Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
kring...kring...
Suara bel sekolah tanda jam istirahat telah tiba terdengar di seluruh penjuru sekolah. Para guru satu persatu mulai meninggalkan ruang kelas menuju kantor guru. Begitu juga dengan seluruh murid yang sebagian besar pergi ke kantin guna mengisi perut yang sudah keroncongan. Ada pula yang hanya menghabiskan waktu di perpustakaan,bermain di koridor sekolah atau sekedar istirahat dan bergosip ria di ruang kelas.
"Kantin yuk, qill" ajak Nathan, yang kini sudah berdiri di samping meja Aqilla dengan ke dua tangan berada di saku celananya.
"Nggak ah,kamu aja aku gak laper"jawab Aqilla,tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca.
"Yaudah kalau gitu aku belikan cemilan sama minum yaa,kamu mau apa? Aku traktir deh"tawarnya lagi.
Aqilla menghembuskan nafas kasar seraya menutup novel yang ia pegang kemudian menatap Nathan serius.
"Maaf Nath, tapi aku emang lagi gak mood makan apapun. Jadi tolong jangan ganggu aku yaa, aku lagi pengen sendiri.
"emangnya kamu kenapa sih qilla? Semenjak kejadian itu aku merasa kamu ngehindar dari aku. Aku minta maaf kalau aku emang ada salah sama kamu. Tapi jangan diemin aku terus kayak gini"ujar Nathan masih dalam posisinya semula. Kini hanya ada mereka berdua saja di dalam kelas.
Aqilla diam saja tidak merespon ucapan Nathan. Dia sibuk membolak-balik buku yang ia pegang,padahal pikirannya melayang entah kemana.
Masalah mereka memang sudah lewat beberapa hari yang lalu. Perlahan teman sekolahnya pun sudah melupakan kejadian itu. Meskipun masih ada beberapa orang yang menatap rendah kearahnya.
Tetapi bukan itu yang menjadi penyebab Aqilla menghindari Nathan. Ia teringat akan ancaman yang di berikan oleh Miranti waktu itu. Jika Aqilla dekat lagi dengan Nathan bahkan sampai berpacaran,maka Miranti tidak akan mengakui ia sebagai anak lagi dan mengusir nya dari rumah. Karena Miranti merasa Aqilla sudah mencoreng nama baiknya akibat fotonya bersama Nathan di toilet tersebar di sosial media. Dan di ketahui oleh beberapa rekan kerjanya.
Mungkin jika selama mereka berada di sekolah, Miranti tidak akan mengetahui kebersamaan keduanya. Tapi tetap saja Aqilla takut jika saja ada orang yang diam-diam mengamatinya dan melaporkan kepada Miranti. Jadi cara yang tepat adalah menjaga jarak dengan Nathan. walaupun Aqilla sendiri merasa kehilangan satu-satunya orang yang mau berteman dengannya.
Nathan menepuk pelan pundak Aqilla yang membuat Aqilla tersadar dari lamunannya. Ia menatap lekat manik hitam milik Aqilla yang memancar kan kegundahan.
"Aqilla, hei. Kok kamu malah melamun sih. Kamu lagi ada masalah yaa,cerita sama aku. Siapa tau aku bisa bantu" ujar Nathan tulus.
"hmm,gak ada kok. Kamu ke kantin aja gih keburu habis jam istirahatnya. Kamu juga gak ada salah apa-apa jadi gak perlu minta maaf." Aqilla tertunduk lesu setelah mengucapkan itu.
Dengan setia Nathan tetap menunggu Aqilla melanjutkan ucapannya tanpa berniat untuk meninggalkannya.
"Aku yang seharusnya minta maaf, udah buat kamu masuk ke dalam masalah ku. Kayaknya pertemanan kita sampai disini aja Nath. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa kalau dekat sama aku. Mungkin aku emang di takdirkan untuk selalu sendiri." lanjut Aqilla. Matanya sudah berkaca-kaca. Sebisa mungkin Aqilla menahan agar cairan bening itu tidak terjatuh.
Nathan menatap bingung ke arah Aqilla,berusaha mencerna setiap kalimat yang gadis itu ucapkan. Nalurinya mengatakan jika kini sebenarnya aqilla sangat membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Dan apa yang di ucapkannya tidaklah sesuai dengan isi hatinya.
"Qill, emang kenapa kalau aku mau berteman dengan kamu. Berani dekat sama kamu berarti aku juga harus berani ambil resiko. Manusia itu makhluk sosial, gak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa hidup sendiri termasuk kamu. Sekarang jujur sama aku, kenapa kamu hindari aku Sampek mutusin gak mau berteman lagi sama aku. Kita cuma berteman gak lebih,gak ada yang salah kan? "ucap Nathan.
Aqilla bingung harus menjawab apa. Ia juga membutuhkan Nathan dan bukan keinginan nya untuk menjauhi lelaki baik hati ini. Meskipun tampangnya seperti anak berandalan dan tingkahnya yang konyol,tapi bersama cowok itu Aqilla bisa merasakan sedikit kebahagiaan.
"Mamaku gak bolehin aku untuk berteman sama kamu lagi Nath. Kejadian waktu itu udah cukup bikin mamaku malu bahkan rekan kerjanya tau. Dan banyak yang nge-judge mamaku gak bisa didik anak yang bener. Aku udah cukup buat mamaku menderita banting tulang sendiri setelah papa gak ada. Dan sekarang aku malah buat masalah. Jadi tolong ngertiin keadaan aku ya Nath. Masih banyak yang mau berteman sama kamu gak kayak aku yang kuper -kurang pergaulan- ini."jelas Aqilla.
Nathan terus menatap lekat ke arah Aqilla. Ia dapat merasakan bahwa selama ini tidak ada kebahagiaan di hidup gadis manis itu.
"Aqilla dengerin aku, mama kamu kerja itu udah jadi kewajibannya sebagai orang tua. Dan kamu gak pernah buat malu malah kamu siswa yang berprestasi kan. jadi harusnya mama kamu itu bangga sama kamu. Kejadian waktu itu murni salah paham. Jadi stop nyalahin diri kamu sendiri. Kamu juga berhak bahagia,berhak punya teman gak selamanya harus sendiri qill. Jadi please jangan jauhin aku, aku hanya mau berteman sama kamu. Buktikan ke mama kamu kalau kamu bisa buat dia bangga. Dan kita akan tetap menjadi teman" jelas Nathan berupaya meyakinkan Aqilla.
"Tapi keluarga aku gak seperti orang lain Nath. Yang orang tuanya ngasih kebebasan untuk anaknya menikmati masa muda dan percaya anaknya berteman sama siapa aja. Keluarga aku rumit, aku seperti terpenjara dan gak gampang untuk aku mengekspresikan perasaan. Berteman sama aku cuma buat kamu lelah. Aku gak mau kalau nanti kedepannya malah kamu dapat masalah besar gara-gara aku."sergah Aqilla.
Nathan tersenyum tulus kemudian memegang kedua bahu rapuh milik Aqilla. Keduanya kini saling berhadapan memandang satu sama lain. Rasa sakit yang di derita Aqilla, cukup ia sendiri yang merasakannya. Aqilla tidak ingin jika nantinya Nathan juga mendapatkan perlakuan yang buruk dari ibunya.
"Kali ini percaya sama aku Aqilla. Aku janji akan buat kamu merasakan bahagia yang gak kamu dapat di keluarga kamu. Aku janji bakal jagain kamu sekalipun itu dari ibu kamu sendiri. Sejak pertama kita jumpa kamu itu beda, kamu hanya gadis lugu yang penuh luka.Semua itu terlihat dari tatapan mata kamu yang begitu sendu. Dan aku yang akan menyembuhkan luka di hati kamu itu. Jadi izinkan aku untuk masuk ke dalam dunia kamu lebih dalam. Aku bukan hanya ingin tau apa masalah kamu. Tapi aku siap mendengarkan semua keluh kesah mu dan menemanimu untuk membuktikan ke mama kamu kalau mama kamu harusnya bangga punya kamu buka malah malu." Nathan menjeda kalimatnya sejenak seraya mengelus puncak kepala Aqilla.
"Mulai sekarang, kamu bisa mencurahkan semua isi hati kamu ke aku. Aku akan selalu setia dengerin kamu. Selalu ada buat kamu di kalah susah dan senang. Dan kamu bisa anggap aku sebagai rumah kedua kamu saat kamu sedang terpuruk. Aku siap Aqilla, aku siap terima apapun resiko yang akan aku hadapi saat bersamamu. Karena kamu lebih dari teman bagi aku. Kamu spesial Aqilla,dan kamu harus tau itu. Stop bilang diri kamu gak berharga karena kamu akan berharga di hadapan orang yang tepat" jelasnya panjang lebar masih dengan senyum yang terpampang di wajahnya.
Aqilla merasa terharu dan tersentuh dengan semua kata-kata indah yang telah di rangkai oleh Nathan. Baru kali ini ia merasa bahagia yang tak dapat di jelaskan. Nathan membuatnya kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup. Saat ini mungkin selain Alvaro ada Nathan yang akan menjadi alasannya untuk bertahan.
Air mata yang sedari tadi di tahannya kini mengaliri deras membasahi pipinya yang mulus. Bukan air mata kesedihan tapi kebahagiaan yang tak dapat di ungkapkannya dengan kata-kata.
"Makasih Nathan, makasih udah hadir di hidup aku. Makasih udah rubah sudut pandang aku tentang hidup. Mungkin kalau gak ada kamu selamanya aku akan merasa sendiri. Bantu aku untuk raih kebahagiaan itu." ucap Aqilla dengan bulir bening yang terus berjatuhan.
"sstt..udah jangan nangis lagi yaa. Jadi sekarang kita tetap temenan kan. Gak papa kok kalau aku gak bisa main atau anterin kamu pulang. Yang penting kalau di sekolah kita bisa tetap bareng. Dan aku akan buat kamu bahagia,gak akan ku biarkan seorang pun merebut kebahagiaan itu dari kamu. Oke.. " ungkap Nathan. Tangan nya bergerak untuk menghapus sisa-sisa air mata yang ada di wajah Aqilla.
Aqilla mengangguk pelan dengan senyum yang mengembang. Hatinya kembali berbunga untuk sementara waktu. Rasa lapar yang sempat hinggap di keduanya lenyap seketika. Digantikan dengan momen indah nan romantis yang Nathan ciptakan. Aqilla berpikir tidak masalah juga jika ia tetap berteman dengan Nathan. Toh,mereka juga hanya bertemu di lingkungan sekolah dan Miranti tidak mungkin mengetahuinya.