NovelToon NovelToon
Jejak Pendakian Terakhir

Jejak Pendakian Terakhir

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Cintapertama / Spiritual / Mata Batin
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: hambali balon

pendaki yang sudah pensiun (gantung carrier) harus kembali dikarenakan adik kandung dari seangkatan komunitasnya tersesat di gunung ketika melakukan pendakian.
Dia harus kembali ikut pencarian demi sesuatu yang satu orang pun tidak tahu, di dalam pencarian dia menemukan arti dari sebuah kehidupan dan cinta yang selama ini dia cari.
Pencarian dihentikan karena sudah melewati ambang batas yang ditentukan. Tetapi demi orang yang dia sayangi balon dan beberapa temannya melanggar peraturan yang sudah ditentukan, karena adik sahabatnya belum juga ketemu, sedangkan rekan-rekan sudah ditemukan.
Pertukaran terjadi antara yang dicari dengan yang mencari. Akhirnya pencarian di tambah waktu nya dengan pergantian foto di papan pencarian. “Foto balon di letak di papan pencarian” sampai ambang batas yang ditentukan untuk pencarian balon juga belum ditemukan, dia kekal hidup di alam lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 : Kisah Lama Yang Terpendam

Tidak berselang lama bang bolang dan bang soram masuk ke dalam tenda kalem menyenggol balon

dengan ekspresi sedikit takut “Lon kau iya-iya aja, mana aku takut”

“udah kita kan berdua, mana mungkin aku tinggal kau Lem, kalau kau nanti aku tinggal ilang pulak kau, jadi tambah kerjaan”

“telur itik lah kau Lon”

tidak lama berselang mereka berbicara seorang pria tadi lewat lagi permisi dengan balon dan kalem

“permisi bang mau lewat”

“iya bang” ucap balon

kalem sudah mulai ketakutan, kalem dan balon terus melihat kemana arah pria itu berjalan, pria itu jalan terus ke dalam hutan yang jarang dimasuki oleh pendaki

“Lon kau lihat itu dia masuk ke situ, di situ kan hutan yang jarang di masuki pendaki dan ujungnya jurang Lon”

“iya aku tahu, kau diam jangan berisik kali, nanti yang lain tahu, makin berabe” ucap balon sambil berbisik

“Lon baru kali ini aku takut naik gunung ini Lon, sumpah aku baru kali ini aku takut” ucap kalem sambil memeluk balon

“apa-apaan ini kau Lem, risih tahu?”

“gak tahu kau, aku lagi ketakutan” kalem merinding ketakutan

“iya sudah kalau kau takut, kamu masuk saja sana” ucap balon

“gak mau aku Lon, di tenda juga aku sendiri, mending di sini” ucap kalem

“iya sudah kalau kau takut jangan peluk-peluk aku juga, risih tahu nanti kalau di lihat orang pikirnya aku homo tau”

“biarin orang mau bilang apa, dia kan gak tahu keadaan kita” ucap kalem

“telur itik kau lah Lem?”

Tiba-tiba ticong keluar dari tendanya sambil mengejutkan kalem ”derrr”

kalem terkejut setengah mati, sambil mengucap “Allahu Akbar”

“kau rupa nya Cong, buat kaget aja kau” ucap kalem

“emang kenapa kau Lem, pucat kali mukamu?”

balon langsung menyahut “gak ada apa-apa kok Cong, cuma terkejut saja dia” ucap balon sambil memberi kode agar kejadian tadi tidak dibicarakan sama ticong

“iya gak apa-apa kok Cong, kau ngagetin aja makanya aku pucay mukaku” jawab kalem

“iya sudah, aku pikir kenapa” ucap ticong

“bentar ya aku ke tenda dulu mau ambil tas kecil ku” ucap balon

“Lon” ucap kalem

sambil memberi kode “udah bentar aja kok”

“kenapa sih kalian?” ucap ticong yang penasaran

“gak papa kok Cong, tadi bang soram pesan sama kami untuk berjaga malam ini” ucap balon sambil beranjak dari duduknya

“iya Cong, bener itu kata Balon”

“oh iya sudah”

“bentar ya” balon berlari ke tenda mengambil tas kecilnya yang berisi buku tulisannya dan pulpen.

Setelah sudah mengambil tasnya balon langsung kembali ke tempat di mana kalem dan ticong duduk

“gak lama kan Lem”

“iya-iya”

“Lem kamu bisa masuk sebentar, aku mau bicara serius sama balon” ucap ticong

“hmmm, iya sudah tapi nanti kalau bang soram bangun lihat aku gak ada, jangan bilang aku gak mau jaga ya” ucap kalem menutupi ketakutannya

“iya-iya” jawab ticong

dengan langkah yang berat kalem beranjak dari tempat duduknya menuju tenda,

‘asem malah keluar pula ticong, jadi di suruh masuk ke tenda aku, mana aku takut, mana mungkin aku bilang kejadian tadi, kalau aku bilang yang ada ticong tahu jadi kacau’ ucap kalem dalam hati

di dalam tenda kalem tidak bisa tidur, kalem masih memikirkan kejadian tadi, sedang kan balon dan ticong masih di luar

“ada apa Cong, kamu mau ngomong apa?” tanya balon

“aku mau cerita masalah tadi siang Lon”

“masalah di jurang itu ya?”

“iya Lon”

“oh masalah itu toh, aku pikir masalah lain, hehehe”

“aku gak bercanda ini Lon”

“iya-iya, kalau masalah itu, firasat aku sih sama dengan kamu Cong, tapi itu semua kita serahkan saja sama tuhan Cong”

“iya sih Lon”

“aku akan berusaha untuk menemukan bogel”

“iya kan kita juga sama-sama berusaha”

dengan tersenyum “iya kita sama-sama berusaha”

dalam hati balon berbicara ‘aku pasti menemukan adik kamu Cong, aku janji. Walau aku menjadi tukarnya’

“kenapa kamu bengong Lon?” tanya ticong

“gak apa-apa aku cuma mikirin tulisan ku Cong” ucap balon sambil menutupi semua kebenaran yang balon tahu

“kamu jangan bohong, pasti kamu mikirin yang lain kan?”

‘kurang ajar dia tahu saja’ ucap balon dalam hati

“sumpah gak ada kok Cong” ucap balon yang berbohong

“benar kamu gak pikirin aku” ucap ticong yang langsung mengarah ke perasaan

“kalau itu aku gak berani Cong, aku takut mengecewakanmu lagi”

ticong merebahkan kepalanya di pundak balon “Lon aku rindu masa-masa dimana aku bisa manja dengan kamu”

sambil memegang kepalanya ticong “maaf ya Cong, aku sudah lama meninggalkan kamu”

“gak apa-apa kok, aku tahu kau tidak mencari yang lain, selain aku” ucap ticong

“kamu tahu dari mana?”

“kalem yang cerita sama aku, bahkan cermai juga bilang sama aku juga, aku saja yang terlalu egois dan manja”

“iya tapi aku tetap minta maaf sama kamu, karena selama ini aku tidak ada kabar”

“iya aku juga minta maaf ya, karena keegoisan aku”

“gak apa-apa kok manja ku”

“apa Lon, kamu sudah mau panggil aku seperti dulu”

“memang gak boleh?”

“ya boleh, aku makin senang balon ku”

dengan tersenyum “iya manja ku” ucap balon dengan mesra

tidak berselang lama bang soram keluar “seperti ini akur kan enak bang lihatnya” ucap bang soram

“eh bang soram,”

“sudah gak apa-apa Cong, yang penting kamu semangat lagi, bang juga senang kalau kalian berdua akur lagi, gak kayak kucing sama tikus, hehehe”

“abang yang ada-ada saja” ucap balon

“oh iya kalem mana, kan bang suruh dia jaga?”

kalem yang dengar dari tenda langsung menyahut “di suruh sama orang itu berdua bang aku masuk”

“sini kau Lem”

“astaga pasti aku kena lagi ini”

kalem yang keluar dari tenda langsung ke menuju ke tempat bang soram

“ada apa bang”

“kamu lain kali kalau bicara kemari, ini bukan kondisi seperti biasanya” ucap bang soram dengan tegas

“maaf bang, kalem salah”

“iya sudah, kalau kau disini juga pasti ganggu mereka berdua lah, memang kamu mau jagain nyamuk”

sambil garuk-garuk kepala “hehehe, iya juga bang, mana mau aku jagain nyamuk mereka”

“jagain ngamuk apa yang itu, pilih mana kau Lem” ucap balon sambil bercanda

“gak mau aku dua-duanya telur itik”

“sudah-sudah Lem buat kopi enak ini Lem, kan gak mungkin abang suruh balon kan, pasti ticong marah”

sambil menelan nafas “hmmm, apes kali bah, maju kena mundur kena”

bang soram, ticong dan balon tertawa

“memang Lem kalau gak ada kau gak rame” ucap bang soram

dengan badan yang melambai seperti wanita “iya abang awak” ucap kalem sambil bercanda

kalem sambil berlari dengan gaya waria

“dasar kau lah Lem” ucap bang soram

“Cong kamu gak tidur?”

“besok butuh tenaga lagi” ucap bang soram

“iya bang bentar lagi” jawab ticong

“hehehe yang mengulang kasmaran payah lah” canda bang soram

“ih biarin lah bang”

“iya-iya”

“kamu sibuk apa sih Lon?” ucap bang soram

belum lagi balon menjawab ticong sudah menjawab “buat puisi bang buat adek hehehe”

“iyah malah kamu pulak yang jawab Cong, yang ditanya siapa yang jawab siapa?”

“hehehe, asistennya bang” ucap ticong

“iya bang lagi nerusin novel bang sekalian buat puisi” ucap balon

“benarkan bang?”

“iya-iya kamu selalu benar” ucap bang soram sambil memegang kepala ticong

“dasar manja” ucap bang soram

sedang asyik berbincang-bincang, kalem yang bergaya seperti waria datang “kopinya sudah siap tuan-tuan dan nyonya” ucap kalem sambil bercanda

semua tertawa dibuat kalem dengan tingkahnya yang lucu.

Malam itu mereka berempat berbincang-bincang, balon sambil menulis puisi dan melanjutkan novelnya

Keindahan Malam di Puncak

Di puncak yang sunyi, angin berbisik,

Menari lembut di ranting-ranting,

Bintang berkilau, bagaikan permata,

Menghias langit dalam cahaya.

Kabut tipis menari pelan,

Menyelimuti lembah nan tenang,

Dingin menggigit, namun indah,

Menjalin damai dalam lelah.

Di kejauhan lampu berpendar,

Seperti kunang-kunang menari liar,

Gunung menjulang, gagah perkasa,

Menatap malam penuh pesona.

Oh, puncak yang sunyi, penuh magis,

Malam menghampar dalam bias,

Hatiku tenang, jiwaku larut,

Dalam keindahan yang tak surut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!