NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Kesengajaan

Sudah beberapa hari sejak Agnia bertemu dengan Abian terakhir kali, dan selama itu juga Agnia belum kembali melihat pria itu. Tampaknya Abian menjadi semakin sibuk akhir-akhir ini, urusan pekerjaan pasti menyita waktunya begitu banyak.

Agnia baru saja akan kembali ke kamarnya pagi itu, saat suara seseorang memanggilnya dengan nada yang terburu-buru.

Agnia berbalik, dia nyaris termundur beberapa langkah saat tiba-tiba saja seorang wanita yang jauh lebih tua darinya sudah berdiri di depannya dengan wajah pucat.

“Kenapa, Bi?” tanya Agnia.

“Ini, Bibi minta tolong boleh?”

Agnia yang mendengar itu tanpa ragu mengangguk.

“Bisa berikan pakaian Tuan Abian ini ke kamarnya? Non Agnia juga sekalian mau ke atas, kan?”

“Loh, kenapa tidak Bibi saja?” tanya Agnia, dia hanya merasa tidak enak jika harus memasuki kamar Abian meskipun memiliki alasan melakukannya.

Tapi saat itu Agnia dapat menangkap keanehan pada wanita di depannya. Wanita itu tampak beberapa kali meringis sambil memegangi perutnya.

“Iya, tadinya mau Bibi antarkan, tapi tiba-tiba perut Bibi sakit, mau ke toilet dulu, minta tolong, ya, Non. Bisa, kan?”

Agnia menghela napas, dia juga tidak tega melihat pelayan keluarga Bellamy itu tampak tersiksa dengan rasa sakit di perutnya. Jadi, mau tidak mau Agnia mengangguk. “Ya sudah, sini.”

“Makasih, ya, Non.” Wanita itu secepat kilat pergi dari sana setelah sebelumnya memberikan kemeja yang terlipat rapi di tangan Agnia.

Agnia terdiam sejenak, tiba-tiba saja terpikirkan sesuatu.

“Itu artinya … aku akan bertemu Abian? Tapi … bagaimana jika dia salah paham saat melihat aku di kamarnya?!” Tapi saat itu Agnia langsung membantah ucapannya sendiri. Dia menggeleng dengan kuat. “Tidak-tidak! Aku memiliki alasan, dia juga pasti tidak akan mempermasalahkannya,” putus Agnia pada Akhirnya.

***

Agnia menghela napas sejenak saat tangannya sudah terangkat untuk mengetuk pintu.

Satu kali ….

Dua kali ….

Tiga kali hingga ketukan pintu itu Agnia lakukan. Namun tidak ada respon apapun dari dalam sana. Bahkan saat itu Agnia juga sudah memanggil nama Abian, namun semuanya masih sama. Tidak ada balasan apapun dari balik pintu itu.

“Apa dia masih tidur?” gumam Agnia.

Jadi sekali lagi dia mengetuk pintu, namun hasilnya masih sama. Agnia berdecak. Apa Abian sungguh masih tidur?!

Agnia akhirnya memberanikan diri memutar knop pintu, dan itu berhasil terbuka. Agnia memasuki kamar dan mendapati suasana di dalam sana hanya terdapat keheningan. Benar, bahkan Abian tidak ada di atas kasur seperti yang sebelumnya Agnia asumsikan.

“Abian?” Agnia memanggil, tetap tidak ada jawaban. Kini pikirannya hanya terlintas tentang sesuatu.

“Mungkin dia berada di toilet?” Agnia menerka nerka.

Namun, karena tidak ingin berada di sana terlalu lama. Agnia akhirnya memilih untuk menyimpan saja kemeja yang ia bawa di atas kasur. “Abian aku menyimpan pakaianmu di sini, ya?” Itu hanya formalitas saja, kalau Abian benar-benar berada di toilet jelas dia tidak akan mendengar suara Agnia yang sengaja dia buat tidak begitu kuat.

Baru saja Agnia menegakkan tubuh dan berbalik hingga berjalan beberapa langkah, namun suara Abian berhasil membuat gerak kakinya terhenti.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Agnia memejamkan mata erat-erat, menyesal juga kenapa Abian harus keluar dari kamar mandi saat dirinya sendiri belum keluar dari kamar Abian.

Saat itu, dengan gerakan tenang Agnia berbalik namun matanya langsung membulat saat menemukan pemandangan tak biasa di hadapan matanya.

Abian, pria itu hanya keluar dengan handuk pendek yang melilit di pinggangnya. Sementara tubuh atasnya terekspos begitu saja tanpa sehelai benang.

Sontak saja melihat hal itu Agnia langsung mengalihkan pandangannya ke segala arah, namun juga tetap mempertahankan ketenangannya.

“Itu, aku … aku mengantarkan pakaianmu.” Agnia berkata begitu cepat meskipun berbicara dengan sedikit terbata.

“Kenapa tidak pelayan keluarga yang melakukannya?” tanya Abian, nada suaranya masih cukup tenang, namun entah kenapa Agnia dapat mendengar nada suara Abian tidak biasa saat itu.

“Dia mengalami sakit perut, makanya tidak bisa mengantarkan pakaianmu, barulah memintaku untuk membantu memberikannya padamu,” kata Agnia. Dia kini sudah tidak tahu harus menatap ke arah mana, rasanya sangat sulit untuk fokus. Mungkin saja Abian sudah menangkap gerak-gerik tidak biasa wanita itu.

“Lain kali ketuk pintu, jangan langsung masuk seperti itu!” kata Abian, namun nada suaranya seolah memberikan peringatan.

Namun Agnia yang mendengar itu jelas tidak terima. Padahal dia sudah mengetuk pintu berulang kali hingga memanggil-manggil nama Abian. Salahkan saja dirinya sendiri yang tidak bisa mendengar semua itu!

“Aku sudah melakukannya!”

“Lain kali tidak perlu masuk jika aku tidak memerintahkanmu untuk melakukannya,” kata Abian.

Agnia tersinggung. Tidak ada lain kali, Agnia juga tidak akan mau memasuki kamar Abian lagi!

“Maaf.” Namun hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, bagaimanapun dia sadar. Agnia memang bersalah karena memasuki kamar Abian tanpa ijin, meskipun sebelumnya sudah mengetuk pintu terlebih dulu.

Abian tertegun, namun sepersekian detik kemudian raut wajahnya telah kembali normal. “Kamu boleh keluar.”

Dengan itu Agnia mengambil kesempatan untuk segera keluar dari kamar Abian. Dan, tepat saat pintu kamar tertutup Abian yang saat itu masih menunjukkan raut datar tanpa ekspresi langsung menunjukkan wajah sampai telinga yang memerah.

Abian menggosok wajahnya dengan kasar, dia berulang kali merutuki kebodohannya sendiri. Rasanya ingin berteriak namun tidak bisa. Abian merasa geram karena ini. “Sialan Abian … seharusnya aku mengenakan jubah mandi tadi!”

“Argh!”

***

Mungkin, karena siang itu yang cukup terik akibat sinar matahari, membuat suasana hati seorang pria yang tengah berada di ruang kerjanya juga mengalami suasana hati yang tidak cukup bagus. 

Bawaan hatinya selalu saja dipenuhi panas oleh amarah. Apalagi, saat melihat hasil kerja bawahannya yang selalu tidak memuaskan.

“Pekerjaan seperti ini kau berani memberikannya kepadaku!”

Pemuda berusia pertengahan 20-an itu tampak menunduk dalam, ini sudah ketiga kalinya, dan tampaknya atasannya itu selalu tidak puas dengan hasil kerjanya.

“Maaf, Pak. Akan segera saya kerjakan ulang,” katanya, masih menunjukkan keteguhan diri.

Namun pria yang menjadi atasannya itu malah berdecih, dia menatap remeh bawahannya itu. “Jika aku menemukan kualitas kerjamu masih sama seperti ini. Maka Madhava grup tidak lagi membutuhkan orang tidak berguna sepertimu!” 

Dia melemparkan lembaran kertas itu hingga berserakan, ini adalah kesempatan terakhir. Jika orang itu tidak bisa membuatnya puas dengan hasil kerja yang dia inginkan, maka jangan salahkan dirinya jika bertindak kejam.

“Baik, Pak. Saya akan berusaha lebih keras. Kali ini tidak akan mengecewakan Anda.” Pria itu membungkuk setelah memunguti lembaran kertas itu. Dalam hatinya masih begitu bersyukur karena diberikan kesempatan terakhir.

“Keluar!” titahnya dengan nada suara yang lebih rendah, namun itu berhasil membuat pemuda yang terjebak dalam rasa takut itu menghela napas lega setelah kakinya berhasil keluar dari ruangan bosnya yang terkenal begitu kejam itu.

“Beruntung Pak Kaivan masih memberiku kesempatan.”

Namun baru saja Kaivan menekan punggung ke kepala kursi guna menenangkan emosinya yang hampir meledak. Suara ketukan pintu kembali terdengar membuat bibirnya berdecak. “Masuk!”

Seorang pria lain berpakaian formal dengan rentang usia yang tidak terlalu jauh berbeda dengannya berjalan mendekat dengan raut wajah datar.

“Ini laporan mengenai orang yang Anda minta, Pak.” Pria itu menaruh map coklat di atas meja kerja Kaivan.

Kaivan bergerak cepat. Tangannya sudah membuka map itu tidak sabar ingin melihat apa yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian saat matanya dengan liar mengamati setiap huruf yang menjadi kalimat demi kalimat menciptakan beragam informasi, dia semakin terkekeh saat menemukan sebuah rahasia di sana.

Kaivan tertawa hingga suara tawanya terasa menggema dengan menyeramkan di penjuru ruangan. Dia lempar berkas informasi itu di atas meja kerja, kembali menyandarkan punggungnya di sandapan kursi.

“Bagus! Aku akan memberikanmu bonus nanti. Cari tahu semua tentangnya, di mana dia berada, apa yang selalu dia lakukan. Cari tahu semuanya, aku ingin tahu segala hal tentangnya,” ucap Kaivan memberi perintah.

Sementara itu pria yang adalah asisten pribadinya itu sedikit membungkuk, dia menyentuh kacamatanya dengan cara yang elegan. Lantas menatap Kaivan dengan penuh tekad. “Akan Saya lakukan, Pak.” Dia kembali membungkuk untuk yang terakhir sebelum keluar dari ruangan Kaivan dengan langkah tenang.

Kaivan menatap langit-langit, bibirnya mengulas seringai tipis. “Ah, bagaimana dunia bisa menjadi begitu kecil? Ternyata kamu memang ditakdirkan terhubung denganku, Agnia.” Saat itu dia sedang menatap sebuah poto seorang gadis kecil yang tampak tertawa bahagia.

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!