Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 08
Leina memilih pulang lebih cepat untuk mempersiapkan kunjungan ke keluarga Ravi yang sekarang adalah mertuanya. Sebelumnya dia lebih dulu mampir ke toko buah. Dikarenakan ibu Ravi merupakan orang yang memiliki usaha catering serta toko kue, jadi Leina tidak akan membawa makanan ataupun kue. Dia memilih membawa buah-buahan karena dianggap lebih aman.
Ya, padahal Rinjani bukan tipe pemilih dalam hal makan. Tapi Leina merasa membawa buah akan lebih pas.
Sebuah parcel besar dia minta kepada si penjual buah. Sembari menunggu dibuatkan atas buah pilihannya, mata Leina tertuju ke sebuah butik. Merasa tertarik ia pun memiliki keinginan untuk mendatanginya.
" Pak, saya tinggal ke toko itu sebentar ya."
" Iya Mbak, silakan."
Leina tersenyum simpul, ia pun berjalan ke butik tersebut. Nama butik dan display baju yang terlihat dari luar menjelaskan apa yang dijual di dalamnya. Aisyah Boutique, itulah namanya. Tanpa ragu Leina masuk ke dalam. Sapaan sopan serta senyum keramahan di dapat oleh Leina.
" Assalamualiakum, ada yang bisa saya bantu?"
" Waalaikumsalam, saya ingin ... "
Tidak butuh waktu lama, hanya 15 menit Leina sudah kembali ke tempat buah. Ia juga membawa sebuah paperbag yang lumayan besar ditangannya.
Suasana hatinya menjadi sangat bagus sekarang ini. Tidak lupa dia mencatat momen itu di ponselnya lebih dulu baru nanti dia akan memindahkannya pada buku catatan. Si penjual buah juga membantu membawakan parcel buah yang Leina beli ke dalam mobil.
" Bismillaah ... "
Selepas magrib baik Ravi maupun Leina tengah bersiap. Ravi yang sudah selesai menunggu Leina yang masih berada di dalam kamar. Kali ini Ravi merasa sedikit heran, karena tidak biasanya Leina bersiap dengan lama.
Sejauh ini dirinya mengenal Leina, teman yang sekarang jadi istrinya itu adalah wanita yang paling simple dan cekatan. Bahkan bisa dibilang mandinya Leina lebih cepat ketimbang dirinya.
Tap tap tap
" Mas ayok, lama ya nunggunya."
" Nggak kok, nggak ap~"
Jeng jeng jeng
Ravi tidak mampu melanjutkan ucapannya. Ia terlalu terpaku dengan apa yang matanya lihat saat ini.
Terpesona, itulah kata yang tepat untuk mewakili reaksinya saat ini. Ya, Ravi begitu terpukau melihat tampilan Leina yang amat sangat berbeda dari biasanya.
" Mas, aku aneh ya?"
" Nggak, kamu nggak aneh. Kamu cantik Lei, cantik banget malah. Tapi, kenapa tiba-tiba?"
Tanpa sadar Leina tersipu dengan pujian dari Ravi. Tapi tak lama kemudian ia kembali bersikap seperti biasa.
Bukan tanpa alasan Ravi menunjukkan keheranannya. Leina yang berdiri di depannya terlihat begitu anggun dengan pakaian yang tertutup.
Leina mengenakan setelan rok dan tunik panjang ditambah hijab yang menutupi rambutnya dan bahkan hijabnya menjulur panjang menutupi dada. Kesan cantik, anggun dan elegan terpancar dari wanita itu.
" Aku, aku hanya pengen Mas. Dan bukan hanya malam ini aja. Tapi aku mutusin buat pakai hijab. Gimana menurut Mas?" Sadar bahwa mereka berstatus suami istri, Leina pun merasa wajib untuk meminta pendapat Ravi sebagai suaminya.
" Waah sungguh, aku sih seneng aja Lei. Itu bagus dan baik kok, jadi aku bakalan dukung kamu. Pakailah jika kamu merasa nyaman dan aman. Jadi, ayo kita berangkat."
Ravi mengulurkan tangannya, dan Leina menyambut dengan penuh senyuman. Mereka berjalan menuju ke mobil dengan bergandeng tangan. Keduanya merasa hal ini biasa tanpa mereka sadari bahwa tangan yang saling bertaut itu mengalirkan rasa lain. Meskipun masih samar tapi Ravi dan Leina tidak canggung melakukan itu.
Sebenarnya ketika status mereka berubah dan tinggal bersama, kehidupan mereka sama seperti pasnagan suami istri pada umumnya. Sama sekali tidak ada rasa tidak enak. Yang membedakan ialah mereka tidak tidur bersama. Ya, hanya itu saja.
Sepanjang perjalanan mereka banyak bicara. Membicarakan banyak hal yang terjadi hari ini. Leina juga menceritakan tentang adiknya yang saat ini tengah merajuk padanya.
Tapi ternyata itu menjadi sesuatu yang memancing rasa penasaran Ravi karena Leina juga mengatakan alasan mengapa Leon merajuk.
" Jadi kamu mau berhenti dari DCC?"
" Aah itu ... ."
" Bukannya apa-apa Lei. Aku mah terserah kamu aja mau gimana. Kamu mau di rumah pun aku nggak masalah kok. Sekarang bagaimanapun juga kan kamu udah jadi istri aku. Aku bakalan tanggung jawab sepenuhnya sampai masa pernikahan kita selesai. Atau setidaknya sampai kamu menemukan pria yang sungguh-sungguh kamu cintai."
Nyuuut
Ucapan Ravi yang baru saja entah mengapa membuat dada Leina terasa berdenyut. Rasanya seperti nyeri. Tapi sebenarnya bukan hanya Leina saja yang merasakan itu. Ravi pun langsung terdiam seusai berkata demikian.
" Aku cuma pengen ngelakuin sesuatu yang udah lama aku pengen lakuin Mas."
" Apa itu?"
" Menjelajah."
Shaah
Ravi langung menoleh kearah Leina. Jawaban yang diberikan Leina tidak serta merta bisa ia mengerti. Namun karena mereka sudah sampai dikediaman William, dimana Charles, Rinjani dan Ranendra tinggal. Sehingga pada akhirnya Ravi tidak bisa bertanya lebih lanjut kepada Leina tentang apa yang tadi dikatakan.
" Apa kamu siap Lei?"
" Sangat siap Mas, lagian kan ini bukan kali pertama kita makan malam bersama."
" Hahah iya juga."
Ravi menggenggam tangan Leina, mereka masuk ke dalam rumah bersama. Sebuah sambutan hangat diterima oleh Leina karena memang Rinjani begitu menyayangi menantunya itu.
Tidak memiliki anak perempuan membuat Rinjani semakin sayang terhadap Leina. Mereka juga sedikit terkejut dengan penampilan Leina, tapi Rinjani terlihat sangat menyukai perubahan itu.
" Kamu semakin cantik sayang," ucap Rinjani sambil memeluk sang menantu.
" Terimakasih Ibu. Ibu juga cantik, aku mah apa atuh," sahut Leina dengan nada bercanda.
Makan malam berlangsung begitu menyenangkan. Setalh selesai makan, mereka pun melanjutkan dengan obrolan santai di ruang keluarga.
Sesekali tawa menggema ketika sendau gurau dilontarkan. Leina pun juga ikut tertawa, namun hatinya tiba-tiba nyeri. Ada sekelumit rasa bersalah didalamnya.
Tawa itu, akankah bisa dia ingat suatu hari nanti? Tawa itu akan kah bisa ia lihat suatu haru nanti? Apalagi dirinya sudah memutuskan untuk pergi. Rasa bersalah yanh muncul itu ia rasakan seolah-olah dia membuat kepalsuan karena berada di tengah-tengah keluarga ini.
Tes
Tanpa terasa air mata Leina luruh. Hal itu tentu membuat Rinjani terkejut. " Lho Lei, kamu kenapa sayang?"
" Aahh, maaf." Leina bergegas mengusap air matanya yang terlanjur menetes. Ia juga tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar akan larut dalam perasaannya sendiri saat ini.
" Ya ampun, kamu kok pucet gini sih. Rav, bawa Leina ke kamar. Kayaknya Leina nggak enak badan. Kalian nggak usah pulang malam ini. Nginep aja di sini."
" T-tapi Bu, aku nggak apa-apa kok."
" Nggak sayang, kamu tidur di sini aja. Ibu nggak tenang kalau kamu pulang dalam keadaan seperti ini."
Leina menatap Ravi, meminta tolong agar mereka tidak menginap. Tapi Ravi tidak bisa berbuat apa-apa. Titah sang ibu sangat jelas dan mutlak. Terlebih Charles juga setuju dengan apa yang istrinya katakan.
" Ish kamu ini Rav, istri lagi nggak enak badan kok ya nggak tahu. Kalai Leina lagi nggak enak badan kamu seharusnya bilang, jadi kalian nggak perlu datang ke sini. Leina biar istirahat di rumah."
" Ya Yah, aku yang salah. Aku yang nggak peka."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍