Suamiku Ternyata Orang Kaya
" Saya terima nikah dan kawinnya Hilya Nadira binti Sulistyo dengan mas kawin uang dua ratus ribu rupiah dibayar tunai!"
" Sah!"
Setiap melihat pria asing yang menjadi suaminya itu, Hilya Nadhira wanita berusia 23 tahun selalu teringat akan kalimat ijab qabul yang diucapkan pria itu dengan lantang. Pria yang tidak tahu berapa usianya, dari mana asal usulnya bahkan nama pun tidak ingat harus ia nikahi karena didesak oleh warga sekitar.
2 bulan yang lalu, Hilya yang merupakan seorang petani yang memiliki kebun sayur di wilayah daerah dingin yang terletak di Jawa Tengah dibuat terkejut saat ia datang ke kebun. Seorang pria tergeletak di tengah kebun kentang miliknya. Awalnya ia takut jika pria itu adalah penjahat atau malah seorang korban pembunuhan. Namun ketika Hilya memeriksanya, pria itu masih hidup hanya saja ada beberapa bagian tubuhnya yang terluka. Terlebih di bagian kepala.
Ya, kepala milik pria itu seperti dipukul oleh sebuah benda sehingga darah keluar dari sana. Menurut perkiraan Hilya, mungkin pria itu sudah terluka dari semalam karena darah yang sudah mengering.
Waktu penemuan sekitar pukul 05.00pagi, hari masih gelap jadi Hilya memanggil bapak dan ibunya untuk membawa pria itu ke rumah. Awalnya Sulistyo dan Haryani tidak setuju atas usul anak sulungnya, namun setelah berpikir beberapa saat mereka pun setuju menolong pria asing itu.
Seorang dokter desa pun dipanggil untuk mengobati, tapi ternyata pria itu tetap harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh. Singkat cerita pria itu berhasil diobati dan kata dokter dia mengalami amnesia atau hilang ingatan. Keluarga Hilya tidak tahu harus mengirim pria itu kemana. Tidak ada satupun identitas yang tertinggal milik pria itu kecuali sebuah nama yang dibordir pada jaket yang pria itu kenakan. Raka Pittore, meskipun tersembunyi tapi Hilya bisa melihatnya. Sehingga ia putuskan untuk memanggilnya Raka.
" Mana bojo mu nduk, udah siang begini apa dia ndak bangun juga?"
" Udah bangun kok Bu'e tapi ndak tahu kemana."
Hilya membuang nafasnya berat. Selama menikah ia berusaha untuk mengajari Raka pekerjaan yang ia dan keluarganya lakukan. Tapi satu pun pria itu tidak bisa melakukannya.
Diajarin mencangkul, malah jari kaki dia yang hampir hilang. Diminta membersihkan rumput liar, malah tunas dari tanaman kentang yang ia cabut. Dan masih banyak hal lain lagi yang akhirnya membuat Hilya menyerah.
Hilya pergi keluar rumah untuk mencari keberadaan Raka. Hawa dingin yang ada di daerah itu sudah biasa dirasakan oleh Hilya. Dia mengeratkan jaket tebalnya agar lebih terasa hangat.
" Weeh gasik Hil, rep nandi ( pagi benar Hil, mau kemana?"
" Mlampah-mlampah mawon bude ( jalan-jalan aja Bude)."
Hilya menjawab sapaan para tetangga dengan sopan dan senyuman. Tapi dalam pikirannya wanita itu tengah kalut. Ia sudah mencari sang suami ke beberapa tempat tapi belum kunjung juga ia temukan.
" Kemana sih dia, huh!" Hilya bergumam pelan. Sudah seminggu ini suaminya itu selalu menghilang setiap pagi hari. Dan jika ditanya maka dia hanya akan menjawab mencari inspirasi. Sangat aneh bukan, inspirasi apa yang dicari Raka pada pagi hari yang dingin begini.
Tap tap tap
" Hilya, kamu ngapain?"
" Aku yang harusnya nanya, Mas ngapain di sini. Ini masih dingin banget lho Mas. Nanti Mas umat lagi sakitnya. Ayok pulang."
Hilya menemukan suaminya di salah satu lereng di dekat kebun kentang milik keluarganya. Pria itu sedang menatap ke arah matahari terbit.
Hilya menarik tangan Raka dan menggandengnya untuk segera pulang ke rumah. Pria itu menurut dan sesekali tersenyum. Melihat tangannya yang digenggam erat, rasa dingin yang ia rasakan tadi berkurang dan menjadi hangat.
Perlu diketahui, meskipun mereka sudah menikah, keduanya tidak tinggal satu kamar. Hilya sungguh-sungguh hanya menolong Raka agar dia bisa tinggal di rumahnya sampai ingatannya kembali. Dan Raka menerimanya serta berterimakasih atas hal tersebut.
" Hil, bisakah kita bicara di luar sebentar?" pinta Raka. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Sudah dari beberapa hari yang lalu, tapi ia tidak punya kesempatan untuk mengatakannya.
" Ada apa Mas? Apa Mas udah bisa inget apa gitu?"
Raka menggeleng cepat. Dia sama sekali tidak mengingat apapun tentang dirinya. Bahkan namanya sendiri pun dia tidak ingat hingga saat ini.
" Belum ada Hil. Aku udah berusaha tapi kayaknya masih belum ada yang muncul di kepalaku tentang siapa diriku. Aah bukan itu yang mau aku omongin. Hil, seandainya aku ini penjahat gimana?"
" Oh, ya gampang. Aku tinggal ngirim Mas ke kantor polisi. Beres."
Raka sejenak syok dengan jawaban Hilya. Gadis manis berhijab itu sungguh tidak memiliki prasangka buruk. Tapi beberapa saat kemudian ia tergelak. Tawanya lepas mendengar jawaban Hilya yang realistis.
" Lha kok malah ketawa."
" Nggak apa, aku hanya senang dengan jawaban realistis mu itu. Meskipun aku hilang ingatan tapi aku punya keyakinan bahwa aku ini adalah orang yang baik dan bukannya penjahat."
Hilya tersenyum kepada Raka. Senyuman yang sangat manis hingga membuat dada Raka berdegup kencang. Selama ini dia selalu melihat Hilya tersenyum, tapi dia tidak pernah sadar bahwa gadis yang tumbuh di desa itu memiliki senyuman yang manis dan pastinya cantik.
" Terimakasih Hilya karena sudah menolongku."
" Sama-sama Mas, kita sesama makhluk sudah sepantasnya saling tolong menolong bukan? Ayo balik ke rumah, Mas harus sarapan dan minum obat."
" Ughhh"
Raka menampilkan wajah tidak senangnya saat mendengar nama obat. Ya, dia masih rutin mengonsumsi obat dari dokter rumah sakit setempat karena rasa sakit kepala yang terkadang tiba-tiba datang.
Hilya tersenyum simpul. Ia tahu kalau pria itu tidak suka, namun Raka tetap harus meminumnya karena itu salah satu hal untuk mempercepat proses pemulihan.
Meskipun tidak ada cinta dalam diri Hilya kepada Raka saat ini, tapi dia tulus merawat suaminya itu. Setidaknya status mereka sekarang adalah suami istri yang mana sudah jadi bagian dari bagian Hilya. Walau ada hal lain yang tidak bisa ia berikan yakni kewajiban layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Dan Raka pun juga tidak meminta hak nya sebagai suami karena memang ia tahu bahwa Hilya hanya menolongnya tidak lebih dari itu.
" Bunda, Ayah, tunggu aku!"
Nyuuuut
Ngguuuung
" Argghhhh!'
Raka mengerang sambil memegang kepalanya. Rasa sakit itu tiba-tiba menyerang kepala Raka setelah ia mendengar seorang anak kecil yang berlarian memanggil kedua orang tuanya.
" Mas Raka! Kamu kenapa?"
" Nggak tahu Hil, kepala ku. Kepala ku sakit banget."
" Ya Allaah."
Hilya sedikit panik, tapi dia berusaha untuk tenang. Saat seperti ini dia tahi bahwa dirinya tidak boleh panik. Secara perlahan ia memapah Raka agar bisa berjalan menuju rumah. Namun agaknya tubuh Hilya tidak bisa menopang bobot tubuh Raka yang mendadak jatuh pingsan.
" Mas Raka! Mas! Tolong!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Anonymous
j
2024-10-08
0
Cooky
ini lanjutan novel apa, kasih tau judulnya yg tau
2024-10-06
0
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-10-06
0