NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:588k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran Brian kepada Rinnada

Cuaca pagi di hari minggu sangat cerah. Seperti mendukung pertemuan dua insan yang sedang di mabuk asmara ini. Pergi jalan-jalan ke pantai setelah mata kuliah menggugurkan waktu bertemu mereka dalam satu minggu.

Satu minggu lalu, Rinnada dan Brian bahkan tidak bertemu. Hanya sesekali melambaikan tangan saat tak sengaja berpapasan di lorong kampus. Itulah mengapa sekarang mereka memilih untuk bertemu di hari minggu pagi, untuk membalaskan dendam rindu yang menggebu.

Rinnada menahan rambutnya yang disibak oleh angin. Melihat ke hadapannya, gulungan ombak yang saling mengejar. Ia menutup matanya. Sungguh, hal ini sudah lama sekali ia tidak rasakan.

Selama ini, dia hanya mengikuti apa yang Bundanya mau. Bahkan, untuk sekedar jalan-jalan keluarga saja, mereka hampir tidak pernah melakukannya lagi.

Brian datang dari belakang. Memeluk tubuh kekasihnya yang menikmati angin pantai. "Kau suka?" Bisiknya di telinga Rinnada.

Rinnada mengangguk. Dia membalikkan tubuhnya, menghadap Brian. Melingkarkan kedua tangannya di leher Brian. "Terimakasih. Kau selalu membahagiakanku". Ucapnya sambil mengecup pipi Brian.

Kecupannya di balas pelukan. "Ayo, lakukan apapun yang ingin kau lakukan disini".

Rinnada melepas pelukannya. Menarik tangan Brian berlari di pinggir pantai. Sesekali ia menyibakkan air ke arah Brian. Berlarian dan tertawa, melupakan apapun beban mereka hari ini.

Setelah lelah bermain, Rinnada merebahkan kepalanya di pangkuan Brian. Manatapnya dari dagu hingga ujung rambutnya yang berantakan karena angin. Ah.. dia mencintai lelaki ini.

Rinnada menyentuh dagu Brian yang sedari tadi napasnya masih naik turun karena lelah berlari. Jantungnya terasa berdegub kencang. Ia berpikir, apakah kebahagiaan yang ia rasa hari ini bersama Brian akan berlangsung sampai mereka mati? Rinnada tidak bisa membayangkan, jika suatu hari Brian menyadari sesuatu, lalu meninggalkan dirinya.

"Kau tidak lelah?" Tanya Brian yang menundukkan wajahnya, melihat wajah Rinnada yang berada di pangkuannya.

Rinnada menggelengkan kepalanya. "Aku sudah lama tidak merasakan ini." Ucapnya sambil mengingat keluarganya. Kakak laki-lakinya, Bunda, Ayah, dan adiknya.

"Benarkah?"

Rinnada mengangguk. "Bunda adalah orang yang sangat sibuk setelah Ayah meninggal". Pandangan Rinnada jauh ke atas langit. Mengingat wajah Ayahnya yang terbentuk di atas langit yang ia pandang.

"Apa Ayahmu yang punya perusahan coklat?"

"Ah. Benar. Bagaimana kak Ian tahu?"

"Kau lupa lagi ya. Waktu aku memberimu coklat, aku menelponmu malam harinya. Dan kau yang bilang kau bosan dengan coklat karena Ayahmu yang punya perusahaannya". Jelas Brian yang masih mengingat betul memori saat ia menelpon Rinnada.

Rinnada tampak bingung. Namun ia melanjutkan ceritanya. "Waktu itu usiaku 10 tahun. Banyak yang bilang, Ayah meninggal secara tidak wajar. Beliau kecelakaan hebat namun polisi seperti tidak menanganinya dengan benar".

"Kenapa begitu?"

"Entahlah. Dari cerita orang-orang, Kecelakaan Ayah adalah kecelakaan tunggal. Waktu itu tidak ada saksi mata satu orangpun. Tapi, baru satu hari Ayah meninggal, bisnis dan saham perusahaan Ayah turun dan di beli oleh orang tak dikenal. Kata tangan kanan Ayah, dia sengaja menjual supaya kami tidak perlu repot memikirkan perusahaan. Tapi bunda menuduh tangan kanan Ayahlah yang curang."

Brian diam mendengarkan.

"Entahlah. Aku juga tidak mengerti tentang saham-saham segala macam. Hanya saja setelah itu, Bunda seperti anti saat melihat coklat. Makanya, kamipun tidak ada lagi yang memakan atau membelinya."

Brian membelai rambut Rinnada. Mendengarkan kisah keluarga kekasihnya yang sempat membuatnya bersedih.

"Kakak sibuk belajar untuk meraih dokter spesialis. Bunda juga seorang dokter spesialis. Bunda bekerja keras supaya kakak bisa lulus dengan baik." Dia menghela napasnya.

"Ada siapa lagi di keluargamu?"

"Adik perempuan. Tapi aku tak akrab".

"Tidak akrab?"

"Ya. Dia tidak menyukaiku".

"Kenapa begitu?" Brian mengerutkan alisnya.

"Karena tidak begini". Ejek Rinnada sambil ketawa. Memainkan jarinya di hidung mancung Brian.

Rinnada mengangkat kepalanya. Duduk di dihadapan Brian. Jarak mereka sangat dekat. Brian menatapnya penuh cinta. Satu-satunya perempuan yang mengisi kebahagiaan dihatinya.

Melihat Rinnada yang hanya diam menatapnya, membuat Brian bertanya.

"Kenapa sayang? Apa ada yang mengganggumu?"

Rinnada menggeleng. Ia mendekatkan wajahnya hingga bisa merasakan napas Brian. Ia menaikkan kepalanya, meraih bibir Brian yang sedari tadi tersenyum kepadanya. Mendapati itu, Brian membalas kecupannya. Merasakan lembutnya bibir Rinnada.

Ini bukanlah yang pertama. Namun degup di dadanya terus berdetak sangat cepat. Begitu juga Rinnada. Entah apa yang membuatnya berani melakukan ini kepada Brian. Yang jelas, ada perasaan hangat dan tak ingin berpisah dari dirinya.

Napas mereka tersengal karena deguban jantung yang luar biasa kencang.

"Jangan tinggalkan aku". Ucap Rinnada pelan namun terdengar ketakutan dari nada dan ekspresinya.

"Rin." Brian menyentuh pipi gadis itu. "Akulah yang seharusnya berkata begitu. Aku sangat takut jika kau yang meninggalkan aku".

Rinnada menggelengkan kepalanya. "Itu tidak akan terjadi. Takkan pernah.." Rinnada menaikkan jari kelingkingnya. "Berjanjilah padaku. Jangan tinggalkan aku, apapun yang terjadi".

Brian meraih kelingking kecil milik Rinnada dan mengaitkannya dengan kelingkingnya. "Aku, Brian Zaymusi, berjanji untuk terus mencintai Rinnada dan akan selalu berada di sampingnya. Tunggu, itu tidak mungkin terjadi". Ucapnya merasa ada kesalahan dalam janjinya.

"Apa? Kenapa tidak mungkin?" Tanya Rinnada protes. Mulai berpikir Brian mungkin akan membohonginya.

"Bagaimana jika aku ingin ke kamar mandi? Apa kau mau terus disampingku? Bagaimana aku bekerja? Kalau aku terus disampingmu, mungkin kita akan jadi pengemis".

"Bicara apa kau? Siapa yang mau jadi pengemis bersamamu?" Tanya Rinnada emosi.

"Apa? Hei, aku tidak bisa bekerja jika harus di sampingmu terus. Bagaimana kita bisa makan? Kalau kau mau terus dekat denganku, kita bisa sama-sama jadi pengemis". Ucap Brian tak masuk akal.

Bug!

Sebuah pukulan mendarat di dada Brian.

"Awww" Rintihnya becanda, karena pukulan Rinnada sebenarnya tidak terasa sakit.

"Aku tidak mau jadi pengemis. Apalagi bersamamu". Ucapnya protes kepada Brian yang sedari tadi bercanda. Padahal dia mau terus mendengar isi janji manis Brian.

"Iya, iya, haha. Mana mungkin aku tega membiarkanmu hidup susah. Aku tak akan membiarkan itu terjadi."

Brian menangkup wajah Rinnada dengan kedua tangannya.

"Dengarlah.." Brian menatap lekat gadis di hadapannya yang memasang ekspresi sebal. "Aku tidak akan mampu melihatmu dalam kesulitan. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Jadi sekarang, menikahlah denganku dulu. Nanti akan aku buktikan saat kau sudah menjadi istriku."

Rinnada melepaskan tangan Brian yang menangkup pipinya. "Lamaran macam apa itu!" Kata Rinnada memasang wajah cemberut.

"Jadi, bagaimana? Kau menerimaku?"

"Tidak!"

"Ayolah, terima aku dulu. Nanti akan aku buktikan". Bujuk Brian

"Berhentilah bercanda. Aku sedang kesal denganmu".

"Siapa yang bercanda? Aku serius. Aku berniat datang ke rumah orang tuamu besok".

"Apa?" Rinnada tak tahu apakah Brian sedang bercanda atau serius.

"Jawab aku, cepat." Desak Brian.

"Kepiting! Itu kepiting!" Rinnada menunjuk ke arah kepiting putih yang sedang berjalan menyamping di atas pasir.

"Hei, jawab aku dulu". Brian menahan Rinnada yang hendak mengalihkan pembicaraan.

"Tunggu, aku mau kejar hewan itu!" Teriak Rinnada menunjuk kepiting yang sudah akan masuk ke dalam ombak.

Brian melepaskan tangannya yang menahan Rinnada. Dia tersenyum bahagia melihat Rinnada yang berlari mengejar hewan itu. Namun sepertinya ia tidak dapat mengejarnya, karena hewan itu menyadari kedatangan Rinnada dan berlari masuk ke dalam gulungan ombak.

Melihat itu, Rinnada menatap sebal ke arah Brian. 'ini gara-gara kak Ian' Kira-kira seperti itulah arti tatapannya sekarang dan membuat Brian tak dapat menahan tawanya.

Bersambung....

(Gambar ilustrasi diambil dari kibrispdr.*rg)

1
Cana Galak
Luar biasa
Cana Galak
Lumayan
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Buruk
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!