Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mempertahankan
Daren berjalan masuk, menatap datar Jesica seolah mengatakan untuknya keluar, Seakan paham, Jesica segera bangkit membuat Sarah menarik tangan Jesica membawa wajah ketakutan.
Sarah menggelengkan kepalanya ke arah Jesica memintanya untuk tetap diam. Akan tetapi keberadaan Daren lebih mendominasi alhasil, Jesica memilih tetap meninggalkan ruang pemeriksaan dan Sarah.
"Maafin aku Sar," Gumam Jesica sembari berlari menuju lift. "Daren bisa tau dari siapa?" Sejenak Jesica berpikir di dalam lift. "Entahlah, yang jelas bukan aku yang kasih tau." Lanjut Jesica sembari mengangkat kedua bahunya.
...
Dokter Vera mempersilahkan Daren untuk duduk di samping Sarah yang mana diam menunduk takut. Ada dua hal yang di takutkan Sarah.
Pertama, Daren sudah mengetahuinya kalau dirinya berbohong, yang kedua, soal kehamilannya yang bermasalah.
Daren melirik Sarah yang menunduk. perlahan Daren menarik tangan Sarah menggenggamnya erat.
Sontak Sarah menoleh. "Maaf." Cicit Sarah tak enak.
Daren hanya merespon dengan anggukan kepala tanpa menampakkan senyuman di sana. Hal itu membuat Sarah sedih karena sudah di pastikan Daren marah kepadanya.
"Bagaimana Dokter, kondisi istri saya?" Tanya Daren.
"Sebentar ya Pak," Dokter Vera membuka lembar kertas yang tadi di bawa suster.
Sembari menunggu Daren berbisik. "Kamu hamil?"
Sarah mengangguk pelan. "Sebenernya kemarin aku ke sini sama Jesica, aku ga mau bilang kamu dulu, aku takut."
"Kenapa harus takut, seharusnya kamu sama aku, ini juga anak aku." Terlihat Daren sedikit kecewa mendapati Sarah sudah berbohong tentang kehamilannya.
Dokter Vera tersenyum samar melihat keduanya asik berbisik, melupakan dirinya yang mana sudah selesai memeriksa isi kertas hasil laporan medis Sarah.
"Nyonya Sarah, Dan Pak Daren. mohon maaf menganggu waktunya." Ucap Dokter Vera sembari tersenyum.
Daren dan Sarah menatap cepat dokter Vera.
"Maaf Dok," Kata Sarah tak enak.
"Bagaimana dokter?" Sambung Daren tak sabar.
"Baiklah, seperti yang sudah saya katakan kemarin kepada istri anda, kalau kehamilannya ini terdeteksi adanya bakteri Toxoplasma, dan dari hasil lab Alhamdulillah tidak ada masalah yang lain. Semua normal kecuali bakteri toxoplasma,"
Terlihat wajah Daren murung, kehamilan Sarah yang di inginkan dan di nanti terusik adanya bakteri yang dirinya tau itu sangat berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayinya. Dokter Vera bisa melihat kekhawatiran di wajah Daren, terbersit dalam pikiran dokter Vera bagaimana kekehnya sang adik ingin kembali merebut Daren dari Sarah, keadaan Sarah saat ini jelas membuka peluang untuk Yasmin. Dirinya dokter tau apa yang telah terjadi dengan kondisi Sarah.
"Tindakan apa yang harus di ambil Dok?" Tanya Daren lemas, dirinya bahkan enggan menatap Sarah yang mana sama terpukulnya.
Dokter Vera menatap Sarah terlebih dahulu. "Kemungkinan terbesarnya kita harus menggugurkan kandungan istri anda. Karena kita harus menyelamatkan keselamatan Istri anda tentunya, Tapi sekarang kita bisa mengevaluasi dulu mungkin, Bakteri Toxoplasma cenderung bisa hilang dengan sendirinya, tapi di banyak kasus jarang yang bisa mempertahankan janin dalam kandungan. Karena bisa membayangkan kondisi si ibu." Papar Dokter Vera.
Sarah segera menarik tangan Daren kuat, menggelengkan kepalanya sembari menatap Daren dengan mata berkaca-kaca.
"Apapun yang terjadi bayi ini harus hidup, aku tidak perduli dengan hidup ku, asal dia bisa lahir ke dunia ini." Ucap Sarah dengan suara bergetar.
Daren menatap Sarah tak percaya. "Tidak, aku lebih baik kehilangan bayi kita dari pada-
"Aku mohon, jangan katakan itu." Setelah menghentikan kalimat Daren, Sarah segera bangkit. "Terimakasih Dokter, Saya akan tetap mempertahankan bayi ini. Saya permisi."
"Yank, yank." Daren bangkit mengejar.
Dokter Vera hanya mampu diam di tempatnya Dengan wajah sendu. "Panggil Pasien selanjutnya Sus,"
...
"Yank, tunggu, yank." Daren terus mengejar Sarah sampai lift, beruntung pintu lift tidak buru-buru tertutup jadi Daren bisa masuk dan menyusul Sarah.
"Aku ga mau anak ini di gugurin." Ucap Sarah sembari terisak, menatap tajam Daren seolah kecewa dengan ucapannya di ruang pemeriksaan kehamilan.
Daren segera menarik Sarah, membawanya kedalam dekapan. "Tapi aku ga mau kehilangan kamu."
"Aku akan kuat, Aku akan tetep hidup, kamu harus percaya itu."
Daren hanya diam tak menanggapi ucapan Sarah, dalam kesunyian keduanya saling menguatkan walaupun itu sangat sulit, ketika nyawa yang menjadi taruhan terasa mustahil untuk bisa terlihat baik-baik saja.
Setibanya di kediaman Pak Anjas, Daren dan Sarah langsung mendatangi Pak Anjas yang mana berada di ruang kerja, beberapa hari terakhir kesehatan pak Anjas terganggu, jadi pekerjaan di bawa ke rumah, Haikal yang kini menjadi CEO Astraa internasional sedikit kelimpungan dengan beberapa pertemuan dan jadwal yang awalnya adalah urusan Pak Anjas kini di bebankan padanya. Tapi tidak masalah dirinya sudah berpengalaman sebelumnya, tidak menjadi soal.
Di ruang kerja, Pak Anjas bergantian melirik Daren dan Sarah yang diem di hadapannya.
"Sarah Hamil Yah." Ucap Daren mengabarkan. Tapi hanya setitik senyuman di wajah Daren.
Pak Anjas jelas berbunga mendengar kabar amat sangat menggembirakan itu. "Alhamdulillah, demi Allah ayah sangat bahagia mendengarnya." Segera Pak Anjas bangkit dari kursi kebesarannya, menghampiri Sarah dan Daren..
"Kemari kalian."
Sarah dan Daren ikut bangkit lalu membiarkan Pak Anjas memeluk tubuh mereka.
"Ayah akan menjadi seorang Kakek, alhamdulilah." Tak hentinya Pak Anjas meracau betapa bahagianya mendengar sang putri tercintanya kini tengah mengandung pewaris dua keluarga besar lagi terkenal di dunia bisnis. Karunia yang tidak terhingga.
Puas memberi pelukan, Pak Anjas kembali duduk. "Kalian harus tinggal di sini, Agar Ayah bisa melihat bagaimana Sarah di setiap harinya."
Daren melirik Sarah yang mana tersenyum melihat bagaimana Pak Anjas kegirangan.
"Tapi Yah, Selain kabar kehamilan itu, Ada kabar lain yang harus ayah dengar."
"Apa itu Nak,"
"Kehamilan Sarah terkena Bakteri Toxoplasma. Seperti yang kita tau, parasit itu sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Dokter menyarankan agar-
Daren melirik Sarah lagi yang kini menunduk diam.
"Agar bayi nya di gugurkan."
...
"Telat lagi, telat lagi, Omg Kakak," Yasmin meracau di ruang pemeriksaan kehamilan, di mana Dokter Vera masih bertugas. Seperti biasa, Dokter Vera hanya diam ketika sang adik datang, Keterlambatannya membuat Dokter Vera sedikit lega. Karena beberapa menit setelah Sarah meninggalkan rumah sakit, Yasmin datang membawa segudang pertanyaan. Kemarin di akhir pembicaraan, Yasmin akan datang lagi dan mengucapkan selamat kepada Sarah. Hanya saja, kemacetan membuat Yasmin terlambat.
"Bagaimana, Bagaimana dengan kondisi Sarah?" Yasmin mengintrogasi Sang Kakak, duduk di atas meja bahkan tidak memperdulikan bagaimana Kakaknya sangat di hormati orang lain.
"Tidak ada yang berubah, Hasil lab normal, tidak ada indikasi penyakit atau virus lain, kecuali Toxoplasma." Papar Dokter Vera pasrah.
Yasmin mengangguk-anggukkan kepala seolah paham dengan ucapan Kakaknya itu. tapi masih ada yang kurang. "Kemarin Kakak belum menjelaskan tentang bahayanya bakteri itu."
"Bakteri itu bisa membunuh bayi dan juga ibunya." Dokter Vera menatap Yasmin datar. "Dek, Kakak mohon hentikan semua ini. Daren bukan laki-laki yang dengan mudah kamu dapatkan, Jadi Kakak mohon hentikan."
Yasmin tertawa kecil mendengar kalimat demi kalimat Dokter Vera. "Yasmin pergi,"
Melihat Yasmin yang keras Kepala membuat Dokter Vera menitihkan air mata, Peran sang ayah yang terlalu memanjakan Yasmin menjadikannya wanita yang tak bermoral dan tak berperasaan.
"Kakak harap kamu bisa berubah."
Sementara dokter Vera merenung dengan tingkah adiknya. Sang adik malah bergegas masuk kedalam mobil. Di dalam mobil Yasmin terlihat mengubungi seseorang.
"Ayah, Yasmin akan ke Bandung sekarang, Yasmin mau kasih kabar gembira untuk Om Darwin."
Setelah sambungan telepon dengan Pak Dahlan berakhir Yasmin tertawa terbahak-bahak. "Kunci ku hanya Om Darwin, berhenti mengalah sekarang aku harus maju dan membuat Daren menjadi milikku lagi."