Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Flashback On
"Sayang, jalan yuk?" ajak Zain ketika mereka ketemu di kampus.
"Jalan kemana? Dari tadi aku sudah jalan ketemu pembimbing." Diana sibuk bimbingan sebelum penelitian. "Bantu aku dong!" ucapnya manja.
"Ku bantu doa." jawab Zain santai. Dia sudah selesai Ujian hasil, tinggal menunggu waktu ujian akhir dan wisuda.
"Kamu selalu begitu." ucap Diana cemberut. Kemudian mereka menuju parkiran, Diana bawa motor sendiri begitu juga Zain.
"Iya nanti aku bantu." jawab Zain lagi kemudian menaiki motornya dan diikuti oleh Diana dibelakangnya.
"Disini saja ya?" ajak Zain berhenti dipinggir pantai tetap dibawah pohon yang sejuk. Suasana juga ramai kendaraan berlalu lalang baik beroda dua mau pun beroda empat.
"Ok." jawab Diana singkat kemudian turun dari motor. "Sejuk." gumamnya.
"Kamu suka?" tanya Zain duduk di pinggiran pantai.
"Suka. Terima kasih." ucap Diana tulus. Dia juga ikut duduk disamping Zain seraya menatap laut yang terbentang luas.
"Kamu kenapa bisa jadi selingkuhan pak Wijaya?" tanya Zain tiba², sambil menatap luasnya laut didepannya.
Deg... Diana kaget lalu menoleh kepada Zain yang duduk disampingnya, kemudian dia tertunduk menatap air yang berada di bawah kakinya meski jauh.
"Kenapa? Apa kamu suka dengan orangnya?" tanya Zain penasaran.
"Maaf, itu masa laluku Zain. Aku sekarang hanya ingin menatap masa depanku. Kalau kamu hadir hanya untuk mengungkit yang telah lalu aku akan pergi." ucap Diana hendak bangkit tetapi tangannya ditahan oleh Zain.
"Duduk lah." ucap Zain lembut. "Maaf, bukan maksudku mau mengungkitnya, hanya ingin tau saja!" imbuhnya.
"Apa kamu bilang? Hanya ingin tau! Zain, itu sudah berlalu cukup lama, selama ini aku berusaha menghindar, menjauh dari masa laluku, berusaha bangkit Zain, kalau bukan karena orang tuaku, mungkin aku sudah tidak bertahan Zain. Aku juga masih punya Tuhan, aku harus bisa melanjutkan hidup meski berat, banyak rintangan, banyak cacian karena masa lalu itu. Kamu tau Zain bagaimana jadi aku? Tidak kan?!" emosi Diana meluap, masa lalu yang dia kubur dalam² tetapi harus diungkit kembali. Betapa susahnya Diana bangkit! Mau tidak mau dia harus terlihat baik² saja tetapi hatinya rapuh.
"Maaf." hanya itu yang terucap dari mulut Zain. "Ayo ke rumah." ajak Zain, dia memang memiliki tempat tinggal sendiri, bahkan dia memiliki rumah hasil kerjanya menabung meski uang dari orang tuanya.
Setelah Diana lebih tenang, Diana dan Zain menuju rumah Zain.
"Masuk lah. Di dalam tidak ada orang." ucap Zain jujur.
"Tidak baik berduaan Zain, aku di teras saja ya!" ucap Diana merasa tidak enak.
"Masuk lah, kita minum teh atau kopi mungkin." paksa Zain, akhirnya Diana masuk ke dalam rumah Zain. "Ini rumahku, aku membelinya sendiri. Kalau orang tuaku biasa datang tapi tidak disini, dia ada rumahnya sendiri tidak jauh dari sini." ucap Zain menjelaskan.
Mereka menuju dapur, memang tidak besar karena perumahan, bahkan kamarnya hanya dua dapur kecil tidak jauh dari ruang tamu kemudian teras.
"Mau minum jus jeruk? Ada buahnya nih di kulkas." ucap Zain menawarkan. Diana hanya mengangguk saja, kemudian dia fokus dengan ponselnya untuk menetralisir kegugupannya.
"Huft, kok deg deg an banget ya." batinnya masih sibuk dengan ponselnya, sedang Zain sibuk membuat jus jeruk untuk dua gelas tapi siapa sangka jika Zain setega itu memasukkan bahan lain ke dalam jus Diana.
"Ini." ucapnya menyerahkan jus jeruk buatannya.
"Makasih ya!" ucapnya lalu meminum jus yang sangat segar membuat tenggorokan kering ketika belum meminumnya. Diana meminumnya hingga setengah gelas karena hausnya. "Oya aku mau tanya boleh?" tanyanya hati².
"Hhmm mau tanya soal apa?" setelah minum Zain menjawab kemudian meletakkan gelasnya dimeja.
"Waktu di Makassar tempo hari, mungkin tahun 2015 atau 2016 kayaknya. Kamu ingat waktu aku ke kos Dermaga? Kamu di kamar paling ujung. Kamar siapa itu?" tanya Diana penuh selidik.
"Kapan ya!" jawabnya sambil berpikir menerawang beberapa tahun ke belakang. "Aku lupa deh. Emang kenapa itu?" tanya Zain.
"Kamu di kamar kos perempuan, setau ku kamu anak bungsu! Dan paling penting lagi dia memanggilmu sayang." ucap Diana cemberut. Padahal itu kejadian sudah lama, tetapi Diana merasa curiga, kenapa bisa Zain ada disana? Pikirnya.
"Oh kos Dermaga itu? Ngapain ya! Aku saja lupa." jawab Zain enteng. Dia menundukkan kepala seolah melihat minumannya yang dia pegang. "Kenapa Diana mengungkit hal itu? Tapi aku gak ngapa²in kok sama cewek itu." batin Zain.
Cukup lama mereka ngobrol, Diana merasakan kepalanya pusing, badannya gerah, berkeringat terus.
"Ada apa ini? Apa aku sakit ya?" batinnya sambil menyentuh tubuhnya sendiri untuk memeriksanya mulai dari kening yang berkeringat hingga ke lengan, dia merasakan hawa panas.
"Kamu kenapa Diana?" tanyanya pura² tidak tau. Zain berniat menyentuh Diana tetapi ditolak, karena dia merasa ingin lebih dari sekedar sentuhan.
"Stop Zain." ucap Diana bernada keras. "Sshhh ada apa dengan ku?" tanyanya dalam hati. Lama kelamaan akhirnya Diana tidak tahan, mau tidak mau akhirnya mereka melakukan hubungan intim yang seharusnya tidak terjadi karena mereka belum halal.
Ketika bangun Diana dikagetkan dengan keadaannya yang hanya mengenakan selimut, disampingnya ada lelaki asing karena Diana biasa tidur sendirian. Diana membekap mulutnya!
"Apa yang terjadi?" tanyanya dalam hati sambil membekap mulutnya dengan tangan kanannya, tangan kirinya memegangi selimut dengan erat.
"Zain." lirihnya hingga keluar cairan bening dari pelupuk matanya. Lama kelamaan akhirnya Diana menangis dengan keras membuat tidur Zain terganggu.
"Diana. Kamu kenapa?" tanyanya seolah tidak merasa bersalah. Zain duduk kemudian mendekat pada Diana. Diana mengkode dengan tangan kanan sambil menggelengkan kepala supaya Zain tetap ditempatnya.
"Apa yang kamu lakukan padaku Zain? Kenapa semua terjadi lagi Zain?" ucapnya dengan nada terputus karena berbicara sambil menangis. "Kenapa lagi ini terjadi padaku Tuhan!" gumamnya pelan sambil menangis tersedu.