NovelToon NovelToon
Become The Duke'S Adopted Daughter

Become The Duke'S Adopted Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:74.7k
Nilai: 5
Nama Author: Atiiqah Alysia Hudzaifah

Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.

Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.

Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana

Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?

Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?

Semua keanehan ini..

Tidak masuk akal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 | Berbaikan?

Beberapa minggu telah berlalu, semua berjalan lancar dari minggu-minggu sebelumnya. Pelayan-pelayan baru yang dipekerjakan Duke disini memperlakukan-nya dengan hormat, tidak seperti kemarin. Bahkan beberapa dari mereka ada yang cukup akrab dengannya.

Meylin juga selalu melakukan tugasnya dengan baik. Lidya puas dengan semua hasil kerjanya.

Suurrrr

"Silahkan nona."

Lidya menerima cangkir yang disodorkan oleh Meylin.

Slurp

Dia menaruh cangkir tersebut ke meja didepannya lalu mengelap mulutnya dengan sapu tangan.

"Seperti biasa, teh buatanmu selalu enak." Pujinya sambil melempar senyum.

Mey yang mendengarnya semakin melebarkan senyumnya "terima kasih nona, tapi pujian anda terlalu berlebihan. Teh buatan saya rasanya sama seperti teh lainnya, tidak ada yang membedakan."

Lidya terkekeh "ya, ya, tentu sama. Hanya saja cara pembuatan dan orang yang membuatnya 'lah yang berbeda."

"Bukan begitu, Meylin? Itu yang selalu kau katakan padaku." Goda Lidya.

"Eh?" Mey tersentak lalu menggaruk gatal pipinya. "Ya.. nona benar." Cicitnya pelan.

Lidya mendengus "dasar anak ini." Gerutunya lalu bersandar sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Ia menarik nafas dalam sambil memejamkan mata. Memang, minum teh ditaman ini sangat menyenangkan. Tempatnya yang tenang, tamannya yang indah, udara segar tanpa polusi dan wangi bunga yang menyeruak masuk disetiap tarikan nafas. Sungguh, definisi nikmat dunia yang sesungguhnya.

Hening beberapa saat.

Walau sedikit ragu, Meylin tetap bertanya "Nona, maaf menganggu anda. Tapi saya ingin bertanya, apa yang ingin anda lakukan hari ini?" Tanyanya yang membuat Lidya membuka kelopak matanya perlahan.

Lidya lalu berfikir "hmm kegiatan hari ini ya.." ia kembali menegakkan tubuhnya saat mengingat sesuatu.

"Mey, tanggal berapa ini?"

"10 Aproil, nona."

Tunggu, 10 Aproil? Lidya menimang-nimang apa yang dilupakannya.

.

.

Flashback_

"Ada urusan apa ayah memanggilku?"

Duke yang mendengar suara ketus putrinya mengerut, dia lalu berhenti menulis dan memusatkan pandangan pada Lidya disana.

Meskipun nadanya cukup mengganggu, Duke mencoba untuk tetap tenang. Dia akan meluluhkan hati putrinya secara perlahan. Biarkan dia membayar semua kesalahannya selama ini terhadap putrinya. Jadi untuk sekarang, Alverd akan memaklumi segala tingkah kurangajar Lidya padanya.

"Kau sudah datang rupanya, duduklah."

Lidya duduk di sofa yang disediakan disini. Begitupula Alverd yang ikut bangkit, berjalan kearahnya lalu duduk disofa berhadapan dengan Lidya. Jadi posisi mereka saat ini saling berhadapan dengan dipisahkan sebuah meja yang mana sudah tersedia teh dan berbagai camilan disana.

"Apa kau sudah makan siang?" Tanya duke basa-basi.

Lidya mengangkat sebelah alisnya "sebelum kamari aku sudah menyempatkan diriku untuk makan, Mey yang membawanya ke kamar." Ujar Lidya menjelaskan.

Duke mengangguk tanda mengerti "baiklah kalau begitu."

H e n i n g ~

Lidya yang memang tidak ada urusan disini tentu kesal karena diamnya pria yang merupakan ayahnya didunia ini, padahal pria ini yang memanggilnya. Sedangkan Alverd sendiri bingung ingin berbicara mulai dari mana.

Tidak nyaman dengan suasana canggung ini, Alverd lalu terbatuk sekali untuk mencairkan suasana.

"Maaf"

Satu kata darinya berhasil membuat Lidya kesal bukan kepalang.

"Soal apa?" Ketus Lidya bahkan tidak menyembunyikan rasa kesalnya.

Mendengar nada ketus putrinya semakin membuat Alverd sedikit gugup namun berhasil ditutupi oleh raut datarnya. Maaf saja, biasanya Hendrick lah yang akan membantu nya menghadapi situasi seperti ini. Apa yang diharapkan dari pria kaku yang tidak ada pengalaman dengan anak kecil.

Lidya dibuat semakin kesal dengan keterdiaman pria didepannya. Jika bukan karena ia butuh uangnya, sudah pasti Lidya akan memilih pergi dari sini. Buat apa bertahan dengan seseorang yang mengabaikannya, padahal dia adalah ayah angkatnya dan merupakan tanggung jawab seorang ayah untuk menjaga dan membahagiakan putrinya.

Buat apa mengangkat seorang anak kalau pada akhirnya diabaikan.

Mengangkat seorang anak memiliki tanggung jawab yang besar untuk membahagiakan-nya. Tapi, pria bodoh didepannya tidak melakukan itu pada Gricella. Dan Gricella yang bodoh juga malah ngemis perhatian pada pria didepannya.

Lidya berdecak dalam hati

Jika Gricella itu dia, dari pada ngemis perhatian pada pria yang bukan keluarganya, lebih baik dia memanfaatkan kekayaannya. Buatlah banyak bisnis, jadilah kaya, beli rumah dan bahagia. Simple, tapi tidak terpikirkan.

Ayolah.. Apa yang diharapkan dari bocah 13 tahun kurang kasih sayang seperti Gricella. Daripada memikirkan masa depan, dia malah mengharapkan kasih sayang.

Sungguh bodoh bagi Lidya yang sejak 6 tahun sudah mandiri.

Lidya menghela nafasnya kasar karena waktunya yang terbuang. Baiklah, mumpung dia dipanggil kesini dan Lidya juga membutuhkan sesuatu dari pria didepannya, jadi biar ia saja yang mulai duluan.

"Ayah/ Gricella" Panggil keduanya

Mereka terdiam. Alverd tanpa sadar menipiskan bibirnya. Gricella mengutuknya dalam hati 'kenapa tidak dari tadi, sialan!!'

"Kalau begitu ayah saja duluan."

Duke menghela nafas pelan "Gricella.. Ak-- ayah tau selama ini ayah salah. Ayah juga menyadari semua kebodohan ayah selama ini."

Diam-diam Lidya mengangkat sebelah alisnya 'he? Ganti panggilan nih? Agak geli sih.. Tapi yasudah, biarkan saja.' Lidya kembali mendengarkan

"Kebodohan ayah yang percaya begitu saja pada pekerja disini, dan kelalaian Hendrick dalam bertugas-"

'Kau juga salah pria bodoh!' batinnya

"--Dan kebodohan dan penyesalan ayah karena percaya begitu saja tanpa adanya penyelidikan lebih lanjut. Benar-benar tidak bisa dimaafkan."

'Itu kau tau'

Alverd meraup wajahnya kasar "seharusnya tidak begini.. " Gumamnya yang masih bisa didengar Lidya.

'Nyesel kau, deck?!' ledek Lidya dalam hati.

Alverd membuang nafasnya berat lalu tertawa kecil dengan raut sedih. Terlihat sangat menyesal sih dimatanya.

'Jadi gila kah?'

"Putriku sendiri tersiksa dikediaman-nya. Disiksa dan tidak diberi makan dikediaman ini tanpa aku ketahui."

Alverd terkekeh sinis "benar-benar bodoh!"

'Memang!' seru Lidya dalam hati.

Kebodohanmu itu membuat Gricella mati. Kau itu pria bodoh yang sangat, sangat, sangat bodoh!! Bagaimana mengatakannya. Bodoh yang bahkan lebih bodoh dari kata bodoh. Apa namanya?'

Ah, totol!

'Ya, pria ini memang bodoh yang merangkap ke tolol! Kenapa dia bisa jadi Duke sih!? Ginikah contoh orang yang dapet jabatan jalur nepotisme?' Lidya mendengus sekali lagi. Sayangnya semua umpatannya hanya bisa dilontarkan dalam hatinya.

Meski begitu, tidak perlu dikatakan 'pun Alverd sudah menyadarinya. Dia bodoh! Sangat bodoh! Jika dia tau kata tolol pasti dia akan menggunakan kata tolol sebagai umpatannya pada diri sendiri.

Baru kali ini dia merasa sangat tidak berguna. Semua kepintarannya dan pencapaiannya selama ini kemana? Jika masalah sepele dikediaman-nya saja dia tidak tau.

Kali ini Alverd benar-benar malu pada dirinya sendiri terutama putri didepannya.

Dia yang memberi harapan dulu, dan ia juga yang menghancurkan nya.

Alverd menyesal dan ingin memperbaiki semuanya.

"Mulai sekarang kita keluarga. Paman adalah keluarga Cella mulai sekarang. Jadi panggil paman, papa."

"Papa!!"

Alverd menutup mata mengingat semuanya.

'Benar-benar bodoh!' umpat nya pada diri sendiri. Alverd lalu membuka matanya dan menatap Lidya dengan kasih sayang. Lidya yang melihatnya pun hanya terdiam menunggu ucapan pria ini selanjutnya.

"Gricella.. Ayah.. " Alverd Seolah sulit melanjutkan ucapannya. Lidya sendiri masih menunggu dengan sabar pria didepannya. "Ayah ingin memperbaiki semuanya. Apakah bisa?"

Lidya memiringkan kepalanya "seperti?"

"Seperti ayah dan anak pada umumnya. Berkumpul bersama, menikmati waktu bersama, bercerita. Intinya ayah ingin membayar beberapa tahun yang terbuang karena kebodohan ayah selama ini." Alverd berhenti sejenak, membuang nafas berat lalu melanjutkan.

"Kau boleh meminta apapun pada ayah. Akan ayah kabulkan semuanya, dari yang sulit sampai tidak mungkin 'pun semua akan ayah kabulkan.

Kesalahan ayah selama ini pasti tidak termaafkan, namun bisakah ayah meminta satu kesempatan lagi pada putri kecil ayah? Tidak masalah jika kamu belum bisa memaafkan ayah sekarang, tidak masalah jika kedepannya kamu membenci ayah. Satu permintaan ayah, izinkan ayah memperbaiki semuanya."

"Pasti tidak mungkin untukmu kembali bersikap seperti semula. Ayah tau perubahanmu akhir-akhir ini dan alasanmu berubah. Jujur, ayah sedih, namun ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Sangat egois bagi ayah jika meminta mu kembali bersikap seperti sebelumnya, bersikap seperti awal kita bertemu saat kamu masih berusia 6 tahun. Ayah hanya bisa memaklumi segala perubahanmu saat ini yang disebabkan oleh ayah. Ayah hanya berharap, kamu tidak akan menghindari ayah, Gricella. Ayah sungguh menyesal... "

Lidya terdiam mendengar ucapan pria didepannya. Bagaimana ya.. Dia bukanlah Gricella yang asli. Dia tidak benar-benar merasakan perasaan Gricella selama ini. Hanya sepenggal ingatan yang tidak lengkap dan sedikit reaksi dari tubuh inilah bekalnya selama ini.

Dan reaksi tubuh ini sekarang.. Diluar kendalinya.

Dia menangis...

Ya, benar.

Lidya,, lebih tepatnya tubuh Gricella menangis. Matanya tanpa bisa dicegah mengeluarkan air mata. Lidya menghapus, mencoba menghentikan nya namun tidak berhasil. Beginilah reaksi tubuh ini mendengar pernyataan sekaligus permintaan tulus pria didepannya.

Lidya menyadari, Gricella benar-benar menyayangi pria ini dengan sepenuh hati.

Diam-diam Lidya mendesah karena merasa bersalah menjelekkan Gricella tadi, yang dengan tulus menyayangi duke Velvord ini dengan caranya sendiri. Mungkin Gricella asli tidak salah, meski Lidya tidak tau asal muasal Gricella sebenarnya karena tidak ada ingatan soal itu, namun Lidya tau pasti, perasaan Gricella yang dulunya tidak memiliki siapa-siapa lalu tiba-tiba mempunyai keluarga. Pasti Gricella berharap bisa disayang seperti anak pada umumnya, dan cara Gricella 'pun tidak salah sebenarnya.

Dia hanya berusaha menjadi sempurna walau akhirnya tetap ada kekurangan. Dan semua orang 'pun memakinya hanya karena kekurangan tersebut dan kelebihan yang dimilikinya seolah tenggelam tak pernah ada.

Gricella digunjing sana sini dan duke 'pun membiarkan 'nya. Entah apa alasannya.

Karena ucapan negatif dari semua orang membuat Gricella tidak percaya diri akan kemampuannya dan selalu menunduk dimanapun ia berada. Semakin semangat 'lah orang-orang mengejeknya.

Dan duke 'pun sekali lagi membiarkan itu

Kesalahan duke dari awal adalah itu. Tidak memberikan ketegasan kepada semua orang yang menghina Gricella hingga orang-orang menganggap Gricella sebagai putri angkat yang tak dianggap. Dan dari situlah keberanian para pelayan untuk menyiksanya dimulai.

Penyiksaan itu ditutupi oleh semua orang. Entah karena mereka yang terlalu cerdik, hendrick yang bodoh, atau karena pria didepannya saat ini yang tak peduli.

Semua orang salah

Tapi balik lagi ke awal. Itu semua tidak akan terjadi jika sedari awal duke memberikan ketegasan sikap pada semua orang.

Yang Lidya heran adalah.. Buat apa Alverd mengangkat anak kalau ujung-ujungnya gak niat merawat.

Iyakan?

Sialnya tidak ada ingatan dari Gricella yang menjelaskan pertemuannya pada duke hingga pengangkatan 'nya sebagai anak. Ingatannya hanya sebuah potongan yang tidak jelas urutannya. Seperti puzzle yang harus Lidya lengkapi dan tidak tau siapa saja orang yang barkaitan dengan ingatan ini.

Semua wajah seolah buram kecuali yang sudah benar-benar ditemui oleh Lidya.

Dan balik lagi pada permintaan duke

Pria ini memang bersalah dan dialah alasan penderitaan Gricella selama ini, namun jika dipikir... tidak ada salahnya memberikan pria ini kesempatan, bukan?

Selain karena Lidya yang membutuhkannya, memanfaatkan 'nya juga dapat memberikan banyak manfaat untuknya.

Lidya memejamkan matanya lalu menghela nafas menahan perasaan Gricella yang menggebu.

Lidya lalu mencoba menatap Alverd tenang setelah ia menahan air matanya untuk berhenti keluar.

"Ayah.. Ayah tau bukan bagaimana perasaanku saat ini? Rasa sakit ketika sebuah harapan datang dari seseorang namun orang itulah yang menghancurkan harapan yang dibuatnya. Setelah dipikir, semua penderitaan ini bermula dari orang itu, dari ayah. Sebenarnya, kalau bisa, Gricella sangat ingin membenci ayah."

Deg

Nyitttt

Lidya memejamkan matanya merasakan nyeri di dadanya.

'Perasaan sialan! Gricella, kau bahkan tidak tega berkata kasar pada orang itu? Kau benar-benar..... ' Gricella mendesah kasar menahan umpatannya.

Duke tidak menatapnya. Tangannya terlihat gemetar dangan tatapan lemahnya. Lidya tersenyum kecil melihatnya 'setidaknya, pria yang sangat kau sayangi sekaligus orang yang kau anggap ayah ini juga sangat menyayangimu. Terlihat dari tatapannya dan ucapannya padaku. Meski aku masih tidak mengerti alasan sikapnya selama ini, namun yang pasti. Orang ini pasti memiliki alasannya sendiri karena bertingkah bodoh dari dulu.'

Lidya memejamkan matanya 'benar... Tidak ada alasan untukku tidak Memaafkan'nya. Lagipula tidak ada yang bisa kulakukan dengan tubuh yang masih memiliki perasaan ini. Jika ini aku ditubuh asli ku, mungkin aku akan langsung membunuhnya saat ini juga, atau mungkin mencuri koin miliknya lalu kabur dari sini. Anggap saja ini sebagai rasa terimakasih ku padamu Gricella karena sudah memberikan ku kesempatan untuk hidup lagi ditubuhmu.'

Sesaat Lidya mengangkat kedua bahunya 'Walau aku tidak membutuhkannya' tambah Lidya jujur.

Semoga Gricella tidak marah dengan sikap tidak tau dirinya ini

"Tapi aku tetap tidak bisa melakukan itu."

Alverd kembali menatap Lidya dengan tatapan bingung.

Lidya tersenyum kecil seraya melanjutkan "karena aku terlalu menyayangi ayah." Ucapnya berdusta yang mana berhasil membuat Alverd tertegun mendengarnya. Dia menatap Lidya tak percaya "ka--kau... "

"Aku mungkin tidak bisa membenci ayah tapi bukan berarti aku memaafkan ayah. Ayah memang tidak pernah menyakiti ku secara langsung, namun tetap saja karena ayah 'lah aku menghadapi ini semua. Jujur, Gricella kecewa, sangat kecewa. Janji ayah dulu apakah semua itu hanya omong kosong belaka?"

Eh? Janji? Apa yang sebenarnya ku ucapkan? Janji apa astaga.. Aku bahkan tidak tau apa-apa.

Namun Lidya cukup terkejut melihat raut duke yang semakin keruh. Apa dia mengucapkan hal yang benar?

Jujur saja, Lidya sama sekali tidak berniat mengatakan itu, tapi entah dorongan dari mana, mulut dan lidahnya seolah tidak sejalan dengan otaknya. Apakah ini lagi-lagi karena tubuhnya? Mungkin secara tidak langsung itu semua adalah hal yang dipendam dan ingin dikeluarkan Gricella selama ini, kebetulan, Lidya lah perantaranya.

Jujur, menyebalkan merasakan tubuhnya beberapa kali tidak singkron dengan otaknya. Terlebih rasa sesak ini. Benar-benar mengganggu.

"Maaf.. " Lirih duke

Mendengar sudara lirih itu, Lidya tidak membalas. Dia terdiam sejenak. Setelah melewati beberapa pertimbangan, Lidya mencoba untuk bertanya hal yang selama ini membuatnya penasaran "Maaf ayah.. Aku ingin bertanya. Sebenarnya ayah menyayangi Gricella atau tidak?"

Duke memejamkan matanya sejenak "tentu saja, karena itulah aku membawamu kemari."

Lidya mengepalkan tangannya menahan dadanya yang terasa semakin sesak "kalau begitu, kenapa anda mengabaikan Gricella selama ini? Jika anda menyayangi Gricella kenapa anda mengabaikannya, terlihat tidak peduli padanya seolah anda tidak menginginkan kehadiran Gricella disisi anda!! Apakah memang seperti itu cara anda mengungkapkan kasih sayang kepada putri anda?!"

Tanpa sadar Lidya berbicara seperti itu seolah Gricella bukanlah dirinya. Padahal, saat ini ia berada di tubuh Gricella. Untung saja Duke tidak menyadari kejanggalan itu karena suasana hatinya saat ini.

"Bisakah anda memberikan penjelasan yang bisa Gricella terima?" tanya Lidya sedang tatapan tajamnya

Alverd menghela nafas panjang, terasa berat sekali. Teringat sebuah perjanjian yang lebih ke syarat bodoh dari seseorang padanya. Persyaratan yang dengan bodohnya dia Terima dulu dan karena hal itulah hubungannya dengan sang putri memburuk.

Alverd membuka matanya dan menatap Gricella penuh penyesalan. "Ayah memiliki alasan tersendiri yang tidak bisa ayah beritahu padamu. Namun yang pasti, itu semua demi kebaikanmu dahulu."

Lidya menatap pria yang saat ini menjadi ayahnya dengan tegas "apakah karena alasan itulah yang membuat sikap anda selama ini kepada Gricella buruk?"

Alverd memejamkan matanya sejenak "benar.." ucapnya, lalu dia kembali melanjutkan ".... Tidak, lebih tepatnya karena alasan itulah ayah berpikir dirimu kuat dan memang itulah yang kamu butuhkan saat itu."

Lidya memasang raut tidak mengerti.

Alverd lagi-lagi mendesah "ayah pikir, kamu sama seperti mereka, sama seperti putri bangsawan lain yang senang menghamburkan uang. Ayah pikir dengan memberimu kebebasan berbelanja dapat membuatmu senang. Ayah mengira kamu tidak begitu peduli dengan ucapan para bangsawan dengan gosip-gosip yang selama ini terdengar. Karena itu ayah membiarkannya."

Dahi Lidya mengkerut "apakah ayah sama sekali tidak berniat untuk membungkam mulut mereka?"

"Bukankah dulu sudah pernah ayah lakukan? Namun saat itu reaksimu terlihat tidak senang setelah ayah melakukan itu. Karena itu, selanjutnya ayah pikir kamu hanya ingin menunjukan bahwa kamu kuat tanpa bantuan ayah dan sejak saat itulah ayah berhenti membungkam mulut mereka."

Lidya tidak bisa berkata-kata. Tidak ada sama sekali ingatan tentang itu. Tapi tidak mungkin pria di hadapan nya ini berbohong. Wajah dan ucapannya benar benar tulus dan tidak ada kebohongan. Apakah ini hanya sebuah kesalahpahaman diantara mereka?

"Lalu para pelayan?"

"Itulah kebodohan ayah yang tidak mengetahui penderitaan mu. Ayah sama sekali tidak tau tentang penyiksaan mereka selama ini. Ayah hanya berpikir mereka hanya dalam batas menggosip saja dan tidak sampai bermain fisik. Namun rupanya ayah salah, ayah lalai dalam menjagamu. Dan itulah penyesalan terbesar ayah saat ini." Ungkapnya menyesal.

Gricella diam, namun tidak dengan isi kepalanya yang berkecamuk. Dia lalu menghela nafas panjang "apa ayah tidak bisa memberitahu ku alasan ayah melakukan itu?"

"Maaf" Ucap Alverd dengan wajah yang terlihat sangat menyesal

Sekali lagi Lidya membuang nafasnya 'yasudahlah'

'Apapun alasannya, yang pasti duke saat ini sangat menyesal. Entah perjanjian soal apa tapi yang pasti, dia dimasa depan sangat kubutuhkan. Biarkan waktu yang memberitahu 'nya nanti, karena aku bisa mencaritahu kebenarannya suatu saat nanti.'

'Sekarang.. Mari kita selesaikan urusan disini.'

"Baiklah ayah... Tidak ada salahnya memberi ayah kesempatan, bukan?" Seketika Lidya melihat kebahagiaan yang terpancar dari mata duke.

"Kamu memaafkanku?" tanya Alverd tidak percaya

"Akan kucoba, biarkan waktu yang melakukannya. Sekarang dan kedepannya mari buat banyak kenangan dan nikmati kebersamaan kita, ayah." Ucap Lidya disertai senyumam manis untuk ayahnya mulai saat ini. Duke tersenyum dengan tatapannya yang sangat lembut.

Astagaa... Lidya dibuat meleleh melihatnya.

"Tentu, putriku. Terimakasih telah memberikan ayah kesempatan. Ayah tidak akan menyiakan waktu berharga kita, kedepannya."

Lidya semakin tersenyum 'memang seharusnya itu yang kau lakukan sejak dulu! Tapi yasudah lah.. Mari kita lihat seberapa besar effort nya untukku.'

Mereka akhirnya berbincang-bincang layaknya ayah anak pada umumnya. Meskipun kecanggungan sering terjadi, namun hal itu berhasil diatasi entah dari Lidya atau Duke sendiri lewat obrolan mereka yang tak terduga.

"Jadi putriku, apa kamu menginginkan sesuatu?"

Lidya terdiam. Benar juga, salah satu alasan ia kemari karena hal ini. Astaga, karena obrolan panjang mereka Lidya sampai melupakan tujuannya kemari. Terkutuk lah kau...

"Benar.. Maksudku, dari awal selain panggilanmu, ayah, salah satu tujuan ku kemari karena itu. Aku membutuhkan sesuatu darimu."

Duke menatapnya serius "apa itu?"

Lidya menggaruk hidungnya yang tiba-tiba gatal.

"Mungkin ini sedikit sulit dikabulkan karena situasi saat ini." ujar Lidya ragu

"Apapun yang kamu inginkan, ayah pasti akan mengabulkannya. Jadi, katakan saja." ucap Alverd dengan tatapannya yang semakin serius. Kira-kira sesulit apa permintaan putrinya hingga dia berkata seperti itu. mungkin begitulah isi pikiran Alverd saat ini.

'Baiklah, awas jika kau menolaknya. Kukutuk kau jadi batu!' ucap Lidya dalam hati

"Aku.....

... Aku menginginkan seorang guru!"

H e n I n g ~

"Hanya itu?"

Lidya mengangguk "apa sulit?"

Duke menipiskan bibirnya menahan senyum geli "tidak sama sekali."

Lidya terlihat ragu "Bukankah saat ini sangat sulit mempekerjakan seseorang untuk menjadi guru ku? Maksudku.. "

"Ya.. Ayah mengerti dengan pikiranmu. Tapi, apa kamu lupa siapa ayahmu ini?" tanya Duke dengan sebelah alis terangkat

Lidya mengangkat kedua alisnya tak mengerti 'dia memang seorang Duke sih.. '

Melihat tatapan tidak percaya putrinya, Alverd akhirnya tertawa kecil. Dia menepuk kepala Lidya pelan lalu bangkit.

"Intinya, kamu hanya perlu menunggu. Biar ayah yang mencarinya. Atau... " Duke berhenti lalu menatap Lidya "apa ada seseorang yang kamu inginkan untuk membimbing mu?"

Senyum indah terbit dibibirnya 'he.. Peka juga pria ini.'

"Ya, aku ingin... "

.

.

.

"Jadi kamu menginginkan wanita itu sebagai gurumu?"

Lidya yang tersenyum lantas mengangguk

"Baiklah. Aku akan langsung memanggilmu nanti." putus duke

"Dia akan setuju?" tanya Lidya tidak percaya

"Dia takkan bisa menolak." Seringai kecil terbit dibibir Alverd dan Lidya menyadari itu.

"Apa kamu menginginkan hal lain?"

Lidya menggeleng lalu ikut bangkit "tidak, saat ini aku hanya terpikir itu. Oh iya, ayah, aku akan langsung kembali."

"Ya, silahkan. Pergilah kekamar mu dan istirahatlah." Duke mendekat dan lagi-lagi dia menepuk kepalanya "Aku akan memanggilmu lagi nanti."

Lidya hanya balas mengangguk lalu memutuskan langsung keluar.

.

.

.

.

Flashback off

Begitulah kira-kira pembicaraan mereka hari itu. Dan beberapa hari setelah itu, tepatnya minggu lalu, Duke benar-benar memanggilnya. Dia mengatakan orang yang kuminta akan datang seminggu lagi, tepatnya tanggal 14 Aproil.

Bukankah seharusnya kita mempersiapkan diri sekarang?

Ia ingat, guru yang dipilihnya saat itu merupakan pilihan Meylin. Anak ini berkata, guru ini akan sangat membantuku dimasa depan. Namun sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaannya dan itulah tantangannya saat ini.

Meylin sudah menjelaskan semuanya tentang guru itu. Apa yang disukainya, apa yang tidak disukainya, dan yang paling penting, Apa kegunaannya.

Lidya tersenyum miring memikirkan itu. Ia lalu bangkit setelah memutuskan sesuatu.

"Mey."

"Iya, nona."

"Ikut aku, kita akan pergi keluar kediaman." Ucap Lidya sambil berjalan, Mey mengikutinya dengan sedikit tergesa-gesa.

Mey yang sedikit bingung lantas menggaruk pipinya "Pergi keluar? Kemana nona?" Tanyanya.

Lidya menyeringai

"G'ladies Shop."

.

.

.

To be Continued_

1
Saulia Aulia
ck ck kesian kesian/Facepalm/
Saulia Aulia
Ahahaha
Saulia Aulia
🤣🤣🤣🤣
Ririn Santi
pict: "tidak terimakasih"
hahaha....apa apaan muka seperti itu, dapat dimana Thor?/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ririn Santi
ya ampun spiritnya di tendang macam bola kaki hahahaha....
Wulansari Fiona Serhalawan
ya ampun thor,lama banget upnya,aku tungguin smpe mau jamuran loh thor😩! aku smpe hampir amnesia krna author kelamaan up. double up donk thor atau klu nggk tenble up deh sklian thor,bener nggk sih nulisnya🤔🤣! dalam hati author "nih pembaca gue 1 ini maruk bener ya,udh protesnya bejibun malah minta up tenble lagi. kaga tau apa gue mikir jln critanya ampe nggk tidur sma mkn yg bener" bener nggk sih thor,maaf klu salah🤣🤣🤣
Lylysifah
cepet sembuh thor yaa.. cerita mu akan selalu kutunggu
sansan
semoga cepat sehat ya thorr... bisa update lagi... ak mau otw baca.. Nemu novel ini langsung baca info penting dulu... 🤭🤭 takutnya Hiatus apa gimana gt...
Ita Xiaomi
Maaf kk klo bs jgn gunakan kata ini. Kasar banget.
akyyaa_
Biasa
Viona Syafazea
bener banget.. 🤣🤣🤣
Nadine Wulans
ku tunggu up nya kak yg panyang biar puasss lanjutt🌹
Dewi Ansyari
Season 2 jadi penasaran deh 🤔
Dewi Ansyari
AQuarium di bilang laut dalam kotak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣Lucu banget Leo namanya
Dewi Ansyari
Wah luar biasa rancangan baju-bajunya benar bagus dan cantik
Dewi Ansyari
Wow nama Ella sudah di sebut hebat .semuanya pasti terkejut hingga ingin muntah darah🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Ansyari
siapa sebenarnya laki2 berambut perak itu jadi penasaran deh 🤔
Dearest
semoga lekas sembuh ya othor yang imut²...
gak sabar baca ceritanya lagi.

tapi tolong banget nih untuk konfliknya gak usah terlalu banyak n ribet karna aq bakal skip kalo udah terlalu kompleks konfliknya.

get well soon ya bebep
Chauli Maulidiah
isabela itu sp thor? koq aku lupa ya..

btw, cepet sembuh ya thor. biar bs liat aksi si lidya lagi..
Dewi Ansyari
Gracella di lawan 🤣🤣🤣🤣 dasar Isabella bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!