Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Semua Sudah Dengar
"Bos apa yang bos lakukan? kenapa mental bos menjadi mental tempe di depan dia. Apa bos tau dia itu hanya laki-laki tidak berguna, apa kalian tau, dia pernah datang ke rumah untuk mengemis belas kasian, untuk apa pria miskin seperti dia di hormati." ucap Joni yang kesal, karena tak habis pikir melihat ketuanya yang dia takuti malah berlutut di depan pria yang dianggapnya hina.
Eron sebagai ketua preman, tidak sembarangan tunduk kepada orang yang tidak di kenalnya, namun setelah Eron melihat cek yang diberikan Vin, Eron paham jika Vin bukanlah orang sembarangan, dan Eron pun paham tentang kabar yang beredar tentang laki-laki yang tidak boleh di sentuh oleh siapapun.
"Tutup mulutmu Joni, lebih baik cepat berlutut dan jangan menghinanya lagi, atau aku akan memotong kepalamu." gertak Eron.
"Ketua..." ucap anak buahnya serentak.
"Kalian semua cepat berlutut atau kalian tidak akan selamat." bentak Eron. Semua pun akhirnya berlutut tidak terkecuali dengan Joni. Dia pun dengan terpaksa mengikuti kemauan ketuanya walaupun ia masih tak tau alasannya kenapa sang ketua sangat takut pada lelaki lemah seperti Vin.
"Maafkan kami tuan, kami tidak akan meminta uang keamanan lagi di tempat ini." ucap Eron.
Semua tertegun, dan Vin hanya menaikan alisnya, mendengar ucapan Eron yang sangat ketakutan.
"Joni, anak sulung paman Petrik. sepertinya kamu memandangku hanya sebelah mata, sama seperti ayahmu yang memandang rendah diriku saat ingin meminjam uang. Aku tidak mengemis aku sudah katakan kalau aku kan mengembalikannya, tapi sepertinya kalian tidak punya hati, Tapi yah sudahlah itu sudah masa lalu dan ibuku juga sudah sembuh. Tapi aku akan terus ingat perbuatan kalian dan suatu hari kalian akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan keluarga kalian." ucap Vin mencoba tenang walaupun dalam hati masih ada kemarahan saat melihat Joni. Joni tak berkata apa-apa dia hanya bisa menundukkan kepalanya.
Vin kembali berurusan dengan Eron yang masih saja berlutut
"Kenapa kamu sangat takut denganku? apa kamu mengenalku? bahkan cek yang aku berikan pun kamu tolak." tanya Vin.
"Tentu saja tau tuan. Tuan adalah kerabat tuan Dominic, saya tau saat melihat cek yang tuan berikan. Semua sudah mendengar tuan, siapapun yang berani menyentuh kerabat tuan Dominic yaitu tuan, maka akan berurusan dengan tuan Dominic. Aku dan yang lain tidak ingin mati konyol. Kami masih ingin hidup. Tolong tuan, ampuni kami." ucap Eron yang membuat semua anak buahnya tercengang termasuk Joni yang terkejut, jika laki-laki yang baru saja dihinanya adalah orang yang di lindungi Dominic.
"Maafkan aku tuan, aku tarik semua kata-kataku, anggap saja tuan tidak pernah mendengarnya. Maafkan aku tuan, aku tidak ingin mati, tolong ampuni aku tuan." Ucap Joni.
"Bu, hukuman apa yang pantas untuk para preman ini Bu, aku ingin ibu yang menghukumnya, agar mereka jera dan tidak sembarangan mengganggu orang?" tanya Vin pada ibunya. Namun Ningrum menggelengkan kepalanya tidak ingin menghukum mereka.
Vin menghela nafas, paham dengan keinginan ibunya.
"Kali ini aku memberi kalian kesempatan hidup. Aku minta pada kalian semua jangan pernah lagi mengganggu para pedagang di sini. Jika aku masih mendengar kalian masih memalak para pedagang, aku akan buat kalian jadi perkedel, seperti jualan ibu. paham." ucap Vin. Sebenarnya Vin agak kesal dengan tidak bisa sedikit memberikan pelajaran, namun perintah ibunya jauh lebih penting dari pada memuaskan hatinya.
"Baik tuan, kami semuanya tidak akan menggangu pedagang lagi, kami akan mencari uang dengan cari lain." ucap Eron mewakili anak buahnya.
"Sekarang pergilah, dan jangan muncul lagi di hadapanku.
Para preman itu pun segera pergi dengan ketakutan. Para pedagang dan para pembeli mengagumi apa yang dilakukan Vin. Sebab selama ini para preman itu semena mena pada mereka dan sekarang lari terbirit-birit.
Sebagai bentuk terimakasih, mereka pun membeli dagangan ibu Ningrum hingga dagangannya habis lebih awal.
To be continued ☺️☺️☺️