dengan Sean, pria itu adalah anggota genk motor di kota itu. Saat pria itu tak sengaja mendekatinya, semua orang jadi menjodoh-jodohkan mereka, Yun pun memutuskan untuk dekat dengan pria sekali lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Don't Hurt Him!!
Kai dan Josh berhadapan, keduanya sama-sama kuat. Kai tersenyum, tampaknya ia menemukan lawan yang sebanding dengannya. Beberapa kali mereka saling menyerang, kali itu juga mereka sama-sama terjatuh.
"Ga, loe gak papa?" Teriak Josh sambil melirik Dega yang berada dibelakangnya, membuat Dega mendesah. Disaat seperti ini pun, pria itu selalu mengkhawatirkannya. Hal itu membuat Dega semakin tak habis pikir dengan Josh, entah terbuat dari apa pikiran pria itu.
"Loe gak perlu khawatirin gw, loe pikirin aja dia!!" Ujar Dega, membuat Sean tertawa mengejek.
"Loe masih lemah, jadi dia terus khawatirin loe!!" Ujar Sean, puas.
"Jangan terprovokasi, Ga!! Gw percaya sama loe kok, gw cuman khawatir." Ujar Josh, Kai disana hanya tersenyum sinis.
"Lo pikirin diri loe sendiri aja belum tentu bisa, sok mau mikirin orang lain!!" Ujar Kai, penuh ejekan.
Josh tersenyum sinis. "Loe iri kan, karna gak ada yang peduli sama loe!!" Ujarnya, membuat Kai menatapnya marah.
"Si*l*n!! Kalo loe bilang gitu lagi, gw bisa bikin tangan loe patah!!" Teriak Kai, marah.
"Sans, bro, loe gak usah semarah itu!!" Ujar Josh, tersenyum menang.
"Loe inget dulu pernah manggil Yun 'j*l*ng', kan?" Ujar Sean, membuat Dega kaget menatapnya. "Kayaknya loe inget, ya?"
Dega terdiam, tapi tangannya gemeteran halus. Jangan takut, loe bukan Dega yang dulu, loe udah kuat!! Seperti sebuah mantra, Dega terus menerus menggumamkan kata-kata itu di hatinya.
Bugh!! Bugh!!
Lengah, Sean berhasil memukul perut Dega dan wajahnya. Pria itu terjatuh di lantai, membuat Sean semakin leluasa memukulinya.
"Dega!!"
Bugh!!
Josh lengah, hal itu tentu saja dimanfaatkan Kai. Tapi Josh tak mudah ditumbangkan, pria itu kembali membalas Kai dengan pukulan tak kalah kuatnya.
"Gw akui loe kuat, Josh, tapi loe gak punya otak!!"
Bugh!!
Entah dari mana Kai bisa mengambil pemukul baseball yang ada disekitarnya, membuat Josh kaget. Ia tak pernah menyangka Kai akan menggunakan benda itu, membuatnya terkapar dengan mudah.
Bugh!! Bugh!!
Suara pukulan mendominasi ruangan itu, Dega dan Josh kalah, sedangkan Sean dan Kai tampak sibuk membuat lawannya semakin tak berdaya...
"Apa yang kalian lakukan?"
***
Yun melihat sekelilingnya, semuanya kacau. Ia melihat beberapa orang tengah berjaga diluar, ia juga melihat Johnny dan Haikal tengah terduduk disana. "Apa yang terjadi?"
Sebelum Yun berhasil menghampiri keduanya, dia dicegal oleh dua orang anggota EXO. "Apa yang kalian lakukan? Bukankah harusnya kalian memanggil ambulance untuk membantu mereka? Kenapa kalian biarkan mereka begitu?" Teriaknya, marah.
"Kami hanya menjalankan tugas, sebaiknya kamu tengok didalam. Kai dan Sean sedang didalam, entah apa yang mereka lakukan, kami tak bisa kedalam." Ujar Chandra, salah satu anggota genk EXO.
Yun segera berlari kedalam, betapa kagetnya ia melihat Sean dan Dega tengah berhadapan, sedangkan Kai sedang memukuli Josh dengan tongkat baseball. Yun memekik kaget, dia menutup mulutnya, membuat keempatnya menoleh kearahnya.
"Apa yang kalian lakukan?" Teriak Yun, airmatanya turun. "Kenapa kalian seperti ini? Apa kalian sudah gila? Kak Dega, bukankah Kakak udah janji takkan seperti ini? Kak Sean, apa yang Kakak lakukan disini? Apa ini jalan terbaik yang bisa kalian pikirkan?" Teriaknya, lagi.
Sean tersenyum sinis, ia melepaskan Dega. "Lihatlah, Yun!! Pria yang kau pilih itu masih penakut seperti dulu, masih pria culun yang dulu memanggilmu 'j*l*ng'." Ujarnya, membuat Yun menatap Dega.
"Apa? Di-dia..."
"Ya, dia Dega yang dulu pernah kubully didepanmu itu, yang memanggilmu dengan sebutan itu." Ujar Sean, membuat Yun semakin terdiam.
Dega hanya diam, menunduk. Ya, dia memang melakukan hal seperti itu. Disamping ia tau, Yun itu hanyalah bocah SMP, ia juga tak menyukai gadis itu harus bersama Sean, preman yang ditakutinya kala itu.
"Apa yang harus kulakukan padanya, Yun? Dia yang kurang ajar memanggilmu seperti itu, lalu pergi begitu saja tanpa minta maaf." Ujar Sean, tersenyum. "Cara ini bisa mengajarkannya, hanya dengan ini, ia takkan mengulanginya lagi."
Yun menatap Sean yang menatapnya, pria itu terdiam. "Bukankah Kakak sama saja dengannya?"
"Apa? Apa maksudmu?" Tanya Sean, tak mengerti.
"Kau meninggalkanku hanya demi gadis lain yang lebih bisa diajak 'bermain', kan? Bukankah Kakak sama saja dengan dirinya?"
"Yun, kau tak mengerti." Ujar Sean, kesal. "Aku melakukan itu karna paksaan..."
"Terlepas dari paksaan atau bukan, Kakak tetap bikin aku sakit hati. Terlebih Kakak itu cinta pertamaku, Kakak gak pernah memikirkan seorang anak SMP yang baru jatuh cinta, harus melihat pacarnya sendiri memeluk gadis lain, lalu alasannya..."
"Itu karna ayahmu!!" Teriak Sean, marah. "Aku melakukannya karna ayahmu, Yun. Ayahmu ingin membuatmu membenciku, ayahmu yang tak pernah menyetujui kita, ayahmu yang tak mau melihatmu bersamaku, ayahmu yang protektif itu, dia menyuruhku melakukannya. Waktu itu adalah saat yang tepat untuk melakukan itu, karna kau akan pindah. Mengertilah, Yun! Aku tak mau meninggalkanmu, tapi dia... Dia memaksaku, Yun!!"
Yun terdiam, ia kaget mendengar fakta itu. Ia menatap Sean, mata pria itu berkaca-kaca.
"Kau takkan tau rasanya, Yun!! Aku sakit melihatmu menangis meninggalkanku, aku sakit melihatmu tersakiti, bahkan oleh tanganku sendiri. Makanya sekarang aku tak mau mengulanginya, aku ingin bersamamu. Sekarang kau sudah dewasa, sekarang ayahmu akan mengerti kita, dia pasti..."
"Untuk apa kau kembali, Kak?"
Pertanyaan Yun mengagetkan semua orang, bahkan Sean terdiam.
"Untukmulah, Yun!! Kita akan bersama, kita akan menikah, kita akan melanjutkan mimpi kita."
"Tidak, Kak, cerita kita udah selesai!!" Ujar Yun, membuat Sean terdiam. "Kita bukan lagi pasangan, kita hanya orang asing sekarang. Kumohon, Kak, lepaskan Kak Dega. Dia... Dia adalah calon suamiku, kami telah sepakat menikah." Ujarnya, membuat Dega menatapnya.
Sean menatap Dega yang terlihat kaget, ia tertawa sinis. "Sepakat, ya? Gimana kalau dia mati sekarang? Apa kamu mau bersamaku?"
"Apa maksud Kakak? Kakak gak akan berani bunuh Kak Dega, dia..."
Bugh!!
"Kak Dega!!"
Saat semua orang terpaku pada Yun, Kai mengambil inisiatif untuk memukul Dega dengan tongkat baseball.
"Dega!!" Teriak Josh, tapi Sean segera menarik Yun, memeluknya dari belakang. Josh yang terkapar tak berdaya melakukan perlawanan, pria itu hanya menatap Dega yang rubuh karna pukulan Kai.
"Lihat dia!! Dia gak berdaya, kamu masih mau sama dia?" Ujar Sean, membuat Yun segera berontak.
"Kak Dega!!" Teriak Yun, gadis itu terisak. "Lepaskan Kak Dega!!" Teriaknya, berusaha melepaskan diri. Tapi Sean malah menjepit dagunya, memperlihatkan Dega yang semakin tak berdaya dibawah kuasa Kai. "Lepaskan dia, Kak, kumohon!!"
Sean tampak puas melihat Dega mencoba bangkit, tapi Kai memukulnya lagi.
"Yang kau inginkan itu aku, Kak, jangan bunuh Kak Dega!!" Teriak Yun, airmatanya luruh, tapi tak membuat Sean luluh.
"Ya, aku memang menginginkan kamu, tapi karna dia, kamu jadi melupakan aku!!" Ujar Sean, kesal.
"Nggak, Kak, bukan karna dia. Bukan karna dia aku melupakan Kakak, tapi aku sendiri yang ingin melupakan Kakak. Lepaskan dia, Kak, lepaskan!!"
Brak!!
Terdengar suara dari luar, membuat Sean dan Kai menoleh kearah pintu. Yun segera melepaskan diri, ia menghampiri Dega yang sudah mengeluarkan darah.
"Kak, Kakak gak papa, kan? Maaf, maafkan aku, aku memang selalu membuat Kakak celaka! Maaf!!" Ujar Yun sambil memeluk Dega, membuat Dega menatapnya.
"Mereka kayaknya udah disini, tapi anak-anak nahan mereka!!" Ujar Kai, setelah melihat keluar lewat jendela. "Kita harus pergi dari sini, kita kalah jumlah!!" Ujarnya, Sean segera menarik Yun.
"Ayo pergi!!" Ajak pria itu, setengah menyeret Yun.
"Gak mau, Kak!! Kumohon, lepaskan aku!! Aku mau sama Kak Dega!! Lihat, dia kayak gitu..." Teriak Yun sambil melepaskan diri dari Sean, membuat pria itu menatap Dega tajam.
Kai hanya diam, tak bisa berbuat apa-apa untuk melakukan sesuatu. Sebenarnya ia ingin membantu Yun, tapi ia agak takut melihat amukan Sean. Yang kemarin malam saja masih terbayang, gimana kalau sekarang Sean begitu padanya karna menolong mantan pacarnya itu?
Sean tiba-tiba menerjang Dega, pria itu mencekik Dega dengan sekuat tenaga.
"Kakak, apa yang Kakak lakukan?" Teriak panik Yun, ia memukuli Sean tapi itu tak berpengaruh apa-apa. "Lepaskan dia, Kak!! Yang kau inginkan aku, kenapa kamu malah menyiksa Kak Dega?" Teriaknya, tak tega melihat pacarnya mulai kehabisan nafas karna cekikan kuat itu. "Kak..."
"Sean, loe udah gila!! Kita harus pergi, kita gak punya waktu!!" ujar Kai, tak habis pikir.
"Kak, kumohon... Jangan!! Aku akan melakukan apapun asal Kak Dega dilepaskan, Kak. Kumohon, jangan seperti ini!!" Teriak Yun, menyerah. Bahkan tangisan itu sama sekali tak berpengaruh untuk Sean, pria itu dengan mata merahnya memang berniat menghabisi Dega.
Sean menoleh mendengar penawaran Yun, cengkramannya mengendur. "Kau janji? Kau harus bersamaku, janji?"
Yun mengangguk pelan, membuat Sean akhirnya benar-benar melepaskan Dega.
Uhuk! Uhuk!!
"Kak Dega, gak papa?" Tanya Yun, tapi dirinya langsung ditarik Sean. "Kak..."
"Ayo pergi sekarang, kau sudah janji padaku!!"
Sean menarik tangan Yun menjauh dari sana, diikuti Kai yang sepertinya bimbang, tapi tetap memilih mengikuti sahabatnya itu.
"Yun..." Bisik Dega, serak. Ia tak bisa berbuat apa-apa kala Yun diseret begitu saja dari hadapannya, Dega menutup wajahnya.
"Ga, loe baik-baik aja?" Tanya Josh yang susah payah menghampirinya, tapi Dega tak kunjung menurunkan tangannya. "Gak papa, Ga, Yun bakal balik."
"Maafin gw, Josh, gw masih sama kayak dulu. Gw udah kecewain kalian semua, terutama Yun!!" Ujarnya, membuat Josh memeluknya. "Gw gak berguna, Josh. Gw cuman bisa nyusahin kalian, maafin gw!!" Ujarnya, airmata pria itu terjatuh.
"Yun..."
"Gw emang gak pantas buat dia, Sean lebih pantas buat dia. Gw gak akan pernah pantas buat dia, gw gak akan pernah bisa lindungin dia sebaik Kak Sean."
Josh hanya diam, ia menepuk punggung Dega yang diam-diam menangis disana.
Yuta dan yang lain terlihat masuk kedalam, mereka diam saat melihat Dega berada dipelukan Josh. Keadaan keduanya cukup mengkhawatirkan, tapi mereka tak bisa bertindak, karna Dega sendiri tak berniat melawan Sean lagi.
spirit thor