NovelToon NovelToon
Unblessed Story

Unblessed Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: iyan al

Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.

Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.

Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?

⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Bersama Helen III

Cahaya redup samar-samar tertangkap retina matanya, bayangan buram tiga orang berambut panjang menghalangi pandangannya. Setelah melihat siapa ketiga orang itu, Xian duduk dengan tiba-tiba membuat Helen kaget dan memukul kepalanya dengan kencang hingga pandangannya memburam.

"Auh sakit, sialan!"

"Helen! Adikku baru saja sadar!"

Teriak Jenar sambil menatap adiknya yang kini berada di pangkuan Chyou dengan sendu, Chyou mengalirkan kekuatan penyembuhnya untuk membantu Xian mengatur kesadarannya lagi. Hingga Xian sadar sepenuhnya.

"Salah dia sendiri membuatku kaget."

Bantah Helen tak terima karena dimarahi oleh pemuda yang sedikit lebih tua darinya. Ia bersedekap dada dan membuang mukanya, merajuk.

Sudah jelas ia hanya kaget dan tidak berniat untuk memukul sepupunya yang baru saja pulih, namun pemuda bernama Jenar ini sangat cerewet melebihi wanita.

"Sudah, sudah. Xian tidak apa-apa, dia hanya sedikit demam, entah kenapa ia seperti kelaparan dan kehilangan kekuatan. Nona Helen, tolong ambilkan air dan sebuah kain. Jenar, tolong panaskan kembali obat yang sudah aku buat. Xian harus secepatnya mendapatkan obat untuk mengembalikan kekuatannya."

Permintaan Chyou itu segera dituruti oleh Jenar dan Helen, bagaimanapun juga mereka tetap mengkhawatirkan kondisi Xian yang tiba-tiba menjadi sangat lemah.

Tidak perlu waktu lama Helen dan Jenar kembali ke dalam kamar sambil membawa permintaan Chyou tadi, dengan telaten Chyou menyeka keringat di tubuh Xian dan terakhir menaruh kain lainnya yang sudah ia basahi dan menaruhnya di dahi Xian.

"Xian, ayo bangun. Minum obat dulu setelah itu kau boleh lanjut tidur"

Chyou sedikit menggoyangkan tubuh Xian, tidak butuh waktu lama Xian terbangun dari pingsannya.

Chyou menaruh beberapa bantal di belakang tubuh Xian agar Xian dapat bersandar dan duduk dengan nyaman, ia juga memijat pundak dan pelipis Xian dengan lembut namun berhasil membuat pusing di kepala Xian mereda.

"Apa kau merasa pusing?"

"Sekarang tidak. Terimakasih, aku hanya merasa lapar."

Xian menjawab tanpa menggerakkan tubuhnya, kepalanya menunduk dalam hingga membuat ketiga orang di ruangan itu merasa sulit untuk melihat raut wajahnya.

"Aku hanya lapar."

Lanjutan jawaban Xian itu mendapat lemparan bantal dari Jenar dan Helen, merasa kesal karena merasa khawatirnya sia-sia. Chyou hanya terkekeh dan keluar kamar, berniat mengambil pangsit yang sudah Jenar masak.

"Kenapa kau tiba-tiba pingsan begitu saja padahal kau terlihat sangat bersemangat untuk mencari kedua juniorku?"

Helen mengajukan pertanyaan untuk memecahkan keheningan yang tiba-tiba melanda kamar itu.

"Aku akan bahas itu setelah aku makan, ayolah aku sangat lapar."

Hanya satu kalimat, namun mampu membuat Helen merasa kesal hingga ia akan naik ke surga tujuh ratus kali.

Muka gadis itu kini bertambah masam, dahinya mengkerut, menatap tajam sang sepupu yang kini sedang asik melahap pangsit.

'Sialan, sialan, sialan. Untung saja kau anak kaisar, untung kau sepupuku. Jika tidak, aku bersumpah akan mengirimmu ke neraka.'

Sumpah serapah itu ia ucapkan dalam hati, tak mau mengucapkannya karena setiap ia membuka mulut, Jenar akan memberinya jeruk yang terasa sangat masam.

"Sepertinya kita harus membuat rencana untuk mencari kedua junior Helen. Entah itu mimpi atau sebuah petunjuk, aku juga tidak mengerti."

"Memang apa yang kau lihat di mimpimu?"

Xian menjentikkan jarinya saat mendengar pertanyaan Jenar, kemudian ia melihat ke arah Helen dan mengambil kantong kacang yang di pegang oleh gadis itu, membuat pekikan kesal keluar dari mulut Helen.

"Aku bermimpi jika kedua junior Helen berada di dua tempat yang berbeda, jadi besok kita harus berpencar. Aku akan pergi bersama Helen dan Chyou bersama gege."

Xian sedikit mengarang cerita, ia memberi tahu jalan yang jauh lebih panjang daripada tempat dimimpinya. Sedikit banyak berharap jika pilihannya kali ini adalah yang terbaik untuk keselamatan Jenar dan Chyou.

Setelah itu, merekapun kembali berdiskusi untuk menjalankan rencana tanpa perubahan pasangan. Gelagat aneh Xian yang terlihat sedikit waspada dari sebelumnya membuat salah satu dari mereka menyadarinya.

Rembulan sudah sepenuhnya berada di atas kepala, angin dingin menyapa wajah seorang pemuda yang sedang merendam kakinya ke danau teratai.

Xian menatap bulan sedikit lembut. Bulan itu terlihat lebih terang dari malam sebelumnya namun terlihat sedikit berdarah, mengingat jika akan ada bahaya di perjalanannya nanti.

Sedikit iseng, Xian memanggil sistem dna terus menerus memanggil Arius hingga panggilannya itu terjawab.

Wajah gadis itu kini terpampang jelas di layar hologram, wajahnya sedikit muram dengan guratan kelelahan yang tercetak jelas. Matanya terlihat sangat sayup, menatap perkamen dan gulungan kertas yang menumpuk di wajahnya.

"Arius, sepertinya aku membutuhkan sebuah elusan di kepala."

Xian menatap layar hologram dengan lembut, sebenarnya bukan hanya elusan, ia benar-benar membutuhkan pelukan.

"Tiba-tiba?"

Arius membalas tatapan Xian setelah sekian lama mendiamkan Xian berbicara sendiri. Ia mengangguk pelan dan mematikan sistem.

Xian terkejut karena temannya itu menuruti permintaannya, biasanya temannya itu akan memarahinya dan mengakhirinya dengan menutup sistem.

"Kau terlihat kacau, baru saja turun ke celah dunia sudah sekacau ini. Aku bahkan mendapat kabar dari Jenar jika kau pingsan."

Arius duduk di samping Xian, ikut merendam kakinya ke dalam danau. Xian menyadari jika temannya itu sudah datang dan bersiap untuk menidurkan kepalanya ke pangkuan Arius.

Xian menatap wajah Arius yang ada di atasnya, temannya itu terlihat sangat cantik namun mengapa kata-katanya selalu menusuk hati dan bertindak kasar, tidak seperti gadis pada umurnya.

"Aku bertanya, kau harus menjawabnya."

Arius mendunduk, membalas tatapan Xian yang sudah daritadi menatapnya saat ia sibuk memarahi pemuda itu.

"Aku tidak tahu, awalnya aku mengira jika kami sudah mulai mencari kedua junior Helen. Dimimpiku, kami akan diserang oleh seorang anak kecil yang membawa pedang hitam, pedang yang sama seperti pedang yang dipegangnya."

"Aku harap anak kecil itu bukan dia."

Xian menarik tangan Arius ke kepalanya, meminta gadis itu untuk mengelus kepalanya seperti yang ia mau. Mau tidak mau, Arius mengikuti kemauan Xian.

"Bukan, aku bisa menjamin itu. Makanya aku akan menyelidiki hal ini. Aku sudah mengatur agar aku dan Helen yang pergi ke tempat kedua juniornya berada, Jenar dan Chyou aku atur agar pergi ke dungeon level S yang agak jauh dari lokasiku. Bisakah kau membantuku untuk menjaga mereka?"

Arius menghentikan tangannya, menatap temannya dengan tatapan penuh khawatir, bagaimana bisa temannya ini lebih mementingkan keadaan saudaranya daripada keadaannya.

"Aku-"

"Aku membutuhkanmu untuk memastikan keadaan mereka, hanya itu. Aku janji tidak akan terluka, setelah menjalankan misi ini, aku juga akan menuruti semua kemauanmu, aku berjanji."

Xian menggenggam kedua tangan Arius, mengelus kedua tangan gadis itu dengan lembut. Ia berusaha menenangkan temannya itu.

"Baiklah, jika kau ingkar aku akan membuatmu menelan dua ratus ribu jarum."

Xian menelan ludah, ia bahkan tidak bisa menjamin jika ia tidak akan mati, syukur syukur jika hanya terluka parah dan koma selama beberapa bulan.

"Ya."

Setelah itu, Arius menidurkan kepalanya di teras, diikuti Xian disampingnya. Pemuda itu menawarkan tangannya untuk menjadi bantalan kepala Arius, tentu saja tawaran itu ia terima karena Arius tidak terbiasa untuk tidur tanpa sesuatu yang mengganjal di kepalanya.

Kedua dewa itu memandang.langit yang kini terlihat lebih indah, bulan bersinar terang tanpa tertutupi awan, bintang yang berkedip-kedip menemani bulan. Hembusan angin bahkan tidak dihiraukan oleh keduanya karena sibuknya mereka untuk menikmati malam.

1
Naomi Arin
tambah penasaran sm episode selanjutnya wooeyy,
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
Husna15🐅
njirr😂
Husna15🐅
gimana klau Xian ktmu Ian d depan mata Chyou
Husna15🐅
Ooh🤭
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
aku ngakak bentar kak🤣
Husna15🐅
hah? pantesan bnyk yg ngincer ian
Husna15🐅
tapi mimpi emang sering kek nyata, saking nyata perasaan dalam mimpi ke bawa d dunia nyata
Husna15🐅
lahh, efeknya masih ada terus ian gk sadar dri tdi
Husna15🐅
tunggu² aku kek ragu² 😂

alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya
Iyan: Alin itu Lian kak, tapi dia dipanggil apa aja juga nyaut
total 1 replies
Husna15🐅
hm, udah kembali ke dunia asli
Husna15🐅
akhirnya tau kondisi ian
Husna15🐅
ada hati yang harua di jaga😌
Husna15🐅
seperti hewan iblis
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
ehh, tpi ini singa😆
Husna15🐅
dri dulu pengen pelihara harimau
Husna15🐅
kuat banget ya Xian
Iyan: Soalnya dia setiap cobaan dicobain
total 1 replies
Husna15🐅
😔
Husna15🐅
aku blm prnah nyium bau teratai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!