Daisy Moreland diusir dari rumah, dikhianati kekasih dan berakhir di ranjang bersama pria asing.
Berniat melupakan masalah yang terjadi, kedatangannya ke kelab malam justru menambah daftar panjang masalahnya.
Daisy terjebak menikah dengan Daren karena memiliki wajah yang sama persis dengan calon istrinya yang kabur.
Bagaimana bisa?
Bagaimana nasib Daisy selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam penyatuan
Sinar rembulan memberkas di langit saat sepasang pengantin baru duduk menikmati semilir angin di balkon kamar, ditemani sebotol wine untuk menghangatkan.
Netra Daisy lurus menatap ke depan. Bibirnya menyesap wine secara perlahan. Dia bukan peminum yang andal, tetapi beberapa gelas tak akan membuatnya mabuk.
“Daren, boleh aku bertanya?”
“Katakan.”
“Apa pekerjaanmu yang sebenarnya? Kau tahu saat aku diculik, pria itu bilang kau seorang mafia. Berarti kau orang jahat?” tanya Daisy hati-hati.
“Apa menurutmu aku jahat?” tanya balik Daren.
“Entahlah. Aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana dirimu karena belum lama mengenalmu.”
“Kau yakin tak mengenalku Daisy?” tanya Daren dingin.
Gadis itu menoleh. “Malam itu adalah pertemuan pertama kita, Daren. Saat kau melakukannya dan mengakuiku sebagai Della.”
Daren diam, tak lagi menimpali sampai suara Daisy kembali terdengar, “Kau belum menjawab pertanyaanku!”
“Itu benar. Itulah sebabnya kau harus bisa melindungi dirimu sendiri, karena musuhku banyak dan ada di mana-mana.” Entah mengapa Daren tak ingin menutupi kebenaran tentang latar belakangnya.
“Keluargamu dan keluarga Hargrove tahu tentang pekerjaanmu yang lain?”
“Tahu. Mendiang kakek Donovan adalah mantan ketua organisasi gelap yang sudah pensiun.” Daren enggan menyebut nama tunangannya yang telah kabur.
“Apa tunanganmu juga bisa berkelahi?”
Daren menatap sambil mengangguk. “Dia bisa bela diri dan mahir menggunakan senjata. Kemampuannya sebelas dua belas dengan Donovan. Meski wanita, dia sosok yang penuh ambisi dan juga kebebasan.”
“Kau mencintainya?” tanya Daisy lirih.
“Hidup bersama tak membutuhkan banyak cinta. Hanya perlu komitmen dan kesetiaan.”
“Cinta itu pondasi utama dalam hubungan,” bantah Daisy.
Tatapan keduanya bertemu. Daren menyanggah, “Cinta bisa hilang seiring berjalannya waktu jika tidak dirawat dengan benar. Buktinya, kau saja dikhianati kekasihmu padahal kalian saling mencintai,” kekehnya meledek.
“Jangan mengingatkanku tentang pria brengsek itu! Lagi pula kau dan aku tidak ada bedanya. Kau juga ditinggal tunanganmu kabur bahkan di hari menjelang pernikahan,” balas Daisy tak mau kalah. “Aku kasihan padamu. Pasti menyakitkan rasanya mengetahui calon istrimu kabur begitu saja. Selain hati, harga dirimu jelas terluka.”
Tiba-tiba Daren menoleh. Ekspresinya tampak datar nan kejam. Udara di sekitar mereka mendadak dingin, bukan karena angin yang bertiup, melainkan karena aura Daren yang begitu kuat.
“Cukup! Berhenti membahasnya.”
Manik hitam gelapnya menatap Daisy yang tiba-tiba gugup. Selain takut, setelah mengetahui bahwa Daren adalah seorang mafia membuatnya merutuki mulutnya yang dengan berani menghina.
Tangan Daren menangkup belakang kepala Daisy lalu menarik tubuhnya dalam satu ciuman keras dan lapar. Tangannya bergerak perlahan menuruni punggung dan membelainya.
“Aku menginginkanmu, Daisy!” bisiknya lalu kembali melumat bibir sang wanita dengan buas.
Ethan Daren Liew seperti api yang berkobar. Pria itu mampu membuat Daisy melupakan segalanya dan terjerat dalam panasnya bara api. Tenggelam dalam fantasi dan kebutuhan tanpa berpikir apa pun lagi. Gairah benar-benar telah membawa akal sehatnya.
Tak mendapatkan penolakan membuat Daren beringsut bangun tanpa melepaskan penyatuan bibir mereka. Daren membawa Daisy ke kamar menuju pembaringan.
“Kita tidak bisa mundur lagi,” bisik Daren mesra. Kembali menikmati keindahan tubuh sang wanita dengan bibirnya.
Setelah melakukan pemanasan yang cukup, Daren langsung mengarahkan senjatanya ke dalam liang milik Daisy. Masih sempit seperti pertama kali mereka melakukannya.
Tak butuh lama sampai suara-suara percintaan memenuhi seisi kamar. Suara desahan dan lenguhan penuh kenikmatan mengisi malam panjang bagi dua sejoli tersebut.
*
Matahari sudah mulai meninggi. Waktu menunjukkan pukul 12 siang waktu Indonesia.
Daisy terbangun dalam pelukan Daren dengan keadaan tubuh yang sama-sama polos. Tak terkejut sama sekali karena wanita itu menyadari apa yang telah terjadi semalam.
Perlahan dia menyingkirkan tangan Daren yang memeluk pinggangnya. Namun, pria itu langsung sadar dan membuka mata.
“Mau ke mana?” tanyanya dengan suara serak.
“Aku lapar. Ini sudah siang.”
Daren langsung melepaskan pelukan dan ikut bangun. Kemudian menoleh ke arah tubuh Daisy yang dipenuhi bekas percintaan mereka.
“Jangan lihat-lihat,” pekik Daisy dengan wajah merona.
“Sudah hapal,” jawab Daren sinis. Dia mengambil telepon yang ada di atas nakas, kemudian memesan makanan.
Daisy ingin turun dari ranjang, tetapi Daren tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya dan berjalan ke arah kamar mandi.
“Mempersingkat waktu,” ucapnya sebelum Daisy protes.
Daren memandikan Daisy yang masih terlihat canggung dan malu. Bahkan saat menyapukan sabun, dengan nakal tangan pria itu bergerilya di atas kedua dadanya.
“Dasar mesum!” gerutu Daisy jengkel dengan sikap Daren yang terus mengambil kesempatan.
Bahkan Daisy bisa melihat jika senjata Daren kembali bangun tegak menantang, seolah ingin memasukinya lagi. Namun, pria itu berjanji tidak akan melakukannya. Usai mandi dan berganti pakaian, mereka keluar menuju meja makan.
Usai makan siang mereka menikmati semilir angin di beranda dekat kolam renang. Sambil sesekali Daisy yang cerewet bertanya pada Daren, meski tahu jawabannya akan selalu menyebalkan.
Hari itu mereka menghabiskan waktunya bersama. Daren yang pintar mengendalikan keadaan kembali membawa Daisy menyelami nikmatnya surga dunia.
Tanpa penolakan.
Tanpa paksaan.
Bahkan dengan sukarela Daisy membuka kakinya karena telah terjatuh oleh pesona seorang Daren yang menggairahkan.
To Be Continue ....
mati terhormat ditangan orang jahat
bukan mati kelaparan sebagai gelandangan... ahay
kalo mau nafsu makan... pesen aja nasi liwet.. ikan asin.. lalapan.. jangan lupakan pete sama jengkol ya