NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Gosip

"Foto-foto ini beredar pagi tadi, entah dari siapa." Lita memegang pergelangan Raya. "Ra, kami kan sudah memperingatkanmu. Saya yakin, yang mengirim foto-foto ini pasti punya niat jahat."

"Tapi, Saya tidak punya hubungan khusus dengan dokter Adrian, Kak. Dia hanya memberikan tumpangan."

"Ra, siapa yang akan percaya dengan omongan kamu. Mana ada orang memberikan tumpangan setiap hari. Saya khawatir, kamu bisa jadi bahan perbincangan orang-orang disini."

Raya segera masuk dalam ruangan. Ia bingung, bagaimana menyikapi kabar tersebut. Menghubungi dokter Adrian, tapi ia harus mengatakan apa. Karena hubungan mereka, hanyalah sebatas teman.

Ia kembali memperhatikan foto-foto tersebut. Aneh, sebab foto-foto itu sangat jelas. Seolah, diambil dari jarak dekat. Apa ada seseorang yang membuntuti mereka selama ini? Tidak mungkin, hanya kebetulan. Apalagi, jumlah foto yang beredar bukan hanya satu.

Raya tertarik pada nama si pengirim, yang ternyata anggota grup chat. Meski, menggunakan nama anonim. Dan setelah lama dikirim, akhirnya ada seseorang yang menuliskan komentar. Dan mulailah, saling membalas.

A😍 : Aku pikir, gadis dari mana. Ternyata!!

B😊 : Aku memikirkan, dia menggunakan sihir apa untuk melelehkan gunung es, sedingin itu.

A😍 : Kau benar. Bahkan aku membutuhkan waktu bertahun-tahun, hanya untuk menyapanya. Tapi dia, wow. Aku memberikannya dua jempol.

C😇 : Kalian merasa tersaingi?

A😍 : Benar, sekaligus merasa tidak adil. Kenapa harus wanita seperti itu?

B😊 : Ada begitu banyak wanita yang sepadan dengannya. Kenapa harus dia?

Raya menghela napas panjang, mencoba untuk bersabar. Apalagi, ia merasa tersinggung dengan ucapan mereka, meski tidak menyebut namanya secara langsung. Ia masih ingin bekerja, walaupun keadaan mulai tidak nyaman.

"Ra," Dian menghampiri Raya yang termenung. "Gaji sudah masuk." Dian menepuk bahu Raya, yang seolah tak mendengar ucapannya. "Sudah, jangan memikirkan yang tidak penting. Seseorang merasa iri denganmu."

Raya hanya mengangguk, lalu segera mengecek ponselnya. Ia mulai menghitung, pengeluaran untuk sebulan. Untuk gaji di restoran, ia akan menabungnya tanpa mengambil sepersen pun. Selesai, ia segera mentransfer kepada ibunya.

"Kenapa tidak diangkat?" Raya mematikan panggilan, setelah sang ibu tidak juga menjawabnya.

"Kenapa, Ra?"

"Aku telpon ibuku, tapi tidak diangkat."

"Mungkin sibuk. Ini masih pagi, Ra. Banyak pekerjaan."

Benar juga, pikir Raya. Ibunya pasti kerepotan mengurus Lily. Apalagi, ia seorang diri, karena Rafi sudah berangkat sekolah.

"Raya," panggil ibu Sita yang tiba-tiba muncul tanpa memberi salam.

"Iya, Bu."

"Ikut saya." Semua orang dalam ruangan menatap Raya. Sudah pasti, gosip yang beredar membuat Raya harus dipanggil.

"Saya tidak mau ikut campur masalah pribadi kamu. Tapi, Saya ingin mengkonfirmasi tentang identitas kamu." Ibu Sita memandang Raya, dengan tajam. "Bukankah, saat melamar pekerjaan. Kamu bilang, bahwa kamu seorang ibu rumah tangga dan identitas kamu pun tertulis, kalau kamu sudah menikah."

"Benar, Bu. Tapi, waktu itu sebenarnya, Saya baru saja bercerai. Dan saya, belum sempat mengubah kartu identitas saya, karena belum ada akta cerai."

"Lalu, sekarang?"

"Akta saya sudah terbit, Bu. Tapi, saya belum sempat untuk mengubahnya. Anda tahu, kalau saya harus kerja."

"Saya akan memberikanmu izin dua hari untuk mengurusnya. Ingat, rumah sakit tidak akan mentolerir scandal yang beredar."

"Baik, Bu. Terima kasih." Raya bangkit.

"Kalau boleh tahu, apa hubunganmu dengan dokter Adrian?" tanya ibu Sita, membuat Raya kembali menoleh.

"Tidak ada, Bu. Dia hanya memberikan tumpangan."

"Baiklah, silahkan pergi. Tapi, sebaiknya mulai sekarang, kamu menjauhinya. Ingat, saingan kamu terlalu banyak dan kamu berada di level paling bawah."

"Saya akan mengingatnya," balas Raya.

Raya berjalan keluar dan mulai merasa tidak nyaman, dengan tatapan para gadis-gadis seragam putih. Ada yang hanya berbisik, sembari mendelik dan ada yang terang-terangan menyindirnya. Raya berusaha untuk tidak peduli, meski mulutnya sudah gatal untuk berteriak.

"Bagaimana?" Raya disambut rekan-rekannya yang penasaran.

"Tidak ada. Besok aku libur, untuk mengurus kartu identitas baru."

"Kenapa?" tanya mereka kompak.

"Aku menggunakan kartu identitas lama, saat melamar kerja. Jadi, aku diminta untuk mengubahnya."

"Apa ada hubungannya dengan foto-foto kamu yang berbeda?"

"Entahlah, Kak."

Raya sebenarnya, mulai malas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama. Apalagi, ditambah ia mulai tidak nyaman. Dan anehnya, si sumber masalah tidak menelpon atau memberikan konfirmasi di grup percakapan mereka.

Pukul satu siang, jam istirahat baru saja selesai. Seperti biasa, Raya hanya memakan roti dan segelas teh hangat untuk mengganjal rasa laparnya. Sebelum kembali bekerja, ia menelpon sang ibu. Namun, lagi-lagi tidak dijawab. Hingga, membuatnya merasa tidak tenang.

"Aneh," gumam Raya, mulai merasakan firasat buruk.

"Kenapa, Ra?"

"Sejak pagi, ibu tidak menjawab panggilanku. Perasaan aku tiba-tiba tidak tenang."

"Apa tidak ada orang lain, yang bisa kamu telpon disana?"

Raya menggeleng. Adiknya tidak memiliki ponsel, ia juga tidak menyimpan nomor ponsel ayahnya, hanya karena masih sakit hati dan kecewa.

"Kak, aku izin pulang, yah. Aku harus ke kampung. Perasaan aku tidak enak."

"Oke. Kamu hati-hati."

Raya segera membuka seragamnya, menyambar tas dan berpamitan pada yang lain. Ia berlari keluar ruangan, sembari memainkan ponsel. Ia tidak mendengar, ada seseorang yang terus memanggil, bahkan mengejarnya.

"Raya," dokter Adrian langsung menggenggam tangan wanita itu.

"Maaf, dok. Saya harus pergi."

"Ke mana? Biar, saya antar."

"Tidak perlu, dok. Saya harus ke kampung, perasaan saya tiba-tiba tidak enak."

"Tunggu, disini. Aku ambil mobil."

Baru saja, Raya hendak menolak. Dokter Adrian sudah berlari masuk dalam gedung rumah sakit. Sudah terlanjur, Raya akhirnya menunggu. Lagi pula, dengan kendaraan pribadi, ia bisa tiba dengan cepat.

"Halo, bu. Kenapa ibu tidak mengangkat panggilanku?"

"Ibu di rumah sakit, Nak. Lily demam."

"Apa?" Air mata Raya langsung menetes. Ia jadi kalang kabut, karena cemas dan panik bersamaan. "Kapan bu? Kenapa ibu tidak bilang?"

"Ibu hendak memberitahumu, kalau ibu tiba di rumah sakit. Tapi, ibu lupa, karena harus mengurus administrasi."

"Rumah sakit mana, Bu?"

"Nanti ibu kirim alamatnya."

Raya berlari menghampiri mobil Adrian, yang baru saja berhenti. Dengan panik, ia memberitahu tujuannya, sambil terus menelpon sang ibu.

"Apa ibu sendirian disana?"

"Ada ayahmu, Nak. Jangan khawatir, Lily sudah diperiksa dan diberi obat."

"Aku sudah dijalan, bu." Raya mematikan HP dan menaruhnya dalam tas. Untung ibu Raya, membawa Lily dirumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya bekerja.

"Siapa yang sakit, Ra?" Adrian melaju kecepatan tinggi, sebab melihat kepanikan yang terpampang di wajah Raya.

"Putriku," jawab Raya. Dan saat itu, Adrian langsung mengerem mendadak ditengah jalan.

"Siapa?" Adrian kembali bertanya, dengan raut wajah syok.

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!