penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca ...
Yuk kita ramaikan ...
Up setiap hari...
Sebelum lanjut baca jangan lupa follow , like, subscribe, komen , gift dan vote....
Apapun yang terjadi tetaplah bahagia jangan lupa tersenyum...
Selamat membaca....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teteh Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah beberapa saat pesawat yang mereka tumpangi mendarat, mereka Langsung melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah.
Di perjalanan Syifa begitu bersemangat, sabar ingin berjumpa dengan kedua orang tuanya. Syifa sengaja tidak mengabari kalau mau datang dia ingin memberi kejutan kepada orang tuanya agar mereka senang.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka pun sampai , Syifa langsung turun dari mobil dan berjalan cepat masuk ke dalam rumah , sementara Haris dia masih mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa , yang tadinya mereka hanya membawa dua koper saja koma kini setelah pulang barang-barangnya bertambah dua kali lipat .
" Assalamualaikum , umi."
Syifa mengucapkan salam dan langsung masuk ke dalam rumah , dan tidak menemukan umi dan melihat umi dan juga dibuka ya habis , rumah itu terlihat kosong.
"Kenapa gak ada orang sih pada ke mana? Umi Abi."
Syifa berjalan ke arah pintu belakang, dan ternyata kedua orang tuanya berada di halaman belakang rumah.
"Assalamualaikum."
Syifa menghampiri orang tuanya di halaman belakang.
"Waalaikumsalam."
"Loh Syifa kenapa kamu eh Kapan kamu datang ? "
Syifa berhasil mengejutkan kedua orang tuanya. dia langsung menyalami Umi dan memeluknya erat.
"Umi aku kangen banget sama Umi ."
"Iya sayang, Umi juga kangen sama kamu."
Syifa melepas pelukan umi dan menyalami Abi , dia juga memeluk Abi untuk melepas kangen .
"Kamu dengan siapa ke sini sayang, mana suami kamu?"
Abi tidak melihat sosok Haris sehingga dia bertanya pada putrinya.
"Ada Bi masih di depan."
Syifa beserta orang tuanya kini berjalan masuk ke dalam rumah. Dan betapa terkejutnya Umi saat melihat barang bawaannya mereka yang begitu banyak sekali.
"Syifa Kalian mau ke mana bawa barang sebanyak itu? kalian baik-baik saja kan? atau lagi berantem terus kamu minta diantarkan pulang ke sini?"
"Aduh Umi apa-apaan sih banyak banget pertanyaannya satu-satu dulu gitu lah nanyanya jangan banyak-banyak banget."
Haris kemudian menyalami Abi dan Umi Syifa. Dia juga menanyakan kabar mereka.
"Maaf abi umi kami datang nggak kasih kabar, terlebih dahulu karena Syifa meminta agar tidak memberi tahu. Dan untuk barang-barang itu sebenarnya kami baru pulang liburan dari pulau Dewata."
"Alhamdulillah ... Syukurlah kalau begitu ... Umi pikir kalian terjadi sesuatu."
Umi mengusap dadanya merasa lega setelah mendengar kata-kata Haris.
"Umi lain kali biarin mereka yang menjelaskan terlebih dahulu jangan panikan seperti itu dulu." Ucap Abi
"Iya Bi Umi terlanjur kaget tadi."
Setelah mengobrol-ngobrol dan memberikan oleh-oleh pada ayah pada Abi dan Uminya Haris pamit ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan bersiap berangkat ke masjid karena sudah hampir masuk waktu salat magrib. Begitupun dengan Abinya. Dia juga bersiap untuk berangkat ke masjid bersama dengan Haris.
"Sayang saya ke masjid dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam , hati-hati Mas."
Haris hanya menjawab dengan senyuman lalu pergi.
Syifa berjalan ke dapur untuk mengambil cemilan , dia membuka kulkas tersenyum girang saat melihat asinan buah. Dia langsung mengambilnya dan menaruhnya dalam mangkok lalu memakannya dengan lahap.
"Loh kamu di sini sayang . Umi pikir kamu lagi salat di kamar."
"Gak Umi aku lagi cuti."
Jawab nya santai sambil terus makan asinan tersebut.
"Ola masih cuti . Umi pikir bulan ini ada dapat bulan positif."
"Hasil apa yang positif Umi? "
"Ya hasil dari pernikahan kamu sama Haris lah apalagi."
Syifa tersedak mendengar perkataan Umi.
"Umi apaan sih."
Seketika pipinya berubah menjadi merah merona akibat malu dengan perkataan Umi syukur saja Umi nggak lagi merhatiin wajahnya karena Umi sedang sibuk mempersiapkan makan malam, kalau nggak pasti aku malu banget.
beberapa saat kemudian Haris dan Abi pulang telah sampai ke rumah .Umi langsung mengajak mereka untuk makan malam bersama. Sementara Syifa dia masih duduk di kursi meja makan sambil terus makan asinan itu
"Syifa kok udah makan duluan nggak menunggu nak Haris?" tanya Abi.
"ini aku cuma makan asinan belum makan nasi"
"Oh kirain udah makan duluan. Oh ya nak Haris kalian nginep di sini kan?"
"Iya Bi, kami nginap di sini malam ini."
Syifa sudah mengambilkan makanan untuk Haris dan langsung mempersilahkannya untuk makan.
"Makasih ya. Kamu nasinya mana kok gak makan?"
Haris heran karena tidak melihat Syifa mengambil makanannya, padahal kemarin bilangnya kangen sama mama seakan Uminya.
"Aku mau makan disuapin Umi. Umi boleh kan disuapin sama Umi."
"Apa kamu nggak malu sama suami kamu?"
Syifa melirik ke arah Haris kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Iya sudah kalau nggak malu sini aaaaa nyam nyam nyam sini Umi suapin."
Akhirnya Syifa makan disuapin sama Uminya . Dia buang rasa malunya yang penting bisa makan disuapin Uminya.
Sementara Haris dia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Syifa yang manja pada orang tuanya.
Paginya setelah selesai salat subuh rencananya Haris akan mengajak Syifa pulang ke rumah mereka , tapi dia tidak tega karena Syifa sangat ingin berada di rumah orang tuanya.
" Syifa sebenarnya pagi ini kita harus pulang ke rumah, karena nanti siang Insya Allah saya akan berangkat ke Cirebon untuk menemani mahasiswa yang menjadi wakil kampus untuk mengikuti kegiatan seminar. "
"Mas mau seminar ke Cirebon?"
"Iya, kemungkinan 3 hari , saya mau ajak kamu nemenin saya ke Cirebon , karena nggak mungkin saya ninggalin kamu sendiri di rumah."
"Tapi mas di sini kan ada kegiatan, terus aku ngapain pasti bosen nggak ada temen. Kalau ikut."
Sudah kebayang sih memang pasti bakalan suntuk gak ada temen bosen apalagi kegiatan seminar pasti Haris bakalan sibuk dengan pekerjaannya.
"Mas, kalau aku tinggal di sini aja boleh gak sih? ntar kalau Mas sudah selesai baru jemput aku pulang."
Haris berpikir sejenak, memang ada benarnya juga sih ide yang disampaikan oleh Syifa itu dia juga nggak bakalan khawatir kalau Syifa tinggal di rumah orang tuanya.
"Hem Iya deh kalau itu yang kamu mau saya turuti tapi jangan macam-macam ya selama jauh dari saya!"
"Mas ada-ada aja sih mana bisa aku macam-macam di sini yang ada malah kena ceramah duluan sama Abi ."
" Bagus dong kalau gitu. Jadi saya nggak perlu khawatir berlebihan."
Haris menganggukan kepalanya dia yakin kalau Syifa sangat aman berada di rumah orang tuanya.
" Mas Haris tuh awas kalau macam-macam di luar sana."
"Macam-macam apa sayang, saya ke sana karena kerjaan bukan jalan-jalan , mana sempat Saya mau macam-macam. Jadi kalau ada kesempatan mas Haris mau macam-macam gitu ya?"
"Astagfirullah , sayang saya janji gak akan macam-macam sungguh beneran deh ."
Syifa percaya kalau suaminya itu nggak akan macem-macem. Karena tujuannya untuk kerja bukan untuk hal yang lainnya. Karena sangat penting dalam rumah tangga untuk saling mempercayai pasangannya satu sama lain.