NovelToon NovelToon
Tetesan Air Mata Anggrek

Tetesan Air Mata Anggrek

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Cerai / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.

Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Haikal?" tanya Anggrek yang tidak akan pernah melupakan nama pria yang membuat Ratu marah besar.

Pria itu tersenyum tipis, "Lo, Anggrek? Sepupunya Ratu, bukan?" tanyanya memastikan yang dibalas anggukan oleh Anggrek.

Haikal berdiri dari posisinya dan membersihkan celananya yang terlihat sedikit kotor lalu mengulurkan tangannya membantu Anggrek untuk ikut berdiri. Anggrek menerima ulurannya dan berdiri disebelah Haikal.

"Kemana?" tanya gadis itu.

"Cari tempat buat ngobrol."Ucapnya seraya menarik Anggrek menuju taman yang ada didekat mereka.

Haikal dan Anggrek duduk dibangku taman yang posisinya saling berhadapan. Bangku yang terbuat dari batang bohon yang dimodif seunik mungkin.

Anggrek hanya bisa menunduk malu ketika Haikal menatapnya tajam.

"He'em"dehamnya.

Lima menit mereka hanya diam tanpa kata. Anggrek tak tau harus bicara apa sedangkan Haikal masih berpikir bagaimana cara bertanya namun ia tak terluka atau tersinggung.

Lama berdebat dengan pemikirannya akhirnya Haikal angkat bicara, "Kenapa lo ngelakuin hal itu?" tanya Haikal.

"Aku udah kasih tau alasannya kan?!" ucap Anggrek. Haikal hanya menggeleng pelan.

"Alasan lo gak masuk akal Anggrek! Hanya karna dunia gak adil lo mau ngelakuin hal sehina itu?" ucap Haikal tak habis pikir.

Anggrek mengangkat kepalanya menatap manik mata pria itu, Anggrek menggeleng pelan, "Kamu gak akan pernah tau bagaimana rasanya jadi aku! Makanya dengan mudah kamu bicara seperti itu!" ucap Anggrek datar.

Haikal balik menatap Anggrek dalam, "Gue memang gak akan pernah tau apa yang lo rasakan! Karena setiap manusia diciptkan dengan problem mereka masing-masing! Gue gak akan merasakan jadi lo dan lo gak akan merasakan jadi gue. Kita hidup dengan porsi kita masing-masing. Masalah yang menimpa lo adalah ujian yang Allah berikan untuk lo karena Allah yakin kalau hanya lo yang mampu menghadapinya. Dan, masalah yang orang lain hadapi ya karena Allah yakin mereka mampu ada dimasalah itu. Jangan pernah memperbandingkan hidup lo dan hidup orang lain, Anggrek!" ucap Haikal membuat Anggrek terdiam. Yang dikatakan pria itu benar adanya. Hidup kita adalah porsi kita, hidup kita adalah rumah kita dan kita adalah pemiliknya. Sebagai pemilik kita harus mampu mengatasi setiap persoalan yang terjadi dan sebagai pemilik kita berhak membuang hubungan yang tidak baik.

'Dibaik kesulitan pasti ada kemudahan'

'Janji Allah itu pasti!'

'Allah tidak akan membebani hambanya diluar batas kemampuan hambanya'

Setiap hal yang menimpa seseorang adalah kehendak dari Allah. Setiap cobaan yang datang adalah bentuk kasih sayang Allah. Bukan Allah tak adil hanya saja kita kurang paham bagaimana Allah sangat mencintai kita.

Merasa sendiri, padahal masih ada Allah yang selalu menjaga kita. Ada Allah yang selalu menunggu kita dan senang tiasa mendengarkan keluh kesah kita. Lantas apa yang kita takutkan? Jika Allah bersama kita?

Mulai sekarang temui Allah, dialah sebaik-baiknya tempat mengadu.

Anggrek menunduk dan terus melafazkan 'Astagfirullah'. Ia terlalu digelapkan akan masalah hingga ia lupa dengan yang satu. Ia lupa bahwa saat ini Allah tengah melihatnya dan Allah pasti murka kepadanya karena ingin melakukan percobaan bundir.

Anggrek menangis kejang mengingat dosanya, "Ya Allah, ampuni hamba." lirihnya.

"Kenapa?" tanya Haikal.

"Aku udah bikin Allah murka, Kal. Aku gak percaya akan janji Allah dalam Al-qur'an." ucap Anggrek.

"Allah gak akan pernah murka kepada hambanya selagi hambanya ingin bertaubat dan tidak akan melakukan kesalahan itu lagi. Lo masih ada disini,  itu karna Allah yang mengkehendaki. Kalau bukan karna Allah mungkin lo udah ada diberita-berita." ucap Haikal.

Maha baik Allah, tuhan semesta alam. Allah tidak akan mencatat niat buruk tetap Allah akan mencatat niat baik seseorang.

Allahu Akbar

"Ngrek! Bundir itu hal yang paling dibenci oleh Allah. Bundir juga gak akan menyelesaikan masalah lo. Bundir hanya membawa masalah lo yang awalnya di dunia berpindah ke akhirat. Bundir hanya membawakan kemudaratan bagi lo, Ngek. Masalah yang awalnya bisa diselesaikan namun karena keputus asaan lo membuat masalah lo bertambah berkali lipat dan siksaannya juga luar biasa." lanjut Haikal.

Anggrek hanya bisa menangis dan menyesali perbuatannya tadi. Harusnya ia merasa bersyukur dengan hidupnya. Banyak orang diluar sana yang hidup jauh daripada kehidupannya. Sungguh, dalam keadaan seperti ini ia harus banyak berserah diri kepada Allah dan selalu menyertai Allah dalam setiap langkahnya.

Bunuh diri adalah perbuatan tercela yang tidak seharusnya dilakukan ketika merasa down! Bunuh diri bukan solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah. Bunuh diri cuman membawa masalah yang semulanya bisa selesai menjadi tambah rumit.

Namun kita tidak akan pernah tau alasan dibalik seseorang melakukan hal itu. Tekanan dan desakan serta kesepian kerap kali menghampiri dan dukungan yang diharapkan kerap kali tidak didapatkan.

Marilah menjadi manusia yang peka terhadap sesama. Jangan biarkan banyak manusia melakukan bundir ini karena ini bukanlah jalan yang baik untuk mengakhiri masalah.

Rangkul dan jadilah teman yang baik untuk orang yang memang membutuhkan rangkulanmu. Jadilah pendengar yang baik tanpa harus mengeluarkan kata-kata yang membuat mereka semakin merasa down. Mari menjadi rumah buat orang yang membutuhkan.

"Lo ada masalah apa, Nggrek?" tanya Haikal penasaran dengan gadis didepannya.

"Masalah keluarga, Kal." ucap Anggrek apa adanya.

Pria itu mengangguk paham, ia tak ingin melanjutkan pertanyaan mengenai hal ini karena bersifat privasi. Biarkan Anggrek saja yang menceritakannya.

"Pulang yuk!" ajak Haikal seraya melihat Anggrek.

Anggrek mengangguk. Mereka berjalan meninggalkan taman. Anggrek masih dengan mode diamnya yang memikirkan kebodohan yang telah ia lakukan. Dan kebodohan itu membuatnya berutang budi dengan Haikal. Sebenarnya ia tak ingin memiliki hutang dengan siapapun karena itu akan membuatnya merasa semakin terbebankan. Namun, bagaimana lagi, kalau tak ada Haikal mungkin ia sudah dilempar kedalam neraka jahanam. Dan itu lebih menyedihkan.

Haikal melirik gadis disebelahnya, "Kalau ada masalah cerita aja." ucap Haikal tulus.

Anggrek masih menatap kebawah seraya mengangguk singkat.

Diam.

Perjalanan mereka dipenuhi dengan kesunyian. Haikal tak tau harus menanyakan apa lagi. Gadis itu tetap diam tanpa kata sedikitpun.

"Haikal," panggil Anggrek lirih membuat pria itu langsung melirik kearahnya.

Haikal diam menunggu Anggrek melanjutkan ucapannya.

"Makasih ya. Makasih, kalau gak ada kamu mungkin aku udah disiksa." ucap Anggrek tanpa melihat lawan bicaranya.

Haikal mengangguk, "Lain kali jangan gitu lagi. Masih banyak jalan lain yang bisa lo lakuin." ucap Haikal.

"Semua jalan udah aku coba, tapi gak bisa." ucap Anggrek dengan nada putus asa.

"Gue gak tau masalah lo apa, cuman gue yakin lo gadis yang kuat." ucap Haikal ikut prihatin. Entah bagaimana pria itu ikut larut dalam duka yang Anggrek rasakan.

Anggrek menarik nafasnya dalam dan menghembuskan dengan pelan, "Masalah aku banyak, Kal. Mulai dari kecil sampai sekarang masalah gak pernah hilang. Yang ada makin bertambah." ucap Anggrek lirih.

"Aku gak pernah ketemu ayah, aku gak pernah disayang ibu, aku gak pernah disayang mama, aku gak pernah disayang keluarga ku, Kal." jelas Anggrek dengan mata berkaca kaca.

"Maaf Nggrek, kalau boleh tau ayah lo kemana?" tanya Haikal hati-hati.

Anggrek tersenyum miris, "Kata ibu, ayah udah ngga ada, Kal." ucapnya serak. Sulit baginya menerima kenyataan pahit itu. Sampai sekarang ia tak bisa menerima kenyataan kalau ayahnya sudah tidak ada lagi. Namun, ibunya sendiri sudah menegaskan kalau ayah sudah meninggal dunia.

Siapapun anak jika mengetahui kabar kematian apalagi berhubungan dengan kedua orangtuanya pasti akan merasakan duka mendalam. Yang paling menyakitkan tak pernah bertemu tapi berharap lalu patah.

"Lo tau dimana ayah lo dimakamkan?" tanya Haikal dibalas gelengan oleh Anggrek.

Jangankan makam sang ayah, ulang tahun dan nama panjang ayahnya saja ia ta  tau. Eliana tak pernah bercerita tentang ayahnya bahkan Eliana berusaha menghapus informasi mengenai ayah Anggrek. Ia menutup rapat identitas mantan suaminya itu.

"Kalau alamatnya tau gak?" tanya Haikal berusaha mencari informasi mana tau ia bisa bantu namun, lagi-lagi gadis itu menggeleng.

Haikal menarik nafasnya dalam, ia berpikir apa yang bisa ia dapatkan untuk mencari informasi tentang ayah Anggrek.

"Foto ayah lo ada ngga?" tanyanya yang lagi-lagi dibalas dengan gelengan.

Haikal semakin frustrasi karena semuanya gak ada pada gadis itu.

"Kenapa gak ada semua, Anggrek?" tanya Haikal heran.

"Aku sama ayah pisah dari umur 2 tahun dan selama itu ibu tak pernah menceritakan sosok ayah padaku. Bahkan ibu tak mengharapkan kehadiranku." jelas Anggrek berhasil membuat Haikal menggeleng tak percaya.

"Trus lo tau dari mana tentang ayah lo?" tanya Haikal.

Flashback on

Bel pulang telah berbunyi lima belas menit yang lalu dan seorang gadis tengah bersiap-siap memasukan semua peralatan kedalam tas dan tak lupa menyapu kelas karena hari ini jadwal piketnya.

Seusai piket gadis berkuncir kuda itu bergegas pulang karena ia takut kesorean. Bagi sebagian orang pulang kesorean adalah hal yang biasa namun tidak berlaku bagi Anggrek. Gadis itu akan diterkam singa kalau sampai pulang lewat dari jam tiga dan sekarang sudah pukul setengah empat sore yang tandanya ia akan mendapatkan hadiah atas perbuatannya ini.

Kaki kecilnya terus berjalan cepat menuju rumahnya. Cukup jauh membuat ia tergesa-gesa untuk sampai dengan cepat.

Merasa ada yang aneh pada sepatunya ia berhenti sebentar dan melihat kebawah kaki, "Yah, copot lagi." ucapnya seraya melirik kiri kanan jalanan dan ia menemukan sesuatu yang bisa menempelkan kembali alas sepatunya.

Ia menemukan dua ikat karet dan ia ikatkan pada sepatunya lalu berjalan kembali. Tiga kali karet itu putus dan Anggrek harus kembali mengikatnya. Sampai akhirnya ia sampai didepan rumah sederhana bewarna biru muda.

Didepan rumah terdapat tiga sepeda motor yang ia kenal dengan sang pemiliknya. Sepeda motor itu milik om dan ibunya.

Anggrek berjalan pelan menuju rumah dan tanpa disengaja ia mendengar sesuatu yang menarik perhatiannya. Dibalik jendela ia menguping pembicaraan orang tua itu.

"Eliana, jadi gimana? Si Anggrek udah tau kalau ayahnya masih hidup?" tanya Susi.

"Kamu jangan biarkan Anggrek lepas, Eli! Dia cucu kesayangan oma dan kamu tau kan, kalau sampai dia lepas apa yang akan terjadi dengan kita?!" ucap Indra.

Eliana hanya bisa mengangguk paham. Ia tau sekali maksud dari saudara-saudaranya itu.

"Anggrek belum tau siapa ayahnya. Saya juga tidak akan menceritakan tentang pria itu." ucap Eliana.

Anggrek yang mendengar hal itu langsung dibuat terkejut. Pasalnya ia tak mengetahui tentang ayahnya dan tak pernah berpikiran bahwa ayahnya masih hidup. Dari ucapan itulah Anggrek memiliki semangat untuk tetap bertahan karena ia yakin akan bertemu dengan sang ayah. Ayahnya masih hidup dan ia yakin ayahnya tidak seperti Eliana. Ayah akan menyayanginya seperti oma yang menyayangi dirinya.

Semenjak kepergian oma hidup Anggrek sangat menderita. Walau begitu banyak wasiat yang oma berikan tapi tidak menghambat untuk mereka melukai batin dan fisik Anggrek. Dengan kepergian oma membuat hidupnya hancur bahkan ia sempat melakukan percobaan bunuh diri dan kerap kali melukai dirinya denga pisau atau silet bahkan kaca tajam.

Hal itu dikarenakan tidak ada satu orang pun yang peduli dengannya. Hidupnya hanya ia yang tau.

Flashback off

Haikal terdiam mendengar cerita gadis itu. Cinta pertama yang hilang membuatnya sehancur ini.

Bertapa berpengaruhnya sosok ayah baginya.

Haikal membuang nafasnya gusar, "Lo udah coba tanya?" tanya Haikal.

Anggrek mengangguk, "Udah tapi gak dikasih tau, katanya udah gak nyimpan foto sama udah gak komunikasi lagi." ucap Anggrek dengan cairan bening disudut wajahnya.

1
Inayah Riyadi
jadi males baca
Inayah Riyadi
banyak cramahnya di timbang cerita nya
Sebuah Kata: haloo kak, makasih atas kritikannya
total 1 replies
Arsène Lupin III
Terus terang, aku harus tahu kelanjutan cerita ini sekarang juga.
Phedra
Aksinya keren banget, semangat terus author!
Sebuah Kata: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!