💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
🌸Selamat membaca🌸
"Gerry, mama rasa sudah saatnya kamu ceraikan Selena." Kata nyonya Arini. Sebenarnya Gerry memang berniat berpisah dari Selena, tapi setiap diingatkan tentang hal itu membuat Gerry merasa berat untuk melakukannya.
Gerry melajukan mobilnya menuju klub milik Aldo. Ia butuh pelampiasan saat ini. Sesampainya di parkiran ia melihat mobil Didi juga ada di sana. Ia segera masuk dan berjalan menuju ruangan yang biasa ia dan sahabat²nya gunakan.
"Hai bro, apa kabar?" tanya Aldo, Gerry melirik Didi sekilas. Pria itu tampak berantakan dari terakhir bertemu. Karena Gerry sibuk memantau pekerjaan di luar kota, ia tak punya waktu untuk sekedar bertukar kabar dengan para sahabat.
"Kenapa dia Do?" tanya Gerry, menunjuk Gerry menggunakan dagunya.
"Biasa sob, patah hati. Tapi yang kali ini spesial. Soalnya ini sudah hari ke 3 dia terus mabuk seperti ini.
"Di, Lo kenapa?" tanya Gerry, Didi tersenyum melihat sahabatnya datang.
"Lo ngga tau atau pura² ngga tau hah?" Kata Didi dengan suara lantang beruntung dalam kamar ruangan itu kedap suara.
Gerry semakin tidak mengerti dengan pertanyaan yang Didi lontarkan kepadanya.
"Gue juga ga ngerti bro, dari kemarin dia nyebut nama ibu susunya Zafa. Atau jangan² Didi dan Dian saling kenal?" Kata Aldo.
Kening Gerry berkerut. Benarkah mereka saling kenal? bukankah Dian baru pindah ke Jakarta ini. Bagaimana Didi bisa mengenalnya. Banyak pertanyaan di benak Gerry. Sampai ia mendengar Didi mulai merancau.
"Gue yang kenal dia lebih dulu. Gue yang selalu ada buat Dian, tapi mengapa kamu menginginkannya juga. Bukankah kemarin kau tidak pernah menganggapnya. kenapa kau menanggapi ucapan Aldo waktu itu? kembalikan Dian Ayunda sama gue Ger, gue bisa gila mikirin dia." Sontak saja Aldo dan Gerry terperangah.
Setelah mengatakan semuanya, Didi tertidur pulas. Meninggalkan Gerry dan Aldo yang di landa rasa penasaran.
"Gue kesini mau nenangin pikiran, bukannya tenang malah makin pusing gue." Gerutu Gerry.
"Lo mau gue panggilin cewek buat bikin Lo tenang?" kata Aldo.
"Ga lah, sejak kenal ni cewek pikiran gue ga bisa mesum ke cewek² di sekitaran gue." Kata Gerry menenggak bir kaleng yang tersedia di ruangan itu.
"Lo coba dulu Viona, sapa tau Lo ketagihan ma to*ket dia."
"Seriusan ga napsu gue. Mau Lo panggilin 10 cewek buat ngrubutin gue, tetep aja doi ga tegang." Jawab Gerry sembari menunjuk adik kecilnya.
Aldo tergelak, ia tak menyangka seorang Gerry Ardana tobat gara² wanita yang baru ia jumpai.
"Ini belum ada satu bulan, tapi dia bisa bikin si boy Lo ga konek ma cewek lain? Wah gila sih ini. pantesan Didi sampe cinta mati sama tu cewek." Kata Aldo. Ia pun menjadi penasaran dengan Dian.
"Gimana kalo besok lo ajakin dia ke Anyer, sekalian refresing. Ntar pakai Villa gue. Penasaran gue sama ni cewek." Kata Aldo,
Liburan sepertinya ide yang bagus. Sekalian saja, biar Dian juga tidak terlalu stres. Lagi pula perjalanannya juga tak terlalu jauh.
"Baiklah, tapi jangan sampai Lo naksir Dian ya." Kata Gerry. Ia pun bergegas pulang.
Sesampainya ia di depan kamar ia di kejutkan dengan isakan Dian. Gerry segera membuka pintu kamar baby Zafa ia mendapati Dian meringkuk, menenggelamkan wajahnya diantara lututnya.
Perlahan Gerry menyentuh pundak Dian, tak menunggu lama mendongakkan wajahnya, matanya sudah sangat sembab. Mungkin jika dia tidak segera pulang, keadaan Dian semakin buruk.
Gerry membawa tubuh Dian ke dalam pelukannya. Ia membelai kepala Dian dengan lembut. Perlahan tangis Dian mereda. Gerry mengangkat wajah Dian, ia menatap mata sembab Dian, perlahan ibu jarinya mengusap sisa air mata di pipi Dian.
"Kenapa belum istirahat?" tanya Gerry lembut.
Dian menggeleng, "Dari tadi tidur Zafa tidak nyenyak. Aku masih kepikiran, mungkin Zafa tidak nyaman dengan kemerahan di pantatnya, padahal aku sudah memberinya salep." Kata Dian. Gerry dapat menangkap sepertinya Dian merasa bersalah dengan ruam yang di alami Zafa.
"Aku temani kamu menjaga Zafa disini. Jangan khawatir. Zafa pasti baik² saja." Ujar Gerry, ia menyingkirkan anak rambut di pelipis Dian.
"Aku juga minta padamu, beri aku kesempatan 1 kali lagi untuk membuktikan jika aku serius denganmu." Kata Gerry lembut, Dian pun mengangguk. Tidak dipungkiri, jika perasaannya pada Gerry semakin ia tahan maka rasanya ia semakin tak sanggup membendungnya.
Perlahan Gerry mengecup kening Dian cukup lama, mata Dian terpejam merasakan kehangatan yang tersalur dari kecupan Gerry pada keningnya.
"Terimakasih mau menerimaku dan Zafa." Imbuh Gerry.
"Aku juga berterimakasih kau mau menerimaku dan Zafrina." Kata Dian malu².
Melihat wajah merona Dian, membuat tangan Gerry tak tahan untuk tidak menarik pipi Dian.
"Auh .. sakit." Ujar Dian merajuk.
"Besok kita liburan ke pantai ya, temanku mengajak kita ke sana." Kata Gerry, Dian menatap ragu.
"Kita akan ajak Zafa dan Zafrina juga pengasuh. Agar kita berdua bisa berjalan². Temanku juga akan mengadakan pesta barbeque di siang hari." Imbuh Gerry.
"Kita ajak ibu ya mas?" kata Dian tanpa sengaja.
"Coba ulangi, kamu tadi panggil aku apa?" tanya Gerry, ia ingin memastikan dengan apa yang ia dengar barusan.
"Ga ah, aku malu." kata Dian menyembunyikan wajahnya. Gerry tersenyum, setidaknya Dian sudah tidak lagi murung.
"Aku ingin ambil minum, apa kau mau?" tanya Dian, Gerry menggeleng. Dian bergegas turun menuju dapur. Ia mengambil sebotol air mineral, dan membuat secangkir air hangat yang di beri madu dan irisan lemon. Karena tadi ia mencium bau alkohol dari mulut Gerry.
Dian kembali duduk di samping Gerry yang sedang bermain ponsel.
"Minumlah selagi hangat, ini menetralkan pengar karena alkohol." Gerry menerima cangkir itu dengan seulas senyum.
Entah mengapa Gerry merasa malam ini adalah malam yang membahagiakan untuknya. Setelah menghabiskan secangkir air madu dan lemon, Gerry menatap Dian yang ternyata sudah terlelap.
"Kamu cantik." gumam Gerry, ia lalu mengangkat tubuh Dian ala bridal style ke ranjang yang ada di kamar itu. Lalu Gerry kembali duduk di sofa, sambil membaca laporan yang dikirimkan oleh Sigit, mengenai Dian.
Seulas senyum terbit di bibir Gerry, melihat laporan yang Sigit kirim untuknya. Ternyata dugaannya mengenai Dian benar. Ia harus menyelidikinya terlebih dahulu sebelum mengatakan kebenarannya pada Dian.
"Semoga kebahagiaan akan selalu menyertaimu Dian. Jika dulu hidupmu menderita, aku akan membuatmu menemukan kebahagiaanmu lagi."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Gimana sampai sini masih ada yang mau lanjut ga? tapi aku sedih, padahal yang baca ratusan dan like nya ga sampe 10 😭😭😭
Aku kasih tau ya, mencet like itu ga bayar, ga perlu beli koin juga lho,
Buat yang setia memencet like dan berkenan komen, otor ucapin terimakasih untuk kalian. Love you 😘😘
dengan perjanjian yg dibuat itu dimna apabila anaknya dian cewe dia tak mau mengakui dan kontrak berakhir itu sama aja udah talak,tapi talaknya berlaku pas dian sdh melahirkan... memang kadang banyak yg salah sangka dengan ini.. sama halnya nikah kontrak yg memiliki masa berlaku,apabila sampai masanya dan kedua pihak ingin melanjutkan pernikahan tersebut sebaiknya dilakukan akad nikah kembali... wallahi