Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. Masalah di lantai 21
"Kenapa kalian membawa makanan kemari? Bukankah aku yang mengundang kalian berdua?." Vivian heran melihat kedua pria itu membawa makanan sendiri ke apartemen Kris.
"Kami tidak enak untuk mengambil jatahmu. Anggaplah sebagai ucapan terima kasih karena sudah susah payah memasakkan kami makanan." Ucap ayah Will yang baru pertama kali Vivian temui.
"Paman, apakah demam mu sudah turun? Aku dengar dari will, Paman mengalami demam tinggi saat itu." Ucap Vivian sambil meletakkan makanan ke atas meja.
"Terima kasih kepada obat yang diberikan oleh Kris. Demamku sekarang sudah baik-baik saja, aku bahkan merasa lebih sehat daripada sebelumnya." Ayah Kris berkata sambil menampilkan senyum penuh ke bapakan.
"Aku akan membantu." Melihat Vivian yang sibuk bolak-balik meja makan dan dapur, Peter berinisiatif untuk membantu Vivian.
"Terimakasih." Ucap Vivian sambil tersenyum ke arah Peter.
"hn"
"Ck. Kenapa kosakatamu sangat sedikit sih? Membuat orang enggan untuk berbicara denganmu lagi." Canda Vivian.
"Aku akan berusaha" jawab Peter menanggapi candaan Vivian.
"???" Vivian bingung tidak bisa berkata-kata
'sudahlah, lagian orang ini memang seperti ini.' batin Vivian.
Setelah semua hidangan tersaji di atas meja, mereka berlima makan dengan nikmat.
"Sudah lama aku tidak makan makanan panas yang seenak ini." Ucap will setelah menyelesaikan makanannya.
"Memangnya kamu tidak pernah memasak?." Kris menjawab dengan sewot.
'Bagaimana orang hidup tidak makan makanan panas apakah mereka memakan makanan basi?' Batin Kris.
"Masakanku dan ayah tidak enak. Kami dulu terbiasa dengan bibi yang akan memasakkan makanan untuk kami." Will membantu membereskan meja makan bersama dengan ayahnya.
Ayah Wil mengangguk mendengar perkataan putranya. Dia dan putranya itu memang tidak pandai memasak.
Mereka dulu hanya fokus dengan pekerjaan masing-masing dan tidak ada niat untuk pergi ke dapur barang satu kali pun.
Sekarang,
Mereka sedikit menyesali tindakan itu.
Makanan yang bisa mereka masak hanya sebatas bisa dimakan agar tidak kelaparan.
Tapi, setelah semua peralatan elektronik mati akibat pemadaman listrik. makanan yang mereka berdua buat hanya bisa dikatakan mengerikan.
"Jika kalian mau, mulai besok hingga tiga hari ke depan, datanglah kemari. Aku akan mengajari kalian cara memasak." ucap Vivian.
Tidak mungkin untuk menawarkan diri memasakkan makanan untuk orang lain.
Hal yang paling bisa Vivian lakukan untuk teman aliansinya hanyalah mengajari mereka cara memasak makanan.
"Aku juga ikut." Peter ikut masuk di dalam pembicaraan ketiganya.
"Kamu?." Kris menunjuk Peter dengan jarinya. "Apa yang kamu lakukan dengan belajar memasak? Bukankah kamu sudah pandai memasak?."
Kris dan Peter dulunya adalah tetangga di wilayah militer.
Kris dulu selalu mengagumi pria itu, Peter.
Sebab,
Di usianya yang masih muda pria itu sudah banyak meraih prestasi di ketentaraan.
Bahkan Peter sempat menjadi komandan pasukan tim Falcon. Tim khusus yang dibentuk untuk menyelesaikan misi-misi paling sulit.
Namun setengah tahun yang lalu, pemuda itu tiba-tiba mengundurkan diri dari militer dan membuat para atasannya bertanya-tanya.
Sejak saat itu, Kris mulai tidak mengidolakan pria itu lagi.
"Kamu sudah mengenalnya lebih dulu?" tanya Vivian kepada Kris.
"Tidak!." Kris menjawab dengan cepat. Ia lalu membuang muka menghindari tatapan curiga dari Vivian.
Vivian menghendikkan bahu. "Baiklah, kalau memang Peter ingin ikut belajar memasak. Mulai besok kita bisa menjadwalkan latihan memasak pada pukul 07.00 pagi. Sekalian, kalian bawa bahan masakan yang ingin kalian buat masing-masing."
.
.
tok tok tok tok tok tok tok tok...
Pada pukul 1 dini hari, apartemen Kris dan Vivian diketuk dengan kencang dan cepat dari luar.
"Orang yang ada di dalam! Cepat buka pintunya."
Orang di luar apartemen terus mengetuk pintu hingga membuat Kris dan Vivian tidak tahan lagi.
"Ck." Vivian sebal dengan keributan yang disebabkan oleh orang yang berada di luar apartemen. Ia pun akhirnya turun dari ranjang dan memakai sandal kelinci kesayangannya.
Cklek.
Vivian membuka pintu kamar.
Saat Vivian keluar dari kamarnya. Ternyata Kris juga sudah bangun dan sedang membuka pintu kamarnya untuk mengecek keributan yang ada di bawah.
"Apakah kamu juga terbangun?." Tanya Kris.
"Dengan keributan seperti itu, bagaimana aku masih bisa tidur? Aku harap saat ini aku tidak memiliki kekuatan super." Kesal, Vivian menjadi cemberut.
Bagi manusia super yang semua panca indranya telah ditingkatkan berkali-kali lipat. Ketukan di luar apartemen adalah bencana.
"Orang di dalam! Cepatlah buka pintunya! Atau jika tidak. Jangan salahkan kami jika pintu ini akan kami dobrak."
Orang-orang yang berada di balik pintu apartemen menjadi tidak sabar.
Saat Kris hendak buru-buru turun ke bawah. Vivian mengingatkannya tentang membawa senjata.
"Kris. Jangan lupa membawa pistolmu saat keluar. Sepertinya kita akan memb*nuh orang hari ini." Vivian berbalik ke dalam kamar dan mengambil pistol dari laci kamarnya.
".... Memb*nuh? Sesama penghuni apartemen?." Meskipun Kris masih merasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Vivian. Namun dia tetap kembali ke dalam kamar dan mengambil senjata api miliknya.
"Aku akan menghitung sampai tiga. Jika masih tidak ada yang membukakan pintu, maka, akan ku dobrak pintu ini." Orang yang berada di balik pintu memberikan ancaman.
Vivian melihat melalui lubang intip.
"Bagaimana keadaan di luar?." Kris yang baru saja sampai bertanya kepada Vivian karena penasaran.
"Mereka juga membawa senjata seperti pisau dan senjata dingin lainnya. Sepertinya, mereka naik kesini murni karena ingin menimbulkan masalah." Jawab Vivian.
Satu.... Dua... Ti...ga...
Bruk
Bruk
Pintu apartemen Kris mulai di dobrak dari luar.
"Untung saja aku sudah memperkuat pintu ini. Bahkan, dengan tenaga sepuluh ekor sapi sekalipun. Mereka masih akan kesulitan untuk merobohkan pintuku ini." Kris membusungkan dadanya dengan bangga.
Vivian yang melihat Kris berlagak sok keren, memutar matanya bosan.
"Vivi. Aku juga ingin melihat situasi di luar."
Vivian menyerahkan tempatnya kepada Kris.
"Sepertinya pintu rumah tetangga kita akan segera roboh." Ucap kris ketika dia melihat melalui lubang intip.
"Siapa?."
"Itu. Keluarga yang memiliki enam orang anggota di dalamnya. Aku tidak terla..." perkataan Kris terhenti ketika melihat pemandangan di luar saat ini.
seorang anak kecil diseret paksa oleh seorang pria bertato yang pernah menghentikan Kris sebelumnya.
"Tidak! Tolong jangan bawa anakku!."
Seorang ibu muda mencoba meraih anak kecil tersebut. Tapi tindakannya dihentikan oleh wanita paruh baya yang berdiri tepat di sebelah pria bertato itu.
Wanita paruh baya itu mendorong ibu muda tersebut hingga membentur dinding apartemen.
"Ibu....Huu...u...u... Ibu... Nenek... Kakek... Tolong... Hu...u...u..." Anak kecil itu berteriak sambil menangis tersedu-sedu.
Melihat keributan itu. Orang-orang yang tadinya mengetuk pintu apartemen Kris, William, dan Peter Berbalik menuju apartemen yang pintunya telah dirobohkan oleh pria bertato tersebut.
Mereka bergegas untuk bisa berbagi barang jarahan dengan pria bertato itu.
Orang-orang itu tidak peduli apakah pemilik asli dari apartemen itu terluka ataupun tidak.
Mereka hanya tahu bahwa di dalam apartemen itu masih terdapat makanan.
Dan orang-orang yang menerobos ini adalah penduduk lantai bawah yang apartemennya telah terendam oleh banjir.
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊