NovelToon NovelToon
SECRETS

SECRETS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: FairyMoo_

Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.


Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.

And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.


Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Ten

  Hari-hari berjalan seperti biasa, seminggu pun berlalu.

    Hari ini pagi-pagi Levi sudah berangkat karena ia ada sedikit urusan kantor sebelum pergi mengajar. Sedangkan Vio tengah bersiap untuk pergi ke markasnya, ia izin tak kuliah hari ini untuk kepentingan misi ILUSIONS.

  Ia langsung menuju ke markasnya pagi-pagi dan di sana sudah banyak anggota yang berkumpul. Mereka akan latihan fisik bersama dan latihan bertarung sebelum menjalankan misinya. "Vi! Sini-sini!" panggil Daniel saat dirinya baru sampai di markas.

  Vio lansung mendekat ke arah Daniel, "Paan?" tanyanya. "Liat deh, ini kiriman dari UNPER dan ada satu yang spesial, katanya buat lo." ujarnya sembari menunjuk beberapa kotak hitam di depannya yang berisi kiriman dari pihak UNPER untuk menunjang keperluan misi mereka.

  "WAHHH! GILAAA CANTIK BANGETTT!" heboh Vio saat mengangkat benda yang diberikan padanya berupa sebuah pedang yang cantik. Di zaman sekarang sudah jarang ada yang memakai pedang untuk bertarung, kecuali atlet-atlet pedang dan akademi berpedang yang memang masih ada dimasa sekarang di negaranya.

  "Wahhh, apatuhhh?!" heboh anggota lain karena teriakan Vio tadi. "Wah ga adil nihhh masa Vio dikasih hadiah kitanya engga?!" kata salah satu anggota.

  "Yeee! Enak aja lo, emang tuh pistol berkotak-kotak lo beli sendiri?! Itu juga dikasih." kata Vio. "Iya itu mah, lo juga di kasih pistol. Tapikan yang itu cuman buat lo!" mencaknya.

  "Yaudah nih, lo yang pake aja nih." ucap Vio sembari mengarahkan pedang itu kearahnya. "Ga deh, gw ga bisa pake." jawab nya lalu satu markas tertawa dibuatnya. "YEEE! SOSOAN LO!" teriak anggota lain yang membuat sang empu cengengesan.

  Pagi itu mereka semua latihan guna mempersiapkan diri mereka untuk bertarung nanti. Siang hari mereka sudah selesai dengan acara latihannya lanjut makan siang bersama. Mereka mengobrol ringan sembari berkumpul makan di ruang kumpul mereka.

  "Udah selesai makan kan semua? Kalo udah yuk istirahat dulu, tidur siang aja dulu." ucap Daniel yang disetujui oleh anggota lain. "Yaudah kalo gitu, gw naik ya." pamit Vio bangkit dari duduknya dan menuju tangga lingkar yang ada di pojok ruangan. Sebab Vio perempuan sendiri di perkumpulan itu, pihak UNPER menyediakan kamar untuknya.

  Di markas itu hanya ada satu kamar, yakni milik Vio. Anggota laki-laki tak disiapkan kamar, mereka bisa tidur di mana saja. Ada ruang kesehatan yang sering mereka jadikan kamar jika tidak sedang digunakan.

...                                              ✥...

  Sore telah tiba, seluruh anggota sudah siap dengan pakaian misi milik mereka yang sangat tertutup, hanya mata mereka yang dapat terlihat jelas. Mereka terbagi menjadi dua, masing-masing akan menyerang di antara 2 jalur. Vio, Ian, Aran dan beberapa anggota lain akan menyerang di jalur kota sedangkan Kenan dan Daniel berada di kelompok satunya yang akan menyerang lewat jalur hutan.

  "Ingat, kalau ada masalah langsung laporkan, jangan pernah mematikan alat komunikasi kalian dan yang terpenting tetap harus hati-hati." peringat Vio dan diangguki oleh anggota lain, mereka langsung pergi dengan 2 mobil yang telah di siapkan pihak UNPER.

  Mereka sudah siap siaga dan bersembunyi di sekitar jalurnya. Hari sudah gelap yang menandakan sebentar lagi para budak yang di tangkap akan segera menuju tempat pelelangan, sebab pelelangan itu dilakukan di malam hari, di saat semua orang beristirahat, itulah waktu untuk mereka melakukan hal bejat itu yakni pelelangan manusia.

  Vio memasang aba-aba saat ia melihat beberapa pick up dengan label pengiriman bahan pangan itu terlihat. Seperti dugaan Vio, mereka memang memakai pick up pengiriman. Vio yakin bahwa benar di dalam sana banyak budak yang disandera. Karena mereka telah melakukan survei ke pihak penyedia pangan itu dan mereka menyatakan bahwa mereka tak beroperasi di malam hari.

  "Persiapan, Pistol," Vio mulai memberikan aba-aba lewat alat komunikasi mereka saat melihat beberapa mobil pick up mendekat. "Target ban mobil, siap sedia," lagi, dan saat pick up paling depan telah melewatinya, Vio langsung memberikan aba-aba lanjutan.

"Tembak."

"DOR!"

"DOR!"

"DOR!"

  Seketika tempat hening itu menyuarakan bunyi tembakan yang beruntun. 5 mobil pick up itu sontak terhenti karena semua ban mobilnya kempes total. Mereka masih bersembunyi di balik pepohonan dan semak-semak sambil menunggu aba-aba lebih lanjut.

  Puluhan orang berpakaian serba hitam keluar dari mobil-mobil pick up itu dan mereka langsung kalut, "Serang." ILUSIONS keluar dari tempat persembunyian dan langsung menyerang, seketika pertarungan pecah di sana.

  Di tengah hutan yang gelap itu berisik dengan bunyi ledakan pistol, desisan pedang yang berasal dari Vio, dan bunyi-bunyi perkelahian tangan kosong. ILUSONS kalah jumlah, tetapi mereka masih bisa mengimbangi orang-orang itu.

  Beberapa anggota memancing lawannya untuk mengarah ke jebakan mereka dan beberapa telah terjatuh ke sumur yang mereka jadikan jebakan dan beberapa juga ada yang tergantung pada pohon.

  Vio berada di tengah-tengah penyerangan itu hingga ia bisa melihat semua teman-temannya yang ikut menyerang bersamanya, ia menyadari sesuatu, Zavio bos mereka itu tidak kelihatan dan Vio menyadari pick up yang ada di tengah itu, tak ada yang keluar dari tempat pengemudi.

  Ia tak dapat langsung memastikannya karena Ia dari tadi sedang diserang oleh 3 orang sekaligus, Ia melawan dengan dua belati di kedua tangannya.

  "Vio kepada Ian dan Anta, ganti." gumamnya di alat kumunikasi yang menempel di pipinya. "Ian disini." "Anta disini, ganti." dua suara itu datang di indra pendengara Vio. "Arah barat." sebutnya. Selang semenit dua orang itu telah ikut menyerang bersama Vio.

  "Selesaikan disini." ucapnya lalu pergi berlari meninggalkan Ian dan Aran, ia menuju pick up yang tak jauh darinya. Ia mengambil pistol yang bertengger di pinggangnya, dan saat sampai di samping pick up yang berjarak 6 meter darinya, ia langsung menembakkan peluru ke kaca pintu mobil dan seketika kaca itu pecah, memperlihatkan seorang laki-laki di dalamnya dengan posisi mengelak dari peluru Vio tadi.

  "I found you, asshole." desis Vio.

  "Ck! Sialan!!!" geram lelaki itu lalu keluar dari mobil sambil meneteng pistol dan langsung menembak kearah Vio. Vio mulai berlari memutari Zavio sambil mendekatinya, dengan peluru yang mengejarnya. Zavio menembak secara beruntun guna mengenai Vio yang sedang berlari.

  "Hati-hati peluru pistol dari arah pick up tengah! Usahakan lindungin pick up dari peluru." peringat Vio karena lawannya ini menembak mengikuti pergerakan Vio yang mengitarinya. Ia berusaha menghadang peluru dengan pedangnya yang berpotensi mengenai mobil pick up. Peluru itu tak boleh menembus pickup karena orang-orang yang di culik masih berada di sana.

  Setelah berada 2 meter dari lawannya Vio langsung mendekat dan menodongkan pedangnya ke leher Zavio yang dirinya juga menodongkan pistol ke kepala Vio. Vio terkekeh dalam posisinya sedangkan teman-temannya yang sudah menyelesaikan pertarungan mereka menegang melihat Vio.

  "Jangan ada yang menembakkan pistol kearah sini, salah sedikit pelurunya bisa menembus pick up ataupun kena gw. Di dalam sana masih ada orang-orang yang di culik." peringat Vio, takut-takut anggotanya gegabah dan langsung menembak Zavio. Sebab kebanyakan teman-temannya berada di depan dan samping pick up.

  "Selamat malam, tuan Zavio." sapa Vio dengan posisi mereka yang saling menodongkan senjata. "Ck! Unit pertahanan. Apa-apaan ini? Kalian benar-benar suka ikut campur bisnis orang ya?" jawabnya kesal. "Saya minta maaf telah mengganggu bisnis anda, alangkah bagusnya jika anda membuka bisnis yang legal. Kami tidak akan mengganggu anda." ucap Vio dingin.

  "Sekarang jawab, ada berapa seluruh warga yang telah anda curi dan ingin anda lelangkan?" tanya Vio mulai mencari informasi dari pebisnis gelap itu.

  "BRENGSEK!!! GA TAKUT MATI YA?!" sentaknya sambil menekankan pistol ke kening Vio. "Sekarang kalau kamu menjauhkan pedang itu dari leher saya, dan segera pergi nyawa kamu akan saya ampuni." ucapnya pelan sembari menyeringai.

  "Tenang dulu tuan, saya juga sedang menodong anda sekarang, bukan hanya anda yang bisa membunuh saya, saya juga bisa." ucap Vio menggores sedikit leher lawannya. "BAJINGAN!!!" teriaknya langsung menarik pelatuk pistolnya, seluruh anggota ILUSIONS yang menyaksikan itu menutup matanya tak kuat melihat nasib Violia.

"...."

  Hening, tak terjadi apapun. "Ahahahahaha!!" anggota lain membuka matanya terkejut karena bukannya mendengar suara tembakan mereka malah mendengar tawa khas Vio yang nyaring.

  "Tuan, saya beri saran, jika tuan menembak, tuan harus sambil berhitung agar bisa memastikan bahwa di dalam pistol tuan itu masih memiliki peluru atau tidak. Tak bisa berhitung kah?" tanya Vio sembari tersenyum sinis di balik penutup wajahnya, ia sedari tadi memperhatikan jenis pistol dan menghitung semua peluru yang keluar dari pistol lawannya itu dan saat peluru terakhir ditembakkan Vio dengan cepat langsung menodong leher lawannya. Anggota ILUSIONS dapat bernapas tenang sekarang.

  Lawan Vio telah memperlihatkan muka paniknya tangannya merogoh pinggang belakangnya. "Mencari ini tuan?" tanya Vio sambil memperlihatkan sebuah pistol yang ia ambil dari sabuk di pinggang Zavio.

  "B-bagaimana bisa?" herannya, ia tak menyadari saat Vio berlari Vio sempat menarik pistol lawannya secara halus tepat sebelum dirinya menodongkan pedangnya hingga lawannya tak menyadari.

  Zavio lansung berlari ke arah kiri dan ia langsung mengarah ke hutan karena Vio menodongkan pedang di sebelah kanannya, Vio tak mengejarnya ia hanya memperhatikan orang itu berlari ketakutan.

 "DOR! DOR!"

   Dua tembakan meluncur dan mengenai kedua paha Zavio, orang itu langsung tersungkur di tempat. Vio menatap pistol di tangannya. "Bagus juga ya pistol punya tuan, saya ambil ya?" ucapnya. Vio berbalik menghadap anggota lainnya yang terlihat lega menatapnya, lalu ia membuka penutup wajahnya dan tersenyum di sana.

  "Ian, Leo, ikat dia dan bius agar tak terlalu kesakitan dan kirim ke markas UNPER." titah Vio seraya berjalan kearah dua lelaki itu. "Baik!" balas keduanya dan langsung mendekat ke arah Zavio yang sedang meraung kesakitan, Leo mengeluarkan saputangan yang telah diberi obat bius di kantongnya dan langsung ia tempelkan ke wajah Zavio, tak lama setelah itu dirinya telah kehilangan kesadarannya.

  Mereka lalu membuka peti mobil itu dan mendapati banyak warga yang telah diculik dan tidak diperlakukan layaknya manusia. Ada sekitar 80an orang yang dibawa lewat jalur itu belum lagi di jalur satunya yang sekarang sudah dalam perjalanan menemui mereka di jalur kota itu. Pertarungan jalur hutan terjadi lebih singkat dibanding jalur yang Vio tangani.

  Korban penculikan di dominasi oleh perempuan, setelah diselamatkan terjadi haru besar di sana, semuanya menangis tak menyangka dapat terbebaskan. Sebelum mengantarkan mereka pulang, ILUSIONS memberikan mereka makanan dan obat-obatan terlebih dahulu, karena banyak yang mengalami luka dan kalaparan di antara mereka.

  Selang 2 jam, keadaan sudah membaik, para korban juga sudah lebih tenang. Dan mobil untuk mengantar mereka pulang yang disiapkan oleh UNPER telah tiba. Anggota dibagi menjadi beberapa lagi untuk mengantar korban ke rumah masing-masing.

   Vio dengan dua anggota lainnya baru sampai di markas mereka, mereka yang terakhir tiba setelah mengantar para korban. "Wahhh, kerja bagus untuk hari ini semuanya!" girang Kenan. "Ken, lo tau ga tadi Vio itu buat kita semua jantungan tau! Gw kira bakalan cuman nama lo yang bisa pulang Vi!" adu Leo mengingat kejadian tadi saat Vio menghadapi Zavio itu.

  "Iya gw udah denger. Vi, walaupun lo ga apa-apa lain kali kalau mau nyerang bos nya itu jangan sendiri bahaya itu." saran Kenan kepada Vio, dengan nada cemasnya. "Iya-iya maaf gw buat khawatir." balas Vio sambil tersenyum.

  "Nah! Nah! Naahhh! Kek gitu dia tadi liat kita, bisa-bisanya kita yang hampir jantungan liat dia, tiba-tiba dia nembakin peluru lalu senyum!! Psikopat parah jirrr!!" heboh salah satu anggota yang menyaksikan kejadian tadi di depan matanya.

  "Yee!! Enak aja lo! Gw ga bunuh dia ya!! Apanya yang psikopat!" elak Vio. "Nah jadikan itu pelajaran ya, jangan macam-macam ama Vio kalo kalian ga mau mati muda." ucap Ian yang baru datang dengan Aran dan 2 anggota lainnya, mereka baru tiba setelah menyerahkan bawahan Zavio ke pihak UNPER. Mereka mulai bercanda tawa dan menjadikan Vio sebagai objek candaan mereka.

  "Terserah kalian aja deh! Gw mau ganti baju lalu pulang." ucapnya sambil berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Selang beberapa menit Vio telah turun dengan pakaian biasanya dan siap untuk pulang.

    "Vi, yuk pulangnya samaan, kita anter." ucap Daniel. "Dih?! Gausah main anter-anter dehh, gw bisa pulang sendiri." tolaknya.

  "Ga usah nolak Vio, kita bakalan anterin lo, ini udah dini hari. Kita bukannya takut lo di ganggu orang. Nanti kalo lo liat penanpakan lalu lo jatuh dari motor gimana? Udah kita anterin biar kalo lo jatuh, kita ada yang bisa tolongin." sambung Kenan, karena memang itulah alasan mereka ingin mengantar Vio.

  "Betul tuh! Mana lo bawa motor kek orang kesurupan, kalo jatuh paling minimal pasti lo pingsan!" tambah Ian iku-ikutan. "Heh!! Jelek amat ya doa kalian?!" sentak Vio. Ia masih manusia normal tentu saja ia ngeri dengan makhluk seperti hantu! Siapa yang ga takut coba?

  "Bukan mendoakan Vio, memprediksi hal yang tak diinginkan. Makanya ayo kita antar." ucap Aran. "Yaudah deh iya! Yok, gw pindah rumah ya. Ga kerumah ortu gw lagi ya nganterinnya." ucapnya.

  "Orang kaya mah bebas! Yok lo pimpin jalan kita ikutin." ucap Rey. "Heh! Gila?! Kalian semua mau nganterin gw?! Ga! Gak mau gw! Apa nanti kata orang di kompleks gw cok? Bisa kaget para satpam di kompleks gw!" tolak Vio.

    "Yaudah-yaudah biar kami berempat aja yang anterin dia, kalian pulang aja kerumah masing-masing ya?" ucap Daniel menengahi. Anggota lain pun setuju.

  Mereka pulang bersamaan dari markas, mereka bertebaran setelah keluar dari lingkungan markas mereka. Markas mereka sebenarnya adalah rumah dua lantai yang cukup besar dan memiliki halaman yang luas dengan pagar tinggi yang mengelilinginya. Rumah itu memiliki desain modern yang didominasi warna hitam, Markas itu juga adalah fasilitas yang diberikan oleh pihak UNPER.

   5 buah motor membelah jalan raya yang ramai di dini hari. Walaupun sekarang jam 2 dini hari jalanan tetap ramai karena mereka berada di pusat ibu kota negara Tarvisium yang merupakan kota maju. Vio mengendarai motornya di tengah dan masing-masing di kiri dan kanannya ada dua temannya yang mengawalnya.

  Vio tak merahasiakan tempat tinggal barunya karena mereka ga bakalan tahu kalau itu juga rumah dosen Vio, karena mereka beda jurusan sudah pasti mereka tidak akan berurusan dengan Levi, Kenan yang satu fakultas dengan Vio pun ga akan ke rumah dosennya kan? Pikir Violia. Dan mereka jarang berkumpul di rumah karena sudah ada markas tempat untuk mereka berkumpul, kecuali hari-hari tertentu, beberapa kali anggota ILUSIONS pernah kerumahnya dulu walau tak semuanya.

  Tak sampai sejam mereka sudah berada di depan rumah Vio. Maklum saja mereka mengendarai motor selalu melewati batas rata-rata berkendara dengan aman, simpelnya mereka super ngebut jika mengendarai motor.

  "Noh! Dah sampai kita, sana pulang!" ucap Vio saat telah berhenti di depan pagar rumahnya. "Iya bakalan pulang kok kita ga usah di usir gitu!" jawab Daniel. "Yaudah, kalo gitu kita duluan ya." ucap Ian, dan mereka mulai pergi dari hadapan Vio.

...»»---->To Be Continued<----««...

...Helloo~ and, sudah genap sepuluh chapter pertama🤏🏻...

...Bagus ga ceritanya?? Ngawur ga siee?? ...

...Bye byee~ see you in next part👋🏻...

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍 salam kenal 🙏
Ryo_Zanuel???
semangat yaw dari gw, jangan putus asa dan teruslah mengupgrade ceritanya, gw yakin lo bisa 💪
FairyMoo_: omg Thanks😫🙏🏻
total 1 replies
FairyMoo_
Tinggalkan komentar kalian disini ya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!