bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 17
Alana terdiam di tempat tidurnya, bahkan saat dirinya berteriak minta didengar pun Ayahnya selalu menutup telinga dan mata. Alana menahan perih di sekujur tubuhnya, Alana tidak bisa tidur setelah mendapatkan pukulan dari Ayahnya matanya mungkin ngantuk tapi tidak dengan otaknya yang masih semangat berkerja. semua kenangan buruk yang pernah di laluinya menari-nari di benaknya, ingatannya bentrok sampai saat dia baru akan masuk SD dimana Ayahnya hanya meninggalkannya di gerbang sedangkan Aluna di gendong masuk, dirinya yang tidak mengerti apa-apa itu hanya terdiam tanpa berkutik sampai sang guru yang datang menghampirinya
Alana hanya mengikuti langkah kaki gurunya, meski saat itu dia tidak mengerti apa-apa tapi Alana ingat dengan sepatah dua patah kata gurunya
"Ini Anak sial, kata Tuan Besar tidak boleh membiarkannya berteman dengan anak lain, biarkan saja dia sendiri"
haha, entah bagaimana perasaannya di saat itu jika dia mengerti. Alana mendapat banyak bully di saat dirinya kelas 1 SD, selalu membawa luka saat pulang sekolah teman-temannya sering memukulnya dengan buku, terkadang di lempari batu namun Ayahnya sama sekali tidak peduli, bahkan menyalahkan Alana dan memukulinya. saat dirinya kelas 2 SD, Alana pernah hampir tertabrak mobil karena menyelamatkan Aluna, bukannya khawatir dengan keadaan Alana yang lecet karena aspal Ayahnya lebih memilih menghukumnya karena tidak bisa menjaga Luna, lalu di kelas 3 SD mereka pernah tenggelam di kolam renang karena Aluna yang memaksa ingin lompat, Lana menolak dan mengingatkan kakak kembarnya itu jika mereka tidak bisa berenang namun Aluna yang tidak senang dengan penolakannya malah mendorong nya, saat Aluna tau dirinya tenggelam tak bisa berenang Aluna ikut lompat untuk menghindari kemarahan, saat sadar Alana sudah di gudang dan dipukuli, Aluna menuduhnya jika dirinya yang mendorong kakaknya itu.
perlahan air mata Lana mengalir tenang, berusaha melupakan semua hal itu namun Lagi-lagi kenangan buruk itu seakan melarangnya untuk tidur
otaknya memutar kenangan saat dirinya baru masuk SMP, Ayahnya setiap hari marah padanya karena harus mengeluarkan biaya sekolah, Lana terpaksa bekerja dan Ayahnya juga mengkonfirmasi jika uang yang dia keluarkan untuk biaya sekolah itu adalah hutang Alana, sekeras itu Alana berkerja untuk mengganti setiap uang yang Ayahnya keluarkan untuk nya. masih tak berhenti disana semua mimpi buruk itu seakan sengaja mengingatkan Alana tentang berapa buruknya jalan yang dia lalui selama ini, seolah mengatakan jika Alana harus melawan badai itu lebih keras lagi
pagi datang dan Alana masih tak bisa tidur, Lana yang semalaman menangis tanpa sadar itu terbangun untuk mandi dan sholat subuh, selesai dengan itu Alana memasak untuk keluarganya. meski malas rasanya tapi Alana tetap melakukannya, Alana ingin meski mereka tak menginginkan keberadaanya mereka masih menganggapnya ada, Alana tidak berharap lebih hanya saja hatinya tak bisa benar-benar menghiraukan mereka semua
Alana bersiap untuk berangkat kerja karena hari ini minggu jadi dia bekerja dari pagi, kelopak matanya tak bisa berbohong meski sudah di tutupi nya dengan foundation, lingkar bawah matanya gelap dan matanya juga sembab. Seno yang melihat itu terdiam tanpa kata, sedangkan Rayn mengejeknya
"berapa liter air mata lo semalem? makanya jangan sok berani buat ngelawan!! anak sialan kayak lo emang pantesnya diem aja" celetuk Rayn tertawa
"lain kali jangan menjawab kalo Ayah atau gue dan lainnya ngomong, lo gak usah ngelawan kalo gak punya banyak keberanian!" sahut Pharta juga
"sakit ya Lan?" tanya Luna melihat Alana yang masih terdiam memakai sepatunya,
"kenapa? lo mau obatin gue?" tanya balik Lana yang acuh
"Lan... "
"kalaupun gue nangis kenapa? apa nangis juga bukan hak gue? makanan nya udah gue siapin, selamat makan buat kalian" ucap Lana berdiri dan meninggalkan mereka yang masih asik duduk di Sofa, Rayn dan Pharta menatap kesal Alana yang sudah menjauh pergi
Aluna yang mendengar ucapan Lana sedikit kesal namun juga entah mengapa rasanya dia begitu sedih, Alana tak nafsu untuk sarapan pagi ini jadi dia langsung masuk kamar untuk berdiam diri
di tengah jalan, Alana berhenti sejenak setelah berlari begitu kencang. Alana sengaja tidak memesan ojol dia ingin sekalian olahraga pagi, tapi sebuah mobil berhenti di samping nya, laki-laki sangar kemarin turun dari mobil
"om yang kemarin kan? kok om disini?" tanya Lana pada laki-laki itu
"panggil saja saya Aidan Nona, saya akan menjadi supir pribadi anda mulai sekarang mari, masuk" ucap Aidan memberi hormat yang kemudian membuka pintu mobil untuk Alana
"gak mau, maaf om tapi Lana gak kenal sama om Lana juga udah biasa jalan kaki gak butuh mobil" sahut Alana menolaknya, Alana tau pasti Aidan di suruh oleh seseorang yang misterius itu lgi, Tuan G namanya?
"maaf Nona tapi Tuan G memerintahkan kami untuk menjadi bodyguard pribadi anda" ucap Aidan lagi
"Kami? jadi bukan cuma Om Aidan doang?" tanya Lana menarik sebelas alisnya
"mari Nona, anda harus berangkat kerja bukan?" Aidan mencoba mengalihkan topik
"maaf, Lana nolak"
Alana berlari lagi, meninggalkan Aidan yang mematung di tempat. Aidan merogoh ponselnya dan menelpon seseorang
"maaf Tuan, Nona Alana menolak saya" lapornya
"jika begitu jangan di paksa, dia akan risih nantinya. lakukan hal lain"
laki-laki misterius itu memerintahkan Aidan untuk melakukan hal lain, Aidan hanya perlu mematuhi tanpa mengeluh karena dia lebih takut akan kemarah dari Tuan G itu di bandingkan dengan hal buruk lainnya. Aidan masuk ke mobilnya dan mengejar Alana yang sudah menjauh
seett...
Aidan menghadang langkah Alana menggunakan mobil, Alana bahkan hampir menabrak mobil mewah berwarna hitam itu
"om Aidan!! apa-apaan sih!!" bentak Lana kesal
"maaf, jika nona tidak ikut dengan saya, saya akan mendapat bahaya, Nona Alana mohon naik kemobil" ucap Aidan membuka pintu mobil penuh hormat
"siapa Tuan G?" tanya Alana menatap Aidan penuh intimidasi
"saya tidak bisa menjawab, saya harap nona Alana menolong kami dari Amarahnya" ucap Aidan lagi membungkuk
Alana tidak punya pilihan lain, dia juga merasa sedikit kasihan dengan ucapan Aidan tadi, Alana tau rasanya di hukum bahkan sudah hafal dengan rasa nyerinya di setiap permukaan kulit, Alana naik kemobil tanpa menolak lagi
"terima kasih Nona Alana, Tuan G bilang untuk tidak memaksa Anda namun untuk pagi ini saya memang harus mengantar anda, anda menolak menjadikan saya supir pribadi, tidak mengapa saya akan selalu ada di samping anda" Aidan tersenyum, sambil sesekali melirik Alana melalui kaca spion
"saya tidak akan jauh dari anda" lanjutnya, Alana diam seribu bahasa tidak ingin menjawab apapun. Alana hanya bingung siapa Tuan G itu? mengapa memperlakukan dirinya begitu baik?