Dasar dari sebuah pernikahan adalah kejujuran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Apa yang tadi kamu ucapakan?? Aku tidak mendengarnya!!" Ucap Cakra saat mobil berhenti, sementara Bintara lebih memilih melihat Arumi yang berada di kursi belakang. Untungnya Arumi tidak terbangun karena Cakra yang mengerem mendadak.
"Kita bicara diluar saja, aku tidak ingin mengganggu Arumi tidur". Ucap Bintara kepada Cakra dan Cakra hanya mengangguk lalu turun dari mobil.
"Jadi sekarang kau bisa mengatakannya??" Ucap Cakra kepada Bintara
"Jangan pura-pura tidak mendengar ucapan ku tadi di mobil, aku hanya ingin tahu kenapa kakak melakukan hal itu tadi di taman bermain??"
"Memangnya apa yang aku lakukan tadi?? Aku bahkan tidak mengingatnya" ucap Cakra yang pura-pura tidak ingat dengan tindakannya di taman bermain yang hampir membocorkan rahasia Bintara kepada Arumi.
"Aku tidak peduli kakak pura-pura lupa atau benar-benar lupa, tapi aku hanya ingin tahu kenapa kakak tidak jadi mengungkapkan rahasiaku kepada Arumi??"
"Ohhh jadi rahasia itu yang kamu bicarakan,, alasan aku tidak mengatakannya karena aku ingin melihat kamu hidup dengan rasa bersalah karena telah membohongi Arumi" ucap Cakra yang terdengar kejam
"Terima kasih!! Karena kakak tidak mengatakan rahasia itu pada Rumi, dan memang benar aku hidup dengan rasa bersalah karena telah membohonginya" ucap Bintara yang membuat Cakra bingung karena tidak menyangka jika Bintara akan mengucapkan terima kasih kepadanya setelah perbuatan yang dia lakukan padanya.
"Syukurlah kalau kamu sadar telah bersalah kepada Arumi, aku hanya memberikan saran agar kamu secepatnya memberitahu kebenarannya kepada Arumi jika tidak kamu pasti akan kehilangan Arumi untuk selamanya"
"Dan satu hal lagi, jika sampai karena masalahmu membuat Rumi bersedih maka aku tidak akan tinggal diam karena aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti perasaannya" ucap Cakra dengan panjang lebar dan mengancam Bintara
"Aku tahu, aku juga tidak mau membuat Rumi bersedih. Jika memang hari itu tiba dimana kebenaran tentang diriku terungkap, maka jaga Rumi untukku jangan biarkan dia merasa kehilangan sosok kakak" ucap Bintara sambil melihat ke arah mobil dimana Arumi yang sedang tertidur di sana, dia tersenyum ketika melihat sang adik yang tertidur pulas seperti bayi.
"Tanpa perlu kau suruh, aku pasti akan menjaga adikku karena Rumi adalah tanggung jawabku"
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan ke asrama Arumi, karena mereka tidak bisa masuk ke dalan asrama jadi terpaksa mereka harus membangunkan Arumi
"Rumi!! Ayo bangun adik!! Kita sudah sampai di asrama mu" ucap Bintara dengan lembut membangunkan Arumi, sementara Rara yang mesra tidurnya di usik merasa enggan untuk membuka matanya karena sudah sangat lelah dan mengantuk. Tapi apa daya dia tetap harus bangun dan kembali ke asrama sendiri karena Cakra dan Bintara tidak bisa mengantarkannya.
"Kakak!!! Apa kalian akan pergi??" Tanya Arumi sambil memeluk kedua kakaknya itu
"Emm iya kami harus pulang" ucap Bintara yang membuat Arumi menjadi cemberut
"Tapi Rumi masih ingin bersama kalian" ucap Rara dengan manja
"Tidak bisa Rumi, apa kamu lupa kalau kami tidak bisa masuk. Lagi pula kamu harus beristirahat untuk penerbangan besok" ucap Cakra menambahkan
"Huhhhh baiklah aku akan masuk sekarang, tapi Rumi ingin kalian berdua berjanji pada Rara jika besok kalian akan mengantar Rumi ke bandara"
Mendengar hal itu, Cakra dan Bintara terdiam sejenak dan saling memandang sampai akhirnya mereka mengiyakan permintaan Arumi
"Yeyyy karena kalian sudah janji untuk datang maka harus kalian tepati, jika tidak maka Rumi akan marah pada kalian"
"Dan satu hal lagi, kak Bintara jangan lupa untuk mengajak kakak ipar besok"
Ucap Arumi sambil berlari masuk ke dalam asrama, sedangkan Bintara hanya diam terpaku mendengar keinginan Arumi untuk mengajak kekasihnya tanpa tahu kebenarannya
"Bagaimana kau akan mengatasi masalah ini?? Rumi ingin bertemu dengan kakak ipar yang tidak pernah nyata" Tanya Cakra kepada Bintara
"Aku akan mengatasinya, kakak tidak perlu khawatir" ucap Bintara dengan datar dan meninggalkan Cakra sendiri di depan asrama dan memutuskan untuk mencari taksi
Sementara itu Arumi sudah sampai di kamarnya, saat dia datang Luna langsung bergegas menghampirinya
"Rumi!! Kamu akhirnya pulang juga, dari tadi aku menelepon mu tapi kamu tidak mengangkatnya. Apa kamu tahu aku sangat khawatir"
"Maaf Lun tapi daya ponsel ku habis jadi tidak bisa menerima telepon darimu"
"Lalu bagaimana pertemuan lo sama nyokap lo?? Apakah dia maksa lonuntuk bersamanya atau apakah lo disakiti olehnya??"
"Tidak Lun,,, ibuku tidak menyakiti ku dia hanya ingin aku tinggal bersamanya tidak ada yang lain" ucap Arumi sambil memalingkan wajahnya
"Lo pasti bohong, gue sangat mengenal lo ketika lo berbohong pasti akan mengalihkan pandanganmu"
Arumi yang mendengar hal itu menjadi panik sekaligus senang karena ada orang yang mengerti kebiasaannya tapi dia merasa panik untuk mengatakan kebenaran tentang pertemuan dia dengan ibunya. Arumi takut jika sampai Luna tahu jika sang ibu memaksanya untuk melupakan mimpinya maka dia takut Luna tidak akan tinggal diam.
"Aku benar-benar tidak apa-apa, tadi aku pergi dengan Kak Bintara dan kak Cakra. Mereka bilang kamu yang menghubungi mereka untuk datang mencari ku di sana"
"Emmm iya gue yang menghubungi mereka, gue khawatir lo bertemu sama nyokap lo"
"Terima kasih Lun, karena kamu aku bisa seharian menghabiskan waktu dengan kedua kakakku yang sudah lama tidak pernah kami lakukan" ucap Arumi sambil memeluk Luna
Setelah itu Arumi pergi ke meja belajarnya di sana dia melihat foto keluarganya dan meneteskan air matanya karena merasa sedih ketika mengingat keluarganya yang sudah berantakan dan tidak bisa seperti dulu lagi. Dia merasa hampa untuk pergi, padahal itu adalah mimpinya tapi kenapa kedua orangtuanya tidak bisa mendukung impiannya itu dan selalu ingin menekan dirinya pada bingkai kaca mewah.
Arumi menghapus air matanya agar Luna tidak tahu dia menangis jika dia tahu pasti Luna akan khawatir.
Besoknya Arumi bersiap untuk pergi ke bandara di temani oleh Luna, sebelum dia naik taksi dia melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah kedua kakaknya datang atau tidak. Tapi Arumi tidak melihat adanya kakaknya yang membuatnya sangat sedih karena mengira kedua kakaknya tidak menepati janji mereka untuk mengantarnya ke bandara.
"Rum!! Semua barang sudah dimasukkan ke dalam taksi, ayo kita pergi sekarang jika di undur nanti takutnya macet di jalan"
"Emm baiklah"
Mereka berdua pun berangkat ke bandara, di sepanjang perjalanan Arumi hanya diam dan melihat kearah luar jendela. Saat berhenti di lampu merah dia melihat keluarga kecil yaitu ada ayah, ibu dan putri kecilnya yang sedang bermain di halte penyebrangan. Arumi melihat keluarga itu sangat bahagia dengan putri kecilnya yang di angkat di bahu sang ayah, dan ibunya yang menopang dari belakang. Tanpa sadar air matanya keluar karena melihat hal itu.
"Rum!! lo kenapa??" Tanya Luna kepada Arumi karena melihat temannya itu menangis..
"Tidak ada apa-apa, tadi mataku kemasukan debu"
"Ohh, kalau begitu tutup jendelanya agar debu tidak masuk"
Arumi pun menutup jendelanya dan perjalanan kembali berlanjut.
Bersambung