NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode tujuh belas

Aku sedikit tersengal, meletakkan pensil di atas meja sambil mengelap keringat yang terus mengalir di dahi.

" Kau, kau jenius Dium." ucap Bu dere.

Aku menatap nya tidak mengerti, bukannya aku tidak berhasil menjawab hampir empat soal di kertas terakhir.

" Kau memang tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai hukum, politik, ekonomi dan sebagainya, karena kau belum pernah membaca tentang itu. Tapi soal soal yang berkaitan dengan numerik, angka, hitungan aljabar, fisika, sepertinya sudah menjadi bakat alami dirimu. Terus terang belum ada murid ku yang bisa menjawab pertanyaan hitungan tadi dengan sempurna, tapi kau bisa melakukannya." ucap Bu dere dengan bangga.

Aku terdiam, aku? Jenius?

" Baiklah nak, tanpa membuang buang waktu lagi, kamu akan masuk ke kelas SMA, satu kelas dengan Beta. Aku akan menjelaskan secara singkat mengenai peraturan serta kewajiban yang ada di sini. Setiap siswa harus bangun sebelum pukul tujuh pagi dilanjutkan dengan merapikan tempat tidurnya, setelah itu bergegas mandi tanpa membuang buang air, setelah selesai mandi dan menggunakan seragam sekolah, seluruh siswa duduk di meja belakang rumah dengan tertib untuk sarapan pagi, setelah selesai sarapan dan mencuci peralatan makannya masing masing, setiap siswa akan memasuki ruang belajar nya, proses belajar mengajar berlangsung sejak pukul delapan pagi hingga pukul satu siang, setelah selesai belajar para siswa harus mengganti seragamnya dan tidur siang, para siswa bangun dari tidur siang jam tiga sore, lalu di lanjutkan dengan membersihkan kamar tidur dan bagi yang berumur sepuluh tahun ke atas akan mengambil air dari sumur di samping rumah untuk mandi nanti malam dan besok paginya. Setelah jam empat sore para siswa di bolehkan untuk keluar dari rumah dan bekerja sesuai dengan keinginannya, sebelum jam tujuh malam semua siswa wajib sudah ada di rumah dan ketika jam tujuh tiga puluh semuanya wajib sudah berada di meja makan. para siswa akan mengikuti kelas ekstrakurikuler untuk pengembangan bakat dan minat mulai dari jam delapan tiga puluh hingga jam sembilan, lalu di lanjutkan dengan tidur. Di hari Sabtu para siswa di perbolehkan untuk bekerja mulai dari pagi hingga sore, dan ketika hari Minggu semua siswa di perbolehkan untuk bersantai. Jangan coba coba melanggar peraturan yang ada atau kau akan mendapatkan sanksi." demikian penjelasan panjang lebar dari ibu dere.

Aku mengangguk, tidak masalah aku sudah terbiasa melakukan banyak hal di kampung.

" Kau sudah bisa mulai masuk sekolah pagi ini Dium, aku akan memberikan hasil jawaban mu kepada guru yang mengajar sebagai bahan pertimbangan." ucap ibu dere.

" Aku rasa mungkin cukup sampai di sini dulu pembicaraan kita nak, aku masih memiliki beberapa pekerjaan lain, seiring berjalannya waktu kau akan terbiasa, aku akan meminta Beta untuk membantumu beradaptasi." ucap Bu dere menutup pertemuan.

Aku mengangguk, mengikuti punggung Bu dere yang keluar dari ruangan. Terlihat Beta yang sejak tadi duduk akhirnya bangkit berdiri.

" Coba tebak temanmu masuk ke kelas mana Beta." ucap Bu dere.

" SD, atau SMP mungkin." tebak Beta

" kau salah bet, dia masuk di kelas SMA, satu kelas dengan mu." ucap Bu dere sambil tertawa.

" sungguh? Bagaimana caranya." tanya Beta, matanya membesar menatap ku.

" caranya adalah ia semangat belajar, tidak seperti kau yang baru di kasih soal hitungan sudah mulai pura pura sakit." ucap Bu dere kembali tertawa.

Beta terlihat mengacungkan tinjunya, tidak terima di olok olok, aku tertawa melihatnya, sepertinya ibu dere dan Beta sudah sangat akrab.

" Ini catatan serta uangnya bet, kau bisa mengajak Dium kalau mau." ucap Bu dere sambil memberikan sesuatu ke Beta.

" benarkah aku boleh mengajaknya?" tanya Beta.

Bu dere mengangguk, dia memperbolehkan nya.

" Sebentar, sebentar, memangnya kita mau ke mana?" tanyaku bingung, sejak tadi Beta tidak menjelaskan kenapa ia di panggil oleh ibu dere.

" kita akan pergi ke pasar, teman. Aku di tugaskan setiap hari untuk membeli kebutuhan pokok kita, kita akan berjalan kaki, tidak jauh palingan sekitar lima kilo meter, kau mau ikut atau tidak?" jawab Beta lalu bertanya kepadaku.

Aku mengangguk, tidak masalah dari pada aku sendirian di atas tidak ada teman ngobrol, seperti apa pasar itu? Tidak ada yang namanya pasar di kampung ku, baiklah aku akan ikut, sepertinya akan menyenangkan.

Ibu dere mengingatkan agar kami segera pulang tidak keluyuran setelahnya, Beta mengatakan kalau misalnya kami tidak juga sampai dalam waktu dua jam tolong hubungi petugas keamanan, sebagai jawabannya telinganya di jewer oleh ibu dere. Kami berangkat setelah selesai mencuci muka, ibu dere melepas di depan pintu, sekali lagi mengingatkan Beta agar segera pulang. kami berdua jalan di sebuah jalan setapak kecil di samping rumah, jalan itu tidak terbuat dari beton melainkan pasir putih, Beta mengingatkanku untuk tidak melepaskan alas kaki karena takutnya ada karang tajam yang tertutup pasir. Aku benar benar menikmatinya, jalanan yang berlapiskan pasir putih, pinggir pinggir jalan di hiasi oleh pepohonan kelapa yang rindang, serta dua puluh meter dari tempat kami jalan saat ini adalah pantai.

Beberapa pejalan kaki lainnya juga terlihat, ada yang satu arah ada juga yang berlawanan arah, sedari tadi para warga menyapa Beta, sepertinya Beta di kenal baik oleh penduduk di sini.

" Apakah kau juga melakukan hal ini setiap pagi bet?" tanyaku memecah lenggang.

" Tergantung, kalau misalnya aku sakit, maka ibu dere yang akan pergi belanja." jawab Beta

Aku mengangguk, sepertinya Beta adalah tipekal orang yang bisa di andalkan.

" Itu apa?" tanyaku menunjuk salah satu tempat di pinggir jalan yang menyediakan banyak barang barang.

" itu warung sembako, kau bisa membeli peralatan atau keperluan mu di situ." jawab Beta.

" boleh kita berhenti sebentar nanti bet?" tanyaku lagi

" memangnya kau punya uang?" Beta balik bertanya.

" ada, nanti aku traktir kau jajan kalau mau." jawabku.

Beta mengangguk, dia mengatakan kalau setelah pulang dari pasar nanti kami akan singgah sebentar di warung itu.

Setelah lima belas menit berjalan kaki akhirnya kami tiba di pasar, terlihat kerumunan orang, ada begitu banyak barang barang yang di jual, ada lorong yang menyediakan sayur sayuran, ada yang menyediakan ayam serta Ikan ikan segar, serta ada juga yang menyediakan bumbu bumbu dapur. Beta sepertinya tau dia harus ke mana, aku hanya perlu mengikuti nya dari belakang, sesekali Beta mengobrol dengan pedagang atau dengan warga sambil dia memperkenalkan ku. Beta benar benar sudah mahir dalam hal berbelanja seperti nya, dia tau mana sayur yang bagus dan mana yang kurang bagus, walaupun di mataku tidak ada bedanya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!