Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.
Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.
Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.
Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?
Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.
Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Membentuk Tim
MARKAS BLACK NOVA – ISTANBUL
Cahaya neon biru redup menyinari ruang pertemuan bergaya modern minimalis.
Di balik meja kaca memanjang, seorang wanita berambut perak duduk tegak, tatapannya menusuk layar hologram yang menampilkan rekaman kabur dari lorong bawah tanah kota tua.
Di sebelahnya, sang CEO muda Black Nova berdiri membelakangi jendela besar.
Siluet tubuhnya terlihat kaku dalam diam, tapi atmosfer di ruangan itu terasa seperti kawat yang direntangkan.
“Formulanya berhasil dibawa kabur,” ujarnya. Datar. Tajam. “Dan kita kehilangan jejak mereka.”
Tereza tetap menatap layar.
“Bukan hanya itu. Aku curiga formula itu dilindungi sistem biometrik. Tak bisa sembarang orang membukanya.”
Sang CEO menoleh perlahan. “Kau yakin?”
“Kalau tidak, kenapa hanya Aylin yang bisa membuka pintu ke ruang suci? Tiga lainnya masuk lewat jalur penjaga. Jangan bilang mereka pakai kekuatan spiritual.”
Pintu terbuka.
Seorang agen lapangan masuk cepat, membungkuk. “Maaf. Kami kehilangan jejak Aylin di sektor 9. Tim kami gagal mengunci posisinya.”
Sang CEO menghela napas, nyaris tak terdengar.
“Tak masalah. Mereka menang satu langkah. Sekarang giliran kita.”
Tereza menyilangkan tangan. Matanya setajam bilah es.
“Jika dugaanku benar, Kazehaya dan wanita bertopi rajut itu... mereka memegang kunci dua lokasi lainnya. Mereka bagian dari tim Wardhana.”
Sang CEO mengangguk pelan. “Cari mereka. Tapi jangan gegabah.”
Ia memalingkan pandangan ke malam Istanbul, lampu-lampu kota memantul di jendela kaca.
“Aku ingin tahu... siapa sebenarnya yang mencoba memainkan formula ini dari balik bayangan.”
***
Sementara Itu, Di Belahan Dunia Bagian Lain
BRAKK!
Rayyan menghantam meja dengan keras. Wajahnya gelap oleh amarah.
"Mereka benar-benar tak bisa dianggap remeh. Akay dan Aylin hampir saja ..." suaranya tertahan. Tangannya terkepal erat, giginya bergemeletuk menahan kemarahan.
Di layar besar, wajah Neil muncul dingin tanpa ekspresi.
"Terlalu banyak pihak yang bermain. Kita sudah menutup jalur bawah tanah dan menjaga perimeter, tapi tetap saja—ada yang lolos. Mereka mengejar Akay dan Aylin. Bahkan, mereka sudah memosisikan sniper di jalur keluar."
Andi berdiri perlahan, matanya tajam menahan sesuatu yang mendidih di dalam dadanya.
"Saya akan turun langsung."
Zayn, yang duduk di sisi Buntala, menggerakkan pandangannya dari satu ke lain wajah di ruangan itu.
Ia bersuara pelan namun tegas, "Sebenarnya, siapa yang menginginkan warisan itu? Dan siapa tiga kelompok yang sekarang mengejar Akay dan Aylin?"
Buntala—mertuanya—menghela napas berat. Ada beban lama dalam helaan napas itu.
"Mereka terbagi dalam tiga kelompok utama," jawab Buntala perlahan.
"Pertama, Black Nova—kelompok bentukan dari perusahaan teknologi global. Dipimpin seorang CEO muda yang sangat ambisius."
Rayyan menambahkan, suaranya dalam, "CEO muda itu memiliki dua usaha. Satu bergerak di bidang teknologi medis, satunya lagi di produk farmasi. Targetnya? Bukan hanya untuk keuntungan... tapi untuk mengendalikan populasi manusia melalui formula itu."
Neil melanjutkan dari layar, "Dia memandang formula itu bukan hanya sebagai inovasi medis, tapi juga sebagai senjata. Cara untuk memonopoli pasar farmasi dunia, sekaligus menundukkan negara-negara kecil."
Zayn menyipitkan mata.
"Siapa yang memimpin pasukan mereka di lapangan?"
Buntala menjawab cepat, "Wanita berambut perak. Tangan kanan CEO muda. Seorang pemimpin lapangan yang kejam, sekaligus spesialis operasi rahasia perusahaan farmasi -- Tereza."
Sejenak hening, lalu Andi berkata, "Kelompok kedua: Balthazar dan jaringan kaki tangannya."
Rayyan mengangguk, wajahnya semakin mengeras.
"Balthazar bukan pemain biasa. Ia bagian dari jaringan elite global—orang-orang yang mengendalikan politik dari balik bayang-bayang. Intelijen, militer bayangan, bahkan beberapa pemerintahan."
Neil menambahkan dengan suara datar, "Mereka ingin formula itu untuk dominasi dunia. Mendanai eksperimen, memanipulasi ilmuwan, menghilangkan siapa pun yang tahu rahasia Wardhana."
Buntala mencondongkan tubuh, suaranya lebih berat, penuh makna.
"Tapi sebenarnya, Balthazar punya agenda lebih dalam. Ia Penjaga warisan keluarga kerajaan kuno. Ia tahu soal tanaman langka itu—turunan dari garis bangsawan. Balthazar ingin membangkitkan kejayaan lama, membangun kekuatan baru dengan formula itu sebagai pondasi."
Zayn mengernyit. "Berarti dia bukan sekadar pengejar kekuasaan biasa?"
"Benar," kata Rayyan. "Dia membawa pasukannya sendiri—loyalis lama yang masih setia pada darah kerajaan."
Buntala melanjutkan, nadanya menjadi lebih dingin, "Ada satu lagi yang lebih berbahaya. Seorang biarawan. Dia berkhianat. Ia percaya dunia harus 'dibersihkan' dulu sebelum diberi harapan baru. Diam-diam ia bekerja sama dengan pihak CEO muda."
Neil mengepalkan tangannya,
"Menghancurkan dulu, baru membangun ulang. Mereka semua gila."
Rayyan mengangguk pelan.
"Ini bukan sekadar soal warisan atau kekayaan. Ini soal kekuasaan atas masa depan manusia."
Suasana di ruang itu menjadi berat, seolah badai besar sudah mulai menggerakkan awannya.
Buntala mengatupkan kedua tangannya di atas meja.
"Akay dan Aylin harus bertahan. Liontin itu—kunci dari semua ini—tidak boleh jatuh ke tangan salah satu dari mereka."
Buntala baru saja menyelesaikan penjelasannya saat Zayn kembali bersuara, nadanya curiga.
"Lalu... pria bertopeng itu? Siapa dia?"
Semua terdiam.
Rayyan bertukar pandang dengan Andi. Neil di layar menggeleng perlahan.
"Kami tidak tahu," jawab Buntala akhirnya, suara berat. "Dia bergerak di luar peta. Tidak terikat dengan Black Nova atau Balthazar. Motifnya... sama sekali belum terdeteksi."
Andi menambahkan, wajahnya mengeras, "Dia menyerang siapa saja. Baik pasukan Black Nova, maupun loyalis Balthazar. Seolah-olah... dia hanya ingin memastikan tidak ada yang memegang formula itu."
Neil mendecakkan lidah.
"Atau mungkin... dia menunggu sampai semua pihak saling menghancurkan, lalu dia mengambil semuanya."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan.
Pikiran masing-masing bergulat dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Zayn menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit sejenak. Lalu ia bergumam pelan, hampir tak terdengar.
"Formula warisan itu... benar-benar simalakama."
Yang lain menoleh mendengar gumamannya.
"Jika jatuh ke tangan orang baik," lanjut Zayn, tatapannya kosong ke kejauhan, "formula itu bisa meningkatkan imunitas manusia. Menyembuhkan penyakit-penyakit yang hari ini bahkan belum ada obatnya. Membawa harapan baru bagi dunia."
Ia menarik napas panjang, suaranya menurun menjadi hampir seperti bisikan.
"Tapi jika jatuh ke tangan orang yang salah... itu akan menjadi senjata biologis paling mematikan. Membunuh cepat, diam-diam, tak terdeteksi... sebelum dunia sadar apa yang telah terjadi."
Rayyan mengepalkan tangannya di atas meja.
"Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Andi berdiri, pandangannya tajam.
"Kita harus bergerak sebelum mereka semua menemukan Aylin dan Akay."
Neil di layar mengangguk.
"Aku siapkan jalur evakuasi. Kapan saja kau butuh, aku gerakkan semua anak buahku."
Buntala membetulkan posisi duduknya, sorot matanya dingin.
"Ini bukan lagi soal keluarga. Ini tentang masa depan umat manusia."
Zayn mengusap dagunya, pikirannya berpacu cepat.
"Kita harus membentuk dua tim," katanya akhirnya, suaranya tegas.
Rayyan mengangkat alis, menunggu penjelasan.
"Satu tim fokus melindungi Akay dan Aylin," lanjut Zayn. "Mereka tidak boleh jatuh ke tangan siapa pun. Liontin itu... adalah kunci."
Andi mengangguk setuju. "Aku yang pimpin tim ini."
Zayn mengangguk, lalu melirik ke layar, ke arah Neil.
"Tim kedua... mencari tahu siapa pria bertopeng itu. Kita tidak bisa membiarkannya bergerak dalam bayangan terlalu lama. Terlalu berbahaya."
Neil tersenyum tipis, penuh arti. "Serahkan padaku."
Rayyan menghela napas berat, lalu bersandar di kursi.
"Ini akan menjadi pertarungan di tiga front," gumamnya. "Black Nova, Balthazar, dan pria bertopeng itu... ditambah semua pasukan bayaran mereka."
Buntala menambahkan, nadanya dingin, "Belum lagi kemungkinan pengkhianat dari pihak kita sendiri. Jangan pernah lengah."
Zayn berdiri dari kursinya, matanya bersinar penuh tekad.
"Kalau begitu... kita mulai pergerakan malam ini."
Suasana ruangan mendadak berubah. Ketegangan mengental. Tak ada lagi ragu di antara mereka. Yang ada hanya satu tujuan—mengamankan formula warisan itu sebelum dunia berubah menjadi medan kehancuran.
Namun tiba-tiba suara Buntala memecah ketegangan, tenang tapi mengandung tekanan.
"Jarak Indonesia ke Istanbul sekitar dua belas jam. Jika Andi berangkat malam ini, ia baru tiba sebelum siang. Dan saat itu, kemungkinan besar Akay dan yang lainnya sudah bergerak."
Zayn menatap pria tua itu dengan alis mengernyit.
"Maksud Bapak, harus ada yang menjaga mereka sebelum Om Andi tiba di sana?"
Buntala mengangguk pelan, pandangannya mengarah ke jendela—seolah menimbang seseorang dalam pikirannya.
"Benar. Dan menurutku... hanya ada satu orang yang bisa dipercaya untuk itu."
Semua mata tertuju padanya.
Ruangan mendadak sunyi. Tegangan seolah menahan napas bersama.
"Orang itu adalah—"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Jangan sampai orang lain yang menemukannya agar tidak disalah gunakan menurut kemauan.
Kakek Wardana benar-benar menjaga warisan formula dengan rapi , rahasia, dan hanya keturunan sedarah dengannya yang bisa menemukan sekaligus menjaga jangan sampai jatuh ke tangan orang-orang yang bertujuan merusak tatanan kehidupan.
Dengan komando dari Kazehaya semua masing-masing melaksanakan apa yang mesti mereka kerjakan - s e r e m p a k penuh tanggung jawab.
Tim tidak boleh sembarangan menyentuh dinding bisa berakibat fatal.
Pasukan Black Nova dengan Tereza dan pasukan Balthazar dengan pria bertato tribal sudah menuju jalur yang Aylin dan Tim lalui. Semoga ada mahkluk yang bangkit lagi untuk mengacaukan dua musuh tersebut biar kocar kacir /Facepalm/
Semoga segera ditemukan formula tersebut secara yang berhak sudah ditempat yaitu Aylin.