NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

   Dibawah langit gelap Harry dan Nadia berdiri menatap satu sama lain, pertanyaan Nadia barusan seolah terdengar seperti petir di siang hari tanpa hujan dan awan gelap, Harry menatap sekitar, beberapa orang menatap mereka yang berdiri ditengah jalan menghalangi beberapa pejalan kaki dan kendaraan yang berlalu lalang.

  "Ayo, kita pergi dulu!" Ucap Harry menarik Nadia ikut serta bersamanya.

   Keduanya terus berjalan kedalam apartment, Harry menakan tombol pada lift dan segera masuk bersama Nadia yang masih ingin mendengar penjelasan Harry tentang surat ditempat sampah itu.

  "Itu, surat itu pasti dari Papaku!" Ucap Harry tanpa menatap wajah istrinya.

  "Pulang? Apa artinya pulang? Bukannya katamu Papa dan Mamamu tidak peduli lagi denganmu?"

  "Sebenarnya memang begitu, aku juga bingung kenapa Papa menyuruhku pulang!" Jawab Harry.

  "Apa kamu tahu dimana rumah Papa kandung mu berada?" Tanya Nadia dijawab anggukan oleh Harry.

   Tak lama pintu lift terbuka dan mereka berjalan kembali ke unit apartemen mereka, sambil berjalan Harry menjelaskan alasan kenapa kedua orang tuanya berpisah.

  "Mama mengajukan perceraian karena saat itu Papa jatuh miskin, dulu saat mereka menikah, mereka sudah memiliki rumah dan mobil, juga beberapa lahan pertanian seluas duabelas hektar, katanya mereka memulai semua itu dari nol, hingga suatu hari Papa meminjamkan uangnya pada seorang kenalannya saat sekolah dulu, entah sebanyak apa yang dipinjamkannya hingga suatu hari orang itu kabur meninggalkan utang yang begitu banyak, sejak itu Papa sering diam dirumah mendengar Mama mengomelinya setiap hari, perlahan usahanya mulai bangkrut dan beberapa hektar tanah dijual untuk memenuhi kebutuhan dan membayar hutang, rumah, kilang padi, mobil, semua habis terjual dan sejak itu Mama dan Papa jadi lebih sering bertengkar karena masalah ekonomi,mereka akhirnya memilih bercerai, Mama yang memilih untuk meniti karir sebagai model dan aktris tak ingin aku ikut dengannya karena takut reputasinya akan buruk, sementara Papa tidak mau aku imut dengannya karena katanya mengurus anak seusia ku memerlukan banyak uang, jadi mereka mengirim ku ke panti asuhan. Satu tahun kemudian kudengar mereka menikah dengan orang lain, memiliki keluarga kecil dan mungkin Papa juga merahasiakan pernikahannya sebelumnya. Tapi dua bulan lalu kudengar Papa menghubungi kepala panti asuhan dan katanya dia ingin membawaku kembali kerumahnya, aku mengatakan kalau aku tidak ingin ikut dan ternyata dia malah menyuruh orang untuk menjemput ku!" Ujar Harry.

  "Benarkah? Maaf, aku sempat salah paham, tapi.... aku bukan cemburu ya...., aku hanya.... "

  Nadia menggantung perkataannya, ia menoleh pada Harry yang menatap lekat wajahnya yang memerah menahan malu dan rasa bersalah karena sudah mencurigai Harry sebelumnya.

  "Kenapa...., kau... menatapku seperti itu?" Tanya Nadia menggaruk belakang lehernya, ia segera membuka pintu unit apartment mereka lalu melangkah masuk kedalamnya.

  "Ya ampun!" Ucap Harry tiba-tiba.

   Ia meletakkan barang bawaannya diatas meja kecil didapur lalu duduk diruang tamu, menatap istrinya yang masih berdiri didepannya sambil berpangku tangan.

  "Kenapa aku aku merasa kalau istriku ini belum mencintai ku ya?" Tanyanya menggodai Nadia yang tengah tersipu.

  "Heummm? Apa maksud mu?"

  "Kau tidak cemburu padaku? Bagaimana dengan perempuan tadi? Perempuan setengah gila yang mengejarku tadi? Bagaimana jika dia memelukku? Apa kau tidak cemburu, istriku?" Tanya Harry menaikkan kedua aslinya bergantian.

  "Astagaaa, pertanyaan apa ini? Bukankah aku sudah bilang kalau aku menikah denganmu karena kamu mengatakan kalau harga apartment ini akan jauh lebih murah bagi pasangan suami istri? Aku tidak akan menaruh hati ku pada sembarangan pria karena aku masih trauma dengan apa yang ku alami beberapa waktu lalu!" Jawab Nadia berdalih, Ia membuang tatapannya kearah lain karena tidak ingin menatap wajah Harry.

  Harry menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

  "Begitu ya? Berarti, cintaku bertepuk sebelah tangan saja? Iya?" Tanyanya.

  "Aiissss, sudahlah!"

  "Kenapa kamu malah membahas cinta sekarang, aku mau mengerjakan pesanan dulu!" Kesal Nadia meninggalkan Harry diruang tamu.

Secercah cahaya kebahagiaan muncul dalam hatinya, meski Nadia belum menyatakan cintanya namun Harry tahu kalau gadis itu mulai menyimpan perasaan untuknya.

***

  Arda, Ardi dan Andre membuka buku mereka masing-masing, beberapa buku pelajaran menumpuk diatas meja. Andre dian sejenak memperhatikan saudara kembar itu, keduanya duduk disisi kanan dan kirinya sambil membaca buku ditangan mereka dengan serius, tak lama pintu dibelakangnya berderit, Rina datang sambil membawa beberapa cemilan dan tiga gelas sirup untuk menemani belajar malam ketiga anak remaja itu.

  "Terimakasih, Tante!"

  "Sama-sama!" Ucap Rina dengan ramah.

  Saudara kembar itu masih fokus pada bukunya masing-masing sementara Rina sudah keluar dari kamar tersebut, Andre menatap kembali kedua temannya.

  "Beruntung sekali mereka, kedua orang tua mereka peduli dengan mereka, juga padaku, berbeda dengan Mama dan Papa, mereka bercerai dan menelantarkan ku, tak ada yang peduli padaku!" Batinnya meratapi nasibnya.

   Sudah hampir seminggu tapi kedua orang tuanya tak mencari atau menanyakan kabar tentang dirinya, hidup menumpang dirumah gurunya membuat anak remaja ini merasa hatinya sedikit terbebani karena tak dapat berbuat banyak untuk membantu keluarga tersebut, bahkan untuk biaya rumah sakit beberapa hari lalu ditanggung oleh Nadia selaku anak tertua dari keluarga Mario.

"Hei, melamun aja, belajar dong!" Tegur Ardi mengejutkan Andre.

"Lagi belajar lah ini, lagi mengisi ulang otak!" Ucap Andre menjumput cemilan diatas piring lalu kembali membaca bukunya.

"Helehhhh, isi otak, apa isi perut?" Tanya Arda.

Andre tertawa kecil dibalik bukunya, sementara Ardi menggelengkan kepalanya menatap teman sekelas saudara kembarnya itu. Jarum jam diatas dinding menunjukkan pukul sembilan malam, Ardi yang mulai mengantuk bergegas pergi menggosok gigi, mencuci wajah dan kakinya sementara Andre dan Arda bergegas naik ketempat tidur, mereka menatap layar ponsel mereka dengan serius.

"Papa kamu belum nanya keadaan kamu, Nre?" Tanya Arda dari tempat tidurnya.

Andre yang tidur di kasur terpisah didekat tembok menoleh pada Arda di ranjang kedua tempat tidur bertingkat itu.

"Belum, mana pernah Papa nanya keadaan ku?"

"Kalau Mamamu?"

"Apalagi Mama!" Jawab Andre sambil menggulir layar ponselnya untuk membaca komik online favoritnya.

"Owh ya? Kalau Mama tirimu?" Tanya Arda lagi, kebetulan saat itu Ardi baru saja keluar dari kamar mandi, Ia melempar handuknya yang setengah basah pada saudara kembarnya itu lantaran geram mendengar pertanyaan tajam masuk akal itu.

"Hei, apa-apaan kamu ini?" Kesal Arda bangkit duduk dari tempat tidurnya.

"Hadeuhhhh, kamu ini.... Papanya saja tidak peduli padanya, bagaimana mungkin Ibu tirinya peduli padanya? Ibu tiri baik kalau Papanya baik, benar tidak Andre?"

"Tidak juga, Ibu tiriku lumayan baik, buktinya dia mencari ku dan menjemput ku untuk menjaga anak-anaknya!"

Mendadak senyum di wajah Ardi hilang sekejap, baru saja Ia kagum pada sosok ibu tiri temannya itu namun ternyata itu hanya diangan saja.

"Aku juga bingung gimana cara bayar biaya sekolah ku, astaga.... padahal orang tuaku ada empat, tapi tetap saja aku miskin!" Keluh Andre.

"Oh my god, gelapnya dunia!" Ucap Arda menutupi telinganya.

Andre hanya tertawa, ia kembali fokus menatap layar ponselnya sementara Ardi menekan saklar lampu didinding untuk memadamkan lampu sebab ia mulai mengantuk. Hening sejenak, hanya terdengar suara jangkrik dari halaman serta beberapa bunyi kendaraan yang berlalu lalang di jalanan sana.

"Arda, Ardi!" Panggil Andre.

"Heummmm!" Jawab Ardi dengan mata tertutup dan tangan dilipat, seolah ia bersiap untuk menjemput mimpi-mimpi indahnya malam ini.

"Apa aku bekerja paruh waktu saja dengan Kak Nadia? Dia kan butuh kurir buat ngantar pesanan di sekitar sini, bagaimana cara mengatakannya ya?"

"Huuuurgggg, haaaahurfffff, haaaagurrffgg!"

Ardi mendadak mengorok sementara Arda mematikan layar ponselnya secepat kilat, Andre mengerutkan keningnya melihat kedua saudara kembar itu begitu takut setiap kali ia membahas Nadia.

Sementara saat ini Nadia tengah sibuk mengejar target untuk pesanannya yang sudah tiga hari ini tidak ia kerjakan karena sibuk kuliah dan bolak-balik rumah sakit untuk melihat Arda, Ardi dan Andre kerumah sakit, Nadia bolak-balik dari ruangan tempat ia menyimpan stok mutiara berwarna-warni itu dan memindahkannya keruang tamu sementara Harry dengan tenang belajar didepan televisi sambil mengejar tugas kuliahnya dan istrinya. Kepribadian kedua orang ini memang jauh berbeda, Harry yang tenang dan santi dan Nadia yang bergerak cepat sedikit rusuh.

Seperti saat ini, saat dimana Nadia membawa beberapa plastik mutiara dengan berbagai jenis bentuk dan warna itu, tiba-tiba satu kantong mutiara terjatuh dari tangannya, sambil mengerutkan keningnya ia menundukkan badannya hendak meraih kantong yang terjatuh itu, namun belum sempat ia meraih kantong diatas lantai tiba-tiba satu kantong lagi terjatuh, diraihnya kedua kantong itu namun kantong lainnya kembali jatuh hingga membuat gadis itu kesal.

Bhug

"IHHHHH, KENAPA DENGAN BARANG-BARANG INIIIII?" Pekiknya kesal hingga membuat jiwa tenang Harry terkejut.

1
Yeni
Saya suka.... saya suka.....
Tompul LumbanDolok
Ceritanya cukup bagus
Taslim Rustanto
aahh Jesika gila ternyata..😊😊
Askararia: Dia ingin pemuda tampan ituuu 🤭
total 1 replies
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!