Di poligami dan dikecewakan berulang kali. Hingga suatu hari, seorang pria tampan menyadarkannya arti sebuah KEBAHAGIAAN.
Akhirnya, dia memilih pergi. Di saat yang sama, suami yang sudah menyadari semua kesalahannya, bersimpuh di kakinya memohon maaf darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Ampun tuan....... ampuuun" dua pria berusia sekitar 30 tahun, telah duduk di atas tanah dengan kedua tangan menutupi kepalanya, wajahnya babak belur kena pukulan orang suruhan Revand.
Ternyata kedua pria tersebut, ingin membobol rumah Amira. Untung lah orang-orang Revand sigap. Sehingga aksi pencurian itu dapat digagalkan.
Amira tampak berdiri di sudut tembok dengan tubuh bergetar hebat karena ketakutan.
Melihat keadaan Amira, Revand segera merengkuh Amira dan Amira menangis di pelukan Revand.
"Tidak apa-apa, tenanglah" Revand menenangkan Amira. Kemudian dia memberi isyarat pada orang-orang nya, agar membawa kedua pencuri itu ke kantor polisi.
Kemudian Revand membawa Amira masuk ke dalam rumah, dan mendudukkannya di salah satu sofa di sana.
Revand melihat di atas meja ada beberapa air mineral. Revand mengambil salah satu, dan segera memberi pada Amira.
"Minumlah...."
Amira minum beberapa teguk dan perlahan dia mulai tampak tenang. Walaupun masih ada sedikit ketakutan di wajahnya.
"Al...... aku takut" ujar Amira.
"Tidak apa..... malam ini, kau ditemani Fumiko ya".
" Fumiko?"
"Asisten rumah tanggaku" ujar Revand. "Tapi dia sudah terlatih dalam menghadapi situasi seperti ini. Dia bisa menjaga sekaligus bisa membantu mu di sini"
Amira tampak pasrah, kelihatannya dia masih syok dengan kejadian yang baru di alaminya.
Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu dari luar.
"Kau di sini aja dulu, biar aku yang bukakan pintu" ujar Revand.
Setelah pintu terbuka, seorang wanita keturunan Jepang yang berusia sekitar 25 tahun masuk dan memberi hormat pada Amira dan Revand.
"Fumiko, mulai sekarang tugas mu di sini" titah Revand.
"Baik, Tuan " Fumiko mengangkat tangan ke dadanya tanda penghormatan pada Amira.
Melihat ini semua, Amira menjadi bingung. Mendadak dia merasa seperti seorang putri raja. Mengapa orang-orang begitu hormat pada Revand dan padanya, siapa Revand sebenarnya.
"Amira...... sekarang kau beristirahatlah di kamar, sudah ada Fumiko yang berjaga di sini". bujuk Revand.
Amira masih diam. Terlihat dia masih ragu.
"Kau masih takut? " tanya Revand melihat keraguan di mata Amira.
"Ya.. " jawabnya, dia tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
"Baiklah... kau istirahat di sofa ini aja, aku akan menjaga mu" kata Revand, dia segan untuk masuk ke kamar Amira, karena bagaimana pun Amira adalah istri orang. Revand tidak mau melampaui batas
Amira mengangguk, kemudian di rebahkan tubuhnya ke sofa di samping Revand. Revand membelai lembut rambut Amira dan mulai memijat kepala Amira.
Mendapat pijatan ringan di kepalanya, perasaan Amira menjadi tenang dan nyaman, perlahan rasa kantuk pun mulai menyerang matanya.
Pukul empat pagi, Revand terbangun. Ternyata dia ketiduran di ambal. Dan di sofa tampak Amira masih terlelap dalam mimpinya. Revand tidak membangunkan Amira.
Melihat bosnya sudah bangun, Fumiko langsung menghampiri Revand.
"Fumiko... tolong jaga Amira. Siapkan semua keperluannya. Dan katakan padanya untuk tidak masuk kerja dulu... nanti aku akan kembali kesini"
"Baik tuan" Fumiko mengangguk sopan.
Fumiko yang sebelumnya sudah di beritahu oleh Doni bagaimana hubungan antara Amira dan Revand. Dia juga sudah diberitahu tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakannya selama di rumah Amira.
Kemudian Revand pergi dari rumah Amira, untuk pulang ke rumah dulu sebelum dia masuk kantor.
Setelah Revand pergi, Fumiko segera mengunci pintu rumah dengan rapat.
Satu jam kemudian, Amira terbangun dari tidurnya. Dilihat Fumiko dengan sopan menghampirinya.
"Nyonya semua keperluannya... sudah saya persiapkan"
"Hah" Amira tersadar, dia teringat kejadian semalam.
"Nyonya mau sarapan dulu atau mandi dulu.... semua sudah tersedia" ulang Fumiko.
"Fumiko...... panggil saya Amira saja atau mbak Amira juga boleh" ujar Amira merasa sungkan dengan panggilan tersebut.
"Maaf nyonya.... nyonya majikan saya, saya tidak berani memanggil dengan sebutan nama saja" jawab Fumiko menunduk.
"Fumiko..... aku perintah kan kau memanggilku dengan sebutan mbak saja, kita ini berteman. Bukankah kau akan membantu ku selalu", tegas Amira.
"B-baik nyo..... eh m-mbak Amira", Fumiko mengangguk patuh.
"Nah.... begitu dong" Amira segera bangun dan langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Fumiko bernafas lega dan dia tersenyum saat melihat keramahan Amira. Sekian banyak dia mengenal teman wanita Revand, baru kali ini teman wanita Revand yang di sukainya.
Cantik dan baik hati. Sangat cocok dengan tuan Revand sama-sama baik, batin Fumiko. Tetapi segera di hilangkan pemikiran itu, bukan kah mbak Amira sudah mempunyai suami?. ah.... entahlah.
Kemudian dia bergegas ke ruang tamu, saat bel berdering.
Ternyata Erick dan Sonya sudah berdiri di depan pintu, mereka tertegun melihat Fumiko ada di rumah Amira.
"Siapa kau?!" tanya Erick penuh selidik, perasaannya tidak enak.
"Saya pelayan di sini" jawab Fumiko.
Wajah Sonya langsung berubah, "Hebat benar, mbak Amira sekarang ya.... sudah ada pembantu di rumahnya".
Sonya berniat masuk ke dalam rumah tapi dihalangi oleh Fumiko.
"Maaf nyonya.... saya bertugas menjaga ketertiban di rumah ini, jadi silahkan menunggu di sini saja" Fumiko berdiri dengan sikap siaga.
"Hei... pembantu?! Saya ini istri pemilik rumah ini, jadi saya ini majikan kamu juga?!" kata Sonya jengkel.
"Sudah lah Sonya, tidak usah marah seperti itu" kata Erick.
Amira yang baru selesai mandi segera ke ruang tamu....
"Hei... ada apa ribut-ribut"
Amira baru paham dari mana sumber keributan itu setelah melihat siapa yang datang.
"Ada apa?!" tanya Amira dingin.
"Mbak Amira.... pembantu mu melarang kami masuk ke dalam rumah. Dia menyuruh kami menunggu di sini"
Amira tertawa, "Berarti Fumiko lebih tahu sopan santun dari pada kalian".
Wajah Sonya memerah, " Kau ini..... "
Erick segera melerainya, "Amira mas mau bicara sebentar".
"Ya sudah.... silahkan duduk". Amira mempersilahkan Erick dan Sonya duduk. Kemudian Amira memilih duduk di depan mereka berdua.
Sonya dengan wajah cemberut terpaksa duduk juga. Hatinya masih di penuhi rasa iri, mengapa di rumah Amira ada pembantu. Sementara di rumahnya tidak ada.... Besok mas Erick harus menyediakan pembantu juga di rumah, aku tidak boleh kalah dengan Amira, batin Sonya.
"Amira..... besok mas mau mengadakan syukuran untuk Sonya, karena Sonya baru keluar dari rumah sakit. Mas mau kau hadir di acara tersebut di rumah ibu"
"Kita lihat saja nanti..... apakah aku bisa datang atau tidak" sahut Amira datar. Sebenarnya dia malas datang ke rumah mertua. Di sana dia pasti akan jadi bahan olokkan mertua dan iparnya.
Erick menghela napas panjang melihat sikap acuh Amira.
"Tetapi ini acara keluarga kita Amira. Mas sangat menginginkan kehadiran mu" ujar Erick lagi.
"Ya sudah..... besok ku usahakan datang" sahut Amira kemudian.
Erick kemudian mengedar pandangan ke depan, di mana Fumiko sedang berdiri.
"Amira.... sejak kapan kau menggunakan pembantu di rumah ini? Bukan kah dahulu kau tidak suka ada pembantu di rumah kita" tanya Erick.
"Dulu aku memang tidak suka ada orang lain di rumah ini. Tapi mulai hari ini aku sudah suka" jawab Amira tenang.
"Tentu saja suka, karena kau bisa bebas di luar sana bertemu dengan siapa pun" sindir Sonya.
Sonya teringat, saat melihat Amira berbelanja dengan seorang pria di mall beberapa hari yang lalu. Tetapi saat ini dia belum ingin membongkarnya.
Amira mengernyit keningnya, tetapi kemudian dia menggedik bahunya sambil berkata,
"Mungkin kau benar.... aku sekarang sibuk di luar, dan ku harap kalian pun jangan terlalu sering mampir kesini karena aku tidak sempat melayani kemauan kalian".
"Kau pasti sangat sibuk mengurusi gebetan baru mu", sindir Sonya lagi sambil tertawa kecil.
"Apa maksud mu..?!" tanya Erick sambil menatap tajam ke arah Sonya.
Sonya menggedik kan bahunya dan berkata "Tanya aja sama mbak Amira".
Amira tetap berusaha tenang, walau di dalam hati nya dia sedang mencermati perkataan Sonya.
" Yach.... sudah lah, karena tidak ada kepentingan lagi. Sebaiknya kalian pulang aja, dari pada aku jadi emosi, malah nanti ada permasalahan baru", usir Amira sambil bangkit dari tempat duduknya.
.
#KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment