Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keserempet
Devan yang seminggu mengurus pekerjaan di kebun teh milik keluarga Baskara, hari ini memutuskan untuk kembali ke kota untuk menjemput istrinya dan menanyakan keputusan Shima. Devan sudah pasrah, jika Shima dan Cello harus bercerai, karena sikap Cello yang menurut Devan terlalu arogan.
Santi yang sedang memasak di dapur, terkejut melihat suaminya datang tanpa mengabari terlebih dahulu. Santi berhambur dan berlari memeluk Devan.
"Mas Devan? " Pekik Santi.
Devan merentangkan tangannya menyambut pelukan Santi. Devan mengecup kening istrinya dengan sayang.
"Sudah selesai pekerjaannya di sana mas.? " Santi bergelayut manja pada Devan.
"Sudah, Mas kangen banget sama kamu. "
Devan menggiring Santi untuk duduk di bangku dekat meja dapur. Devan mendudukkan Santi di bangku dan ia berlutut di depan Santi. Devan dengan sayang merapikan anak rambut Santi yang menutupi sebagian wajahnya.
Tanpa mereka sadari, Shima melihat adegan yang ingin ia rasakan dengan suaminya. Ada bagian tubuhnya yang sakit, tepatnya di bagian dada sebelah kiri yang agak menjorok ke kanan , merasakan seperti di cubit tangan besi iron man.
Selama hamil, Shima jadi agak lebih sensitive. Lebih mudah menangis, bahkan setiap malam, Shima selalu ingin tidur dengan di elus punggungnya. Lalu siapa yang mau mengelus punggungnya.? Tentu saja Author tidak mau. Capek.
Shima tak mau mengganggu Devan dan Santi, ia memutuskan untuk ke luar menghirup udara segar sebelum hari terlalu panas. Shima sebenarnya merasakan stress, tapi ia bisa mengatasi semua dan meyakinkan dunia bahwa ia baik - baik saja.
Shima memilih duduk di ayunan depan rumah, dibawah pohon mangga yang rindang, ia mulai melamun.
Cello yang semalam tidak pulang pun sudah tak dipikirkan Shima. Mau dirumah atau tidak, tidak ada bedanya. Toh, mereka hanya hidup di bawah langit yang sama tapi dunia yang berbeda. Shima di alam dunia manusia, sedangkan Cello di alam siluman biawak.
"Hay Shima"
Shima menoleh dan mendapati Kim menyapa dirinya, Shima hanya menanggapi dengan senyum.
Kim datang dengan membawa 2 buah es krim.
" Ini untukmu" Kim menyodorkan sebuah es krim rasa coklat.
"Dalam rangka apa ini mas.? "
"Ibu hamil gak boleh sedih, kasian nanti dedeknya ikut sedih. Kata orang, es krim bisa menaikkan mood seseorang, tapi jangan banyak- banyak ya, kamu kan lagi hamil. "
"Ee.. Eeh gak usah mas. Lagian aku gak sedih kok." Shima tersenyum manis.
"Bahkan aku lebih percaya kalau tikus bisa memakai lipstik, Heheheh"
Kim memaksa Shima menerima es krimnya, dan membuka satu es krim yang lain untuk dirinya sendiri.
"Mas Kim dari mana.? " Tanya Shima.
" Mas Devan ada.? Tadi kayanya aku lihat dia masuk ke rumah. Mau perpanjang kos soalnya" Kim mengindahkan pertanyaan Shima.
"Iya, kak Devan ada di dalam. "
Devan yang semula ingin keluar rumah, mengurungkan niatnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal di bagasi. Ia sedikit menguping pembicaraan Kim dan Shima. Devan mulai menyadari satu hal.
Devan membuka pintu rumah tepat disaat Kim akan mengetuk pintu.
"Loh.. Mas Devan, mau kemana? " Tanya Kim.
"Nggak, mau ambil barang saja di mobil. Ada perlu apa? " Tanya Devan datar.
"Ohh.. Ini mas, saya mau bayar indekos untuk enam bulan ke depan"
"Oke.. Masuk saja dulu, lagian ada yang mau saya bicarakan. "
Kim menunggu Devan yang sedang mengambil sesuatu di bagasi mobilnya tanpa masuk ke dalam. Setelah Devan masuk, Kim mengekorinya.
"Duduk! Saya taruh barang dulu di belakang" Ucap Devan tegas.
Kim mengangguk sembari tersenyum.
"Apa yang mau Mas Devan bicarakan? " Tanya Kim tak sabar setelah Devan mendaratkan b*kongnya di sofa ruang tamu.
Devan menautkan kedua jari tangannya seraya menatap mata Kim dengan dalam.
"Kamu suka sama Shima ya.? " Tebak Devan.
Wajah Kim terlihat pias, namun ia segera mengubah ekspresi wajahnya.
"Maaf mas, walaupun saya menyukai Shima, tapi saya tidak akan merebut Shima dari suaminya."
"Bagus! " Devan menepuk pundak Kim.
"Tapi apa ucapanmu bisa di pegang? " Tanya Devan selanjutnya.
"Saya bersumpah tidak akan merebut Shima. Perhatian kecil saya, hanya bentuk dari rasa prihatin saya saja. Setiap pagi, saya hampir setiap hari melihat Shima jalan - jalan di sekitar kompleks hanya dengan istri Mas tanpa di temani suaminya. Saya berani jamin tidak akan merusak rumah tangga Shima jika bukan Shima yang datang langsung kepada saya dan memintanya" Ucap Kim sungguh - sungguh.
"Tapi aku percaya, adik iparku tidak akan melakukan tindakan yang bisa membuat malu keluarga" Yakin Devan.
"Saya pun tidak yakin, jika Shima akan menaruh hati kepada saya. "
Devan sebenarnya cukup terkejut dengan jawaban Kim yang terang - terangan menyatakan tertarik dengan Shima. Tapi ia juga kagum dengan keberanian Kim yang berani berkata jujur kepadanya.
"Baiklah, saya percaya padamu. Dan lagi, kata Santi, kamu selalu membuntuti Shima saat jalan - jalan pagi.? Apa itu benar.? " Devan terus mengintrogasi Kim.
"Maafkan saya Mas jika saya sudah persis seperti penguntit, tapi saya hanya memastikan saja, agar Shima dan bayinya baik - baik saja"
"Apa perasaanmu pada adik iparku sudah sedalam itu.? "
"Saya belum bisa mengukurnya, saya hanya mengikuti insting saya untuk menjaga Shima dari kejauhan. "
Setelah menjawab banyak pertanyaan Devan, Kim pamit untuk kembali ke indekos. Devan frustasi saat mengetahui fakta yang cukup mengejutkan dari Kim. Devan pun terus menggerutu seharian, karena menurut Santi, sudah dari kemarin, Cello tidak pulang.
Entah apa yang harus dilakukan Devan, agar Cello sadar. Dipukuli sudah, di beri sindiran juga sudah. Lebih baik jika ia disuruh untuk menguras air kolam dengan tutup botol. Tapi mau bagaimana lagi? Cello adalah adiknya, keluarga satu - satunya yang ia miliki.
*
*
Cello yang tersadar di sebuah ruangan ber cat putih, merasa bingung karena jelas sama sekali ini bukan kamarnya. Saat mencoba melihat sekelilingnya barulah ia sadar jika ia sedang berada di rumah sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi.
Setelah mencoba mengingat - ingat sampai giginya kering separuh, akhirnya ia mendapatkan ingatannya.
Selepas pertemuannya dengan Andre, Cello hendak menyebrang jalan menuju mobilnya. Tanpa menengok kanan dan kiri ia langsung berjalan saja dengan PD_nya. Ia mengira jalan tersebut dibuat khusus hanya untuk dirinya seorang.
Dari arah utara, sebuah mobil sedan warna hitam yang sudah pudar warnanya, melaju dengan kencang dan menyerempet secuil bok*ng Cello, hingga membuatnya terpelanting dan kepalanya yang tidak terlalu berisi tersebut, terbentur trotoar dengan keras hingga akhirnya membuatnya pingsan.
Mobil yang menabraknya, langsung tancap gas persis seperti adegan di Film Ikan Terbang.
Kemarin, Andre yang emosi dengan Cello, memilih meninggalkan Cello sendirian di Kafe karena sudah terlalu geregetan dengan sikap Cello yang luar biasa kelewat cerdas.Cello yang cukup lama termenung di Kafe, mencoba menimbang - nimbang apakah ia harus menerima Shima.? Apa ia harus mulai membiasakan diri dengan hadirnya Shima.? Cello mulai bimbang, dalam hati ia sebenarnya mengakui kecantikan Shima yang alami walau tanpa banyak polesan, tapi gengsinya yang setinggi pohon kelapa itu, enggan mengakui. Setelah itu ia ingin pulang dan membicarakan sesuatu dengan Shima. Sampai dimana insiden keserempet itu pun terjadi.
Lalu dimana ia sekarang? Siapa yang sudah menolongnya.?
Cello merasakan pusing. Tak lama berselang, suster jaga menghampiri brangkar Cello.
"Syukurlah Bapak sudah sadar. Apa Bapak mengingat identitas Bapak.? " Tanya Suster dengan lembut.
"Iya Sus, nama saya Cello. "
"Bagus, kita tunggu dokter sebentar ya pak. "
"Sus, apa suster tahu dimana ponsel saya.? "
"Maaf pak, ponsel Bapak ada di atas nakas, tapi kelihatanya sudah rusak dan hancur. Kami tidak bisa menghubungi keluarga Bapak karena Bapak tidak membawa kartu identitas" Ucap Suster menjelaskan.
Saat Cello pingsan dijalan kemarin, dompetnya yang terlempar dari saku celananya diselamatkan seseorang yang berpura - pura ikut menolong dirinya di antara banyaknya orang yang berkerumun. Adegan tersebut terjadi dengan cepat tanpa si pencuri tahu jika dompet tersebut hanya berisi KTP dan SIM yang dua hari lagi sudah waktu perpanjangan.