Dokter Cantik Tuan Psikopat

...༻⌘༺...

Athena sekarang sudah berada di ruangan yang lebih baik. Di sana bahkan terdapat kamar mandi kecil untuknya.

Akan tetapi, naluri manusia untuk hidup bebas dan bertahan hidup pasti ada. Itulah yang dirasakan Athena sekarang. Membayangkan dirinya terus berada dalam kekangan seorang psikopat tentu bukanlah hal yang di inginkan.

Athena melihat sekeliling ruangan. Dia memeriksa apakah ada celah dimana dirinya bisa keluar.

Setelah diselidiki baik-baik, Athena menemukan ada lubang di langit plafon kamar mandi. Namun sayangnya jaraknya cukup tinggi.

Athena segera mencari benda yang dapat membantunya menggapai langit plafon. Dari mulai meja rias hingga kursi kecil.

Dengan kesungguhan dan tenaga maksimal, tangan Athena berhasil menggapai langit plafon. Sekarang dia hanya perlu mengangkat tubuhnya ke atas.

"Semoga saja kayu plafon ini kuat menahan tubuhku," harap Athena.

Kretak...

Suara kayu yang retak berbunyi ketika Athena hampir naik ke atas. Saat gadis itu sudah berada di atas, kayunya patah. Alhasil Athena pun terjatuh ke bawah.

"Aarkh!" Athena reflek berteriak karena tubuhnya menghantam porselen kamar mandi.

"Eumh..." Athena merintih sambil memegangi punggungnya yang sakit. Dia berusaha meredam suaranya sebisa mungkin. Sebab di saat seperti itu, bukan rasa sakitnya yang Athena khawatirkan, tetapi kedatangan Ares.

Athena mencoba menatap ke arah pintu. Benar saja Ares sudah berdiri di sana. Menatapnya dengan pakaian yang berlumuran darah.

"Ares! Ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Athena yang langsung melakukan pembelaan.

"Semuanya sudah jelas..." sahut Ares. Dia meraih tangan Athena dan memaksa gadis itu berdiri.

"Aku tidak bisa. Tubuhku kesakitan," keluh Athena.

"Kau harus dihukum!" ujar Ares yang terus menyeret Athena ikut bersamanya.

Ketika sudah tiba di tengah ruangan yang luas, Ares hempaskan Athena ke lantai.

"Berani-beraninya kau mencoba kabur?! Padahal aku sudah berbaik hati padamu!" geram Ares.

"Maafkan aku... Beri aku kesempatan. Aku hanya merindukan orang tuaku dan juga anjingku," ungkap Athena.

"Bicara tentang anjing, awalnya aku ingin membawakanmu itu. Tapi karena kau sudah membuatku marah, maka kau akan bersaing dengan anjing itu!" tukas Ares.

"A-anjing? Apa maksudmu?" Athena tak mengerti.

Ares pergi memasuki basement. Dia kemudian kembali sambil menyeret seorang lelaki yang kakinya berlumuran darah. Ia berjalan merangkak dengan tali yang terikat di leher. Ares menarik tali lelaki tersebut dan memperlakukannya seperti seekor anjing.

Mata Athena terbelalak. Pemandangan macam apa itu? Dia tak menyangka anjing yang dimaksud Ares adalah manusia.

"Ini dia anjingnya!" ujar Ares seraya mengikat tali lelaki yang dibawanya ke tiang rumah.

"Tapi dia manusia..." kata Athena.

"Awalnya begitu. Tapi dia menjadi anjing setelah membuatku kehilangan anjingmu," jelas Ares.

"Apa maksudmu?" Athena menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Aku awalnya membawa anjingmu. Tapi karena pria ini datang, anjingmu jadi lari entah kemana," terang Ares. Ternyata lelaki yang dibawanya tidak lain adalah Jerome. Lelaki yang sempat memanggilnya di parkiran rumah sakit.

"Ke-kenapa kau melakukan ini padaku hanya karena seekor anjing yang kabur... Kumohon lepaskan aku..." ujar Jerome dengan berlinang air mata. Ia juga berusaha menahan sakit di kedua kakinya. Sepertinya Ares sudah melukainya.

"Jika kau sudah kubawa ke sini, maka kau hanya akan tetap di sini. Dan bila sudah di sini, pilihan kalian hanya dua, mau mati atau tetap hidup?" imbuh Ares. "Jadi aku ingin membuat sebuah permainan untuk kalian berdua. Siapa yang menang dia akan tetap hidup, dan jika kalah, maka dia akan langsung dibunuh. Seru kan?" lanjutnya.

Deg!

Athena kaget mendengar perkataan Ares. Ternyata lelaki itu lebih sadis dari pada yang dirinya kira.

"Ares, kau tidak harus melakukan itu..." ujar Athena.

"Kau benar-benar monster! Aku harap semua orang nanti akan tahu siapa dirimu sebenarnya!" ucap Jerome yang sudah tak tahan. "Kau tidak pantas menjadi seorang dokter!" tambahnya.

"Dokter?" Athena penasaran. Dari sana setidaknya dia tahu profesi yang digeluti Ares.

Karena mengatakan hal yang membuat kesal, Ares tendang Jerome tanpa ampun. "Kalau kau mau hidup, turuti saja keinginanku!" geramnya.

Melihat nasib Jerome, Athena memilih untuk diam. Ia juga semakin takut saat melihat pisau dan pistol di saku belakang celana Ares.

"Oke. Sekarang kita mulai saja permainannya. Aku ingin kalian melakukan sesuatu hal berbeda untukku," cetus Ares. "Pertama, untukmu Athena. Aku ingin kau menarikan tarian balet terbaikmu untukku," sambungnya sembari berjalan mendekati Athena.

"Tapi tubuhku sedang sakit. Tidak memungkinkan aku bisa--"

"Kau mau menari atau mati?" potong Ares. Dia mengambil bilah pisaunya dan menunjukkannya pada Athena. Jelas itu adalah sebuah ancaman tegas.

"Aku akan memutarkan musik untukmu," imbuh Ares seraya menghampiri alat pemutar musik.