Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Benar Pak Polisi, pasti ada kesalahpahaman disini. Bagaimana menantu saya mencuri, sementara dia orang kaya raya" terdengar suara Ibunya Arumi membela Laras
"Sudahlah mengaku saja, lagian tidak mungkin Pak Polisi salah tangkap jika tak ada bukti" ujar Arumi di tengah-tengah kerumunan
"Arumi, pasti ini semua ulah kamu?" Laras melotot ke arah Arumi
"Bukankah yang melaporkan masalah ini ibu? Setelah kehilangan sapi dan kambing, ibu langsung membuat laporan" cibir Arumi
"Kurang ajar, dasar orang miskin aja belagu. Apa kamu iri karena saya lebih kaya dari kamu, sini kamu" Laras meronta-ronta ingin memberi pelajaran pada Arumi
"DIAM" bentak Arumi lalu berjalan mendekati Laras
"Penampilanku memang terlihat miskin, tapi aku bisa membuat toko butik Mbak bangkrut dengan sekali telepon buat bayar orang" ancam Arumi
Arumi melihat wajah Laras terlihat pucat, pasti Laras sangat takut apalagi toko butiknya adalah impiannya dari dulu. Bahkan toko butik di bangun jauh sebelum menikah dengan Arka, tentu sekarang terkenal dan banyak yang minat dengan desain-desain baju ya g ada di toko butik Laras.
Laras pun tidak lagi berteriak, Laras pasrah saat polisi membawanya masuk ke dalam mobil. Arumi tersenyum puas, ternyata karma di bayar kontan. Tinggal satu lagi, Arumi ingin memastikan apa dirinya memang benar anak kandung ibunya tapi yang membuat Arumi yakin yaitu Arham adik kandungnya.
"ARUMI"
Arumi terkejut ketika Arka berteriak memanggil namanya, wajahnya tampak memerah dengan langkah lebar mendekat ke arah Arumi dan Ibrahim. Ibrahim langsung menarik tangan Arumi untuk berlindung di belakang tubuhnya.
"Kenapa kamu membuat Laras sampai masuk penjara, HAH? Apa kamu tidak punya hati nurani, Laras itu perempuan dan tidak terbiasa tidur tanpa alas kasur"
Kedua bola mata Arka terlihat memerah bahkan tangannya mengepal, Arumi jadi takut melihat Arka seperti itu. Ibrahim menggenggam tangan Arumi dengan erat, kemudian tersenyum hanya ke arah Arumi.
"Yang melaporkan kasus pencurian kan Ibu? Lalu kenapa Arumi yang di salahkan, tentu ini bukan salah Arumi" ucap Ibrahim dengan tenang
Arka pun terdiam, kemudian terdengar suara bisik orang-orang yang sedang menonton drama keluarga Arumi. Ibunya Arumi masih terlihat menangis, namun tidak berteriak lagi seperti tadi.
"Kenapa diam? Apa yang saya katakan benar bukan? Jika memang Mbak Laras tidak terbukti bersalah, tentu dia akan di bebaskan. Jadi masalah ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Arumi, sekali lagi kalau ada yang berani mengusik istri saya saya tak segan-segan membuat perhitungan" ucap Ibrahim dengan tegas
Arumi masih diam sembari memperhatikan wajah suaminya, suaminya terlihat tampan saat mengucapkan itu semua. Hati Arumi menghangat, Arumi kembali bersyukur di pertemukan dan di nikahi laki-laki seperti suaminya yang terlihat sangat bertanggung jawab dan melindunginya.
"Arumi, tolong ibu. Kasihan Laras, ibu mohon sama kamu dan Ibrahim tolong bebaskan Laras" Ibunya memelas terlihat matanya sembab karena habis menangis
"Maaf, Bu. Arumi tidak bisa bantu apa-apa, karena ini bukan kuasa Arumi tapi jika memang Mbak Laras tidak bersalah seperti kata Ibu. Tentu Mbak Laras akan bebas, yang bisa ibu lakukan saat ini hanya berdoa"
Setelah itu Arumi menarik lengan suaminya, Arumi dan Ibrahim pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Tapi selama disitu tadi Arumi sedikit heran, karena tak melihat keberadaan Arham dan istrinya.
.
.
.
"Sayang, Mas pergi dulu ya. Kamu di rumah aja, jangan kemana-mana" pamit Ibrahim
"Kalau Arumi pengen ke kebun gimana?" tanya Arumi yang masih sibuk mengisi bekal buat suaminya
"Tidak usah, sayang. Mas gak mau kamu kelelahan, bukannya semalam kamu bilang gak bisa tidur jadi mending kamu istirahat saja hari ini"
"Bilang aja kalau Mas mau ketemu sama Dela? Ayo ngaku"
Arumi melirik sinis ke arah suaminya, entah kenapa moodnya jadi jelek jika membahas ulet bulu itu. Ibrahim justru tertawa bahkan sampai memegang perutnya, tak tahan melihat ekspresi wajah istrinya yang sangat mengemaskan.
"Sayang, dengerin Mas ya. Cuma kamu wanita yang Mas cintai, tak ada wanita lain. Cuma kamu yang buat Mas bisa bertahan sampai saat ini disini, bukankah kamu tau keluargaku justru berada di ibu kota semua"
Arumi menunduk, Arumi memang tak pernah meragukan cinta suaminya. Arumi hanya takut suaminya tak bisa bertahan dari godaan di luar sana, apalagi saat ini Arumi tengah hamil. Arumi percaya dengan suami tapi tidak dengan Dela, seperti wanita itu masih mengharapkan suaminya.
Ibrahim mendekap tubuh istrinya sembari mendaratkan ciuman di kening istrinya, Ibrahim tahu saat ini istrinya tengah mengkhawatirkan dirinya. Ibrahim berjanji tak akan sampai tergoda dengan godaan apapun, jika dirinya berkhianat.
Semua harta yang di milikinya akan di berikannya pada istrinya, Arumi masih diam dan tahu jika cinta suaminya memang sangat besar padanya. Arumi pun mengangguk akan mempercayai suaminya, lalu Arumi membalas pelukan suaminya dengan erat.
"Sekarang Mas pergi dulu ya, kamu istirahat saja di rumah" pamit Ibrahim lalu kembali mencium kening istrinya
Setelah kepergian suaminya, Arumi memilih kembali ke dalam kamar. Semalam Arumi memang tak bisa tidur, entah mengapa perasaannya tiba-tiba tak enak. Karena tubuhnya sudah lebih membaik, Arumi memilih bangun dari tidurnya.
Tidur sebentar tadi ternyata membuat tubuhnya terasa lebih enteng, HP-nya yang ada di atas meja samping tempat tidur terus bergetar karena tadi Arumi mengatur mode getar. Saat di lihatnya ternyata banyak pesan masuk, dari ibunya dan saudara-saudaranya.
[Arumi, tolong bantu ibu. Laras terbukti bersalah, ibu mau mencabut laporan yang sudah ibu buat jadi ibu memerlukan uang yang tidak sedikit. Tolong bilang dengan Ibrahim bisa tidak ibu pinjam uang kalian, nanti akan ibu ganti]
Pesan pertama yang Arumi buka dari ibunya, enak saja mau pinjam uang padahal kemarin ibunya jelas-jelas telah menuduhnya dan suaminya yang mencuri sapi sama kambing. Kini setelah tau siapa dalangnya, seenaknya ingin di bebaskan.
[Arumi, bantu Mas buat lepasin Laras. Kasian di penjara dia tidak bisa tidur nyenyak]
Arumi tak peduli dengan kondisi Laras, apalagi masih terngiang-ngiang hinaan Laras semalam tentang dirinya orang miskin. Arumi beralih membuka pesan dari Arham, lebih panjang dari yang lain.
[Mbak, aku mau cerai sama Mona. Aku sudah tak sanggup lagi menuruti semua kemauannya, dia terus memaksa meminta beliin rumah baru. Sementara aku sudah tidak memiliki uang, tapi ibu tidak mendukung keputusanku. Sekarang aku harus bagaimana? Seharusnya aku mendengarkan saran Mbak dulu, yang tidak usah menikah wanita seperti Mona]
Deg
Tangan Arumi lemas membaca pesan dari Arham.
happy ending juga....
cerita yg bagus