Pelakor

Mobil Alice melesat meninggalkan halaman rumah yang pernah menjadi rumah tangganya. Air mata mengalir deras di pipinya, menembus riasan yang ia pakai. Ia merasa terluka, dikhianati, dan terbuang.

"Richard," gumam Alice, dengan suara yang gemetar. "Kau akan menyesal melakukan ini padaku."

Alice mengemudi dengan cepat menuju Sukajati, desa di mana orang tuanya tinggal. Ia merasa perlu mencari penghiburan dan dukungan dari keluarganya.

Sepanjang perjalanan, Alice terus meneteskan air mata. Ia merasa sangat terluka dan hancur. Ia tidak menyangka bahwa Richard akan sebegitu kejamnya padanya.

"Aku harus tetap kuat," gumam Alice, sambil mencoba menahan tangisnya. "Aku tidak akan membiarkan Richard menghancurkan hidupku."

Alice bertekad untuk bangkit dari keterpurukan ini. Ia akan mencari keadilan dan membalas dendam pada Richard dan Syifa.

"Aku akan membuat mereka menyesal," gumam Alice, dengan suara yang penuh tekad.

Mobil Alice akhirnya sampai di Sukajati. Alice melihat rumah orang tuanya dari kejauhan. Ia merasa lega karena ia akan menemukan penghiburan di sana.

Di sebuah penthouse mewah dengan pemandangan kota yang spektakuler, Syifa dan Richard menikmati sampanye mahal. Musik lembut mengalun di latar belakang, menambah suasana romantis yang sengaja diciptakan Syifa. Richard tampak tenang, bahkan tersenyum puas, namun senyum itu terasa hampa dan dingin, tanpa ada kehangatan di dalamnya.

Syifa, dengan gaun malam yang menawan, menyandarkan kepalanya di bahu Richard. Ia tampak begitu bahagia, menikmati hasil kerja kerasnya yang licik. "Kau tahu, sayang," katanya, suaranya manja, "Aku sangat mencintaimu. Kau adalah milikku sekarang."

Richard hanya tersenyum tipis, menanggapi perkataan Syifa tanpa ekspresi yang berarti. Ia tampak seperti boneka yang dikendalikan oleh Syifa, semua tindakannya mengikuti kemauan Syifa tanpa bantahan. Susuk yang ditanamkan Syifa di tubuhnya telah berhasil meredam sisi kemanusiaan Richard, menggantikannya dengan kepatuhan yang membabi buta.

Syifa menyentuh tangan Richard, memperhatikan wajahnya yang datar. "Alice?" tanyanya, nada suaranya sedikit mengejek. "Aku dengar dia datang ke orang tuanya. Mungkin dia akan meminta bantuan mereka. Kau tidak perlu khawatir, sayang. Mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa."

Richard tetap diam, hanya mengangguk sedikit sebagai respon. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan atau rasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya kepada Alice. Semua hartanya, perusahaannya, bahkan rumah mewahnya yang dulu ia bagi dengan Alice, kini sepenuhnya menjadi milik Syifa. Ia telah mengusir Alice dari hidupnya tanpa ragu-ragu, dan hal itu tidak membuatnya merasa sedikit pun menyesal.

Syifa mengangkat gelas sampanye nya. "Untuk kesuksesan kita," katanya, "Untuk masa depan kita yang cerah dan gemilang."

Richard mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Syifa. Namun, di balik senyum tipisnya, ada kekosongan yang dalam. Ia telah kehilangan dirinya sendiri, terperangkap dalam jeratan cinta dan susuk yang telah membutakan hatinya. Ia tidak lagi mampu merasakan cinta, kasih sayang, atau penyesalan. Yang tersisa hanyalah kepatuhan tanpa syarat terhadap Syifa, sebuah bayangan kosong dari manusia yang pernah ia kenal.

Richard menjengkal tubuh Syifa dengan nafsu. Ia merasakan kehangatan tubuh Syifa dan mencium bau parfumnya yang menyenangkan. Ia merasa tergoda oleh pesona Syifa dan tidak bisa menahan diri.

"Syifa," bisik Richard, dengan suara yang gemetar. "Aku ingin kamu."

Syifa tersenyum sinis dan menarik Richard lebih dekat. Ia mencium bibir Richard dengan lembut, kemudian menelusuri tubuhnya dengan jari-jarinya.

"Aku pun ingin kamu, Sayang," bisik Syifa, dengan suara yang merdu.

Richard tergoda oleh sentuhan Syifa. Ia mencium bibir Syifa dengan nafsu dan menelusuri tubuhnya dengan tangannya. Ia merasakan kehangatan tubuh Syifa dan mencium bau parfumnya yang menyenangkan.

Richard kemudian menatap gunung kembar milik Syifa. Ia merasa tergoda dan ingin mencicipinya. Ia menelusuri gunung kembar Syifa dengan jari-jarinya dan menciumnya dengan lembut.

"Kau sangat indah," bisik Richard, dengan suara yang gemetar.

Syifa tersenyum puas dan menarik Richard lebih dekat. Ia merasa senang karena ia telah berhasil menarik perhatian Richard.

"Aku ingin kamu," bisik Syifa, dengan suara yang merdu.

Richard kemudian mencium bibir Syifa dengan nafsu dan menelusuri tubuhnya dengan tangannya. Ia merasakan kehangatan tubuh Syifa dan mencium bau parfumnya yang menyenangkan.

Richard merasakan bahwa ia akan mengalami kepuasan yang tak terkira bersama Syifa. Ia merasakan bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

Namun, Richard tidak tahu bahwa ia sedang diperdaya oleh Syifa. Syifa telah menaruh susuk pada dirinya untuk menarik perhatian Richard. Susuk itu akan membuat Richard tergila-gila padanya dan melakukan apa saja untuk memenangkan hatinya.