Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 17
Lingga tengah berdiri dengan bersandar pada badan mobil, ia menghirup batang rokok dengan penuh penghayatan bahkan sambil memejamkan mata untuk merasakan ketenangan. Kala Lingga membuka mata, ia tersenyum sinis melihat Vania yang berjalan kearahnya.
Tatapan penuh cinta yang pernah Vania berikan untuknya, sudah hilang tergantikan dengan tatapan penuh permusuhan. “Sepertinya dia mengajakku berdebat sore ini, hem.. Sore yang paling terik di seluruh kota Jakarta.” Ucap Lingga sembari tersenyum kepada Vania yang sudah sampai dihadapannya.
“Cukup, Lingga! Aku muak dengan sikap semaumu ini, aku sudah katakan.. Bahwa aku_”
“Bahwa kau adalah mantanku, dan seminggu lagi akan bertunangan dengan Aldo sang fotografer itu.” Malah Lingga yang meneruskan ucapan Vania.
Lingga menjatuhkan batang rokok itu, menginjak nya hingga tidak tersisa. Lalu, Lingga menatap tajam kearah Vania yang menatapnya tak kala tajam.
“Apa gunanya dia untukmu? Dia tidak kaya, dia tidak memiliki rumah mewah yang mana aku memiliki banyak hal itu.” Ucap Lingga.
Tangan Vania bersedekap didada. “Bahkan Aldo tidak punya perusahaan yang mana bisa membantu semua usahamu, Vania. Dia pria miskin yang hanya menumpang hidup denganmu, untuk apa kau bersama dengan dia!” Teriak Lingga yang mana Dista baru saja sampai terkejut setengah mati.
Lain dengan Vania yang seperti sudah biasa, wanita itu terlihat tenang menghadapi Lingga.
“Dengar, Aldo memiliki sifat yang mana kau tidak akan bisa memiliki nya. Kau semena-mena dan angkuh, sementara.. Aldo, dia tidak punya sifat seperti itu.” Jelas Vania, ntah sudah berapa kali ia mengatakan hal ini kepada Lingga. Tapi, pria itu tidak pernah mendengar terus saja membuat Vania mengatakan lagi dan lagi.
“Hal itu yang membuatmu memberikan tubuhmu secara gratis kepada pria tidak berguna itu?” Tanya Lingga dengan tatapan yang sungguh meremehkan.
“Kau berkata seolah-olah kau tidak_”
“Sudah cukup, Vania!” Lingga berlalu pergi begitu saja, sebelum ia masuk kedalam mobil. Lingga menatap ke arah Dista yang berdiri dengan tatapan yang sepertinya bingung dengan apa yang terjadi.
Jantung Dista seakan mau lepas melihat tatapan Lingga yang sungguh tajam kepadanya. Sepertinya kepulangan nya nanti pasti akan mendapatkan pelampiasan amarah Lingga.
“Aku akan membuatmu menyesal telah mencampakkan aku dengan cara seperti ini.” Ucap Lingga lalu menutup pintu mobil begitu saja.
Melajulah mobil Lingga dengan kecepatan tinggi, barulah Vania menghela napas lega. Ia tidak mengerti dengan cara berpikir Lingga yang sungguh egois.
“Dista, jangan hiraukan perdebatan kami.. Lingga memang seperti itu, suka-sukanya saja atas hidup orang.” Ujar Vania sembari mengarahkan tangannya agar Dista mendekat.
Dista berjalan perlahan mendekati Vania, ia tidak tahu apakah harus jujur atau tidak dengan Vania tentang sosok Lingga didalam kehidupannya.
“Padahal dari yang aku dengar, dia sudah menikah dengan wanita miskin. Tapi, aku tidak tahu siapa wanita itu.” Ucapan Vania membuat Dista terkejut.
“Sudahlah, tidak usah pikirkan anak itu.. Bikin sakit kepala, dia memang sudah berubah sekarang.” Vania meraih tangan Dista untuk menuju keluar dari parkiran mobil.
~
Saat sedang menunggu taxi yang sudah dipesan Vania melalui aplikasi online, Dista sungguh penasaran dengan ucapan Vania tadi. Yang mana Vania mengatakan jika Lingga sungguh memiliki sifat yang berubah dibandingkan dengan Lingga yang dulu.
“Kak, memangnya dulu Tuan Lingga seperti apa?” Tanya Dista setelah cukup lama mengumpulkan keberanian.
“Dia dulu anak yang baik serta ramah dan penyayang, karna Ibu nya meninggal dengan cara yang tidak pantas.. Hal itu yang membuat Lingga menjadi anak yang pemurung.” Jawab Vania sembari memberikan sebotol minuman kepada Dista.
“Cara tidak pantas? Seperti apa, Kak?”
“Aku kurang tahu, karna ini semua dirahasiakan. Katanya bunuh diri, dan Lingga menyaksikan secara keseluruhan proses kematian Ibunya. Mungkin hal itu yang membuat semua sikap Lingga berubah..” Jelas Vania lagi.
Jujur, Dista menjadi kasihan dengan Lingga. Di balik kekejaman dan keangkuhan itu ada luka yang sungguh berat, pantas saja Lingga selalu saja murung dan terkadang marah-marah tidak jelas. Itu semua karna ada luka dihatinya yang tidak pernah bisa disembuhkan apapun.
Diam-diam tanpa sepengetahuan dari Vania, Dista menangis karna membayangkan hal yang terjadi pada hidup Lingga.
“Ternyata orang sekuat itu menyimpan luka yang dalam juga, aku kira.. Karna dia bahagia makannya bisa menyakiti hidup orang lain. Ternyata dia hanya ingin orang merasakan kepahitan yang sama seperti yang ia rasakan.” Gumam Dista didalam hati sambil melamun menatap jalanan yang cukup ramai sore ini.
~
Sementara Lingga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, bahkan ia tidak menghiraukan nyawanya sendiri saat ini. Hingga mobil mahal milik Lingga berhenti tepat di area pemakaman keluarga Maheswara. Lingga keluar dari mobil dengan tangan memegang payung, kebetulan sedang hujan sedikit deras.
Pelan-pelan Lingga melangkah menuju makam dimana tempat ia menumpahkan segala kesedihan yang ia rasakan. Langkah kaki Lingga terasa berat kala melihat nama ibu yang tertera di batu nisan itu. Lingga langsung terjatuh didekat makam sang ibu, ia menangis tanpa suara disana.
“Ibu, sudah 10 tahun berlalu.. Tapi, aku tidak bisa melupakan sakit di hatiku ini. Aku tidak bisa melupakan hal yang membuat mu menderita, Ibu..” Lirih nya dengan isak tangis yang sungguh memilukan siapapun yang mendengar nya.
Tidak akan ada yang tahu kerapuhan dari Lingga sekarang, ia menyimpan rapat-rapat semua titik kelemahan nya. Lingga tidak ingin terlihat lemah, ia hanya ingin melampiaskan semua kemarahannya kepada sosok Dista yang telah ia anggap sebagai mainan.
“Mas Lingga, itu kau?” Suara itu mengejutkan Lingga, ia langsung terdiam membeku bahkan payung yang ia pegang jatuh begitu saja.
••••••••
BERSAMBUNG