SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Masa Sekarang...
Lucy merasakan angin sejuk masuk melalui jendela yang terbuka dan mengenai pipinya. Ia mencoba membuka mata perlahan dan pandangannya sedikit kabur. Apakah ia tertidur cukup lama sehingga merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Ia bermimpi buruk dan seolah kembali disaat kejadian-kejadian yang menimpanya ketika ia kecil. Saat membuka mata ia bisa melihat raut wajah adiknya Rena yang terlihat cemas, juga Mommy yang mencoba menahan tangisnya.
"Apa yang terjadi? Mengapa kalian berwajah seperti itu?" tanya Lucy pelan sambil mencoba mengangkat tangannya tapi tak bisa ia gerakkan.
"Kakak? Akhirnya kau bangun juga. Kami mencemaskanmu," Serena berkata sembari mengusap air matanya.
Lucy merasa pusing dan mencoba menelan ludah karena mulutnya sangat kering. "Mommy, apa kau menangis? Apakah terjadi sesuatu?"
"Sayang, kau tertembak dan koma selama beberapa hari. Tapi kau tidak perlu khawatir, karena operasinya berjalan lancar." Jawab Lyana.
"Kakak akan merasakan sedikit sakit, tapi semua baik-baik saja. Kakak hanya harus menjalani pemulihan untuk bisa beraktivitas lagi" Serena menjelaskan dan tersenyum ketika merasakan genggaman tangan Lucy.
Lucy tertidur kembali beberapa saat kemudian dan merindukan seseorang. Ia tidak mendengar suara Declan dan dimana pria itu? Apakah dia baik-baik saja? Apakah Declan tertembak juga seperti dirinya.
Samar-samar ia bisa mendengar suara kakek dan juga ayahnya yang sedang berbicara. Ia merasakan sentuhan hangat dikepala dan ia tahu itu adalah kebiasaan yang selalu dilakukan oleh ayahnya.
"Semua akan baik-baik saja. Cucuku adalah wanita yang kuat." Ucap Alex yang sedang duduk disamping tempat tidur Lucy. "Aku yakin orang-orang itu adalah suruhan dari pria itu."
Lyana menyentuh lengan ayah mertuanya dengan lembut. "Daddy, jangan membicarakan masalah itu didekat Lucy. Dia bisa mendengarnya."
"Apakah ada perkembangan?" Tanya Darren saat dokter memasuki kamar perawatan.
"Dia sempat terbangun beberapa saat yang lalu, tapi dia belum sepenuhnya sadar." Jawab dokter yang merupakan direktur rumah sakit dan juga dokter keluarga mereka.
Mereka semua mendengarkan penjelasan dari dokter dengan seksama. Setelah itu Alex dan juga Darren kemudian keluar bersama-sama dengan direktur.
"Apakah kau tahu sesuatu mengenai kabar kekasih kakakmu, Rena?" Tanya Lyana dengan suara yang sangat pelan.
Serena menatap kearah tempat tidur, dimana kakaknya terbaring. "Mengapa mom menanyakannya?"
"Pasti sangat berat baginya karena tidak bisa bertemu dengan Kakakmu. Mommy tidak bisa membantah Daddymu." Lyana berucap pelan dan menundukkan kepalanya.
"Meski begitu, dia tidak terlihat lagi sejak Daddy mengusirnya." Kata Rena.
Lyana menatap anak keduanya yang sebentar lagi akan menjadi dokter. "Apa kau yakin pria itu tidak merencanakan sesuatu?"
"Mom, apa kau ingin kakek bertambah benci padanya? Kak Declan tidak seperti kita. Dia tidak memiliki keberanian untuk melawan Daddy." Jawab Rena yang tatapannya masih fokus dibuku yang ia baca.
Benar yang dikatakan Serena. Kekasih Lucy tidak sama dengan mereka yang melakukan segala cara dengan kekuasaan dan juga tindakan yang berbahaya. Declan ingin hidup tenang dan ingin membawa Lucy ditempat dimana mereka tidak harus takut akan musuh-musuh keluarga mereka. Tapi kejadian beberapa hari lalu diluar dugaan, dan pasti membuat pria itu bertambah benci pada mafia dan itu berarti mereka tidak akan pernah bersatu. Lyana mengusap keningnya karena merasa sakit kepala dengan pikiran-pikiran yang muncul.
"Pulanglah, Mom. Aku yang akan berjaga disini, besok aku tidak ke kampus." Serena berucap sembari memijat pundak Lyana.
"Apa kau akan baik-baik saja?"
"Tentu saja. Banyak pengawal Daddy berjaga diluar." Ucap Serena, meyakinkan ibunya.
...****************...
Sepertinya ia harus ikut bergerak. Karena menurut informasi yang ia dapat dari anak buahnya, orang tua Lucy dan juga kakeknya baru saja kembali dari rumah sakit dan hanya tersisa adik dari wanita itu. Declan meminta tidak ada yang boleh menyentuh adik kesayangan kekasihnya itu. "Dasar Declan brengsek. Kau harus membayarku mahal karena sudah menculik cucu seorang mafia." Batin Dominic sembari masuk kedalam mobil sport hitam miliknya.
Dominic memiliki beberapa orang pengawal profesional yang bersamanya sejak ia kecil. Ayahnya adalah mantan perdana menteri yang menjabat hampir dua periode dan ibunya berasal dari dunia gelap yang menguasai politik dan juga bisnis yang diakui oleh hampir semua orang di negara ini. Ia sudah beberapa kali menjadi korban penculikan dan terakhir adalah yang paling parah karena hampir membunuhnya. Tapi ia diselamatkan oleh Declan dan pria itu baru meminta balasannya saat ini.
Anak buahnya berhasil melumpuhkan para pengawal yang ditugaskan untuk menjaga kekasih Declan, meski ada beberapa yang susah untuk diajak bekerjasama. Ia kemudian masuk ke dalam ruangan dimana wanita itu terbaring lemah, ia merasa sedikit lega karena tidak ada alat monitor yang terpasang ditubuh wanita itu. Menandakan dia sudah baik-baik saja.
Pandangan Dominic kemudian berpindah pada sosok wanita yang sedang tertidur dengan buku didadanya. Ia kemudian mendekati wanita itu dan menatap wajahnya. "Sangat cantik seperti boneka, pantas Declan berkali-kali memperingatinya untuk tidak menyentuh wanita ini. Tapi dia bukan tipeku, dan aku tidak tertarik dengan wanita imut."
"Cepat bawa wanita itu tanpa suara sedikitpun" perintah Dominic kepada beberapa anak buahnya.
Dominic kemudian menulis beberapa kata dibuku wanita itu.
"Wanitamu sedang dalam perjalanan, tugasku sudah berakhir dan aku tidak bisa menemuimu. Ibuku memintaku datang." Sahut Dominic lewat ponselnya saat berbicara dengan Declan.
"Apa kau akan dipukuli? Bukankah kau sudah dewasa?" tanya Declan.
"Sialan kau, Declan. Aku bukan anak durhaka tapi aku takut pada ibuku. Kau pasti tahu seberapa menakutkannya ibuku?" Balas Dominic kemudian mematikan ponselnya ketika menerima pesan dari ibunya.
Dominic kemudian masuk kedalam mobil tapi sesuatu menghentikan gerakannya. Ia menatap jemari yang menahan lengannya. Ketika ia berbalik, tatapannya bertemu dengan wajah cantik seperti boneka yang ia lihat beberapa saat lalu.
"Kau siapa? Dan dimana kakakku?" Sahut Serena dengan suara parau akibat berlari.
Dominic menatap kebawah kaki telanjang wanita itu yang tidak mengenakan alas kaki. Sepertinya ia berlari cepat ketika menyadari kakaknya menghilang. "Apa maksudmu, gadis kecil?"
"Kau pasti musuh ayahku, dan aku tahu kau yang membawa kakakku. Cepat katakan dimana kakakku sekarang, dia sedang sakit dan kau bisa membuat dia dalam bahaya." Teriak Serena dengan suara gemetar. Sejujurnya ia merasa sangat takut, tapi ia tidak ingin Lucy dalam bahaya.
"Kakakmu berada ditempat yang aman, bukankah aku sudah meninggalkan pesan untukmu?" Jawab Dominic sembari menatap wajah cantik Serena.
Serena melepas genggaman tangannya dilengan pria itu. "Apa maksudmu dia berada ditempat yang aman? Aku adalah adiknya dan dia seharusnya bersama kami."
"Declan. Kakakmu bersamanya, jadi sebaiknya kau menghubunginya. Tugasku sudah selesai." Jawab Dominic kemudian masuk kedalam mobil dan meninggalkan rumah sakit. Ia bisa melihat Serena melalui kaca mobilnya dan tersenyum. "Wanita yang menarik."