NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Kembali pada waktu sekitar tiga bulan sebelum hari dimana Delilah sedang memijat pelipis yang tengah berkedut kuat. Hari dimana dua insan yang seharusnya dimabuk cinta. Justru dibuat repot karena drama cegukan yang tak kunjung usai membuat diskusi mereka terhambat. Terasa sangat ingin segera diakhiri bahkan, sebelum dimulai. Sungguh, Delilah tak menyangka akan berjumpa dengan Nanda. Jika boleh diakui, si jelita hampir tak mengenali bocah tengil yang kini terlihat begitu dewasa dan lebih … tampan, tentu saja. Siapa yang tidak akan terpikat senyuman maut Nanda yang selalu mencetak lubang di kedua pipi dengan bibir kemerahan yang tipis?

Tubuh mereka masih melekat, Nanda masih membantu si jelita menahan bobot tubuh dengan posisi demikian. Berharap cegukan yang sejak tadi mengganggu mereka berkenan pergi. Lalu wajah Nanda kian mendekat tanpa halangan.

“Kau ini sedang mengambil kesempatan rupanya. Menyingkir sekarang atau kau mau tattoo baru di wajah?” Suara Delilah terdengar tegas tanpa mengalihkan pandangan dari Nanda.

Pria di depan terkekeh pelan, kemudian mengetukkan kening mereka. “Apa yang ada di otak kecilmu, Nona?” Nanda melihat Delilah yang mengerjapkan mata.

Sejurus kemudian Nanda melepaskan rekatan tubuh mereka dan berdiri. Si pria merapikan kemeja lalu duduk di depan Delilah, kembali ke tempat semula dengan deheman. Manik Delilah sama sekali tak lepas menatap pria di depan. Terdengar dengkusan dari si jelita.

“Yah, aku hanya membantu. Kelihatannya kau sudah membaik. Bisakah sedikit basa-basi dan mengucap terima kasih?” Nanda membalas tatapan Delilah, “tidak? Oke baik terserah saja.”

Delilah sama sekali tak bersuara, dia hanya menatap lawan dengan serius. Sedangkan Nanda sibuk membolak-balik buku menu. Pelayan datang dan mencatat pesanan. Tak berlangsung lama karena Delilah memesan menu yang sama.

“Hhhh … katakan apa maumu, aku tak punya banyak waktu.” Akhirnya suar Delilah terdengar.

“Begitupun denganku. Jadi mari tetapkan tanggalnya, Nona.” Nanda menatap balik dengan dua tangan yang saling menggenggam di bawah dagu.

“Kenapa harus kutetapkan tanggal denganmu? Untuk apa?” Delilah menatap ganas, dia tak nyaman.

“Lalu, kau ingin Raka yang ada disini begitu? Sayangnya dia sudah beristri. Masih mau?” Nanda mengadu kalimat Delilah.

“Tutup mulutmu, bodoh! Bukan itu maksudku, akh!” Delilah menyandarkan penuh punggung di sandaran kursi, terlihat jengkel.

Ck, aku harus segera memikirkan sesuatu, batin Delilah.

Pria di depan masih hening sambil menatap si jelita penuh selidik. Dia masih menunggu barangkali Delilah akan menyambung lagi kalimat barusan. Sengaja dia mengulur waktu dan menikmati pemandangan indah yang tersuguh di depan. Wajah jelita Delilah sangat sayang jika dilewatkan begitu saja.

“Pergilah, aku tak berminat padamu. Anggap saja kita tak pernah bertemu.” Delilah mengalihkan pandangan ke layar ponsel.

“Ah, jadi kau ingin melakukannya dengan orang baru yang sama sekali tak kau kenal. Ajaib, aku ditolak di kencan pertama begini.” Nanda menganggukkan kepala pelan.

Kalimat Nanda berhasil menyentil kewarasan Delilah. Ada benarnya pernyataan barusan, dia kini sedikit bimbang dan terusik. Akan tetapi, dia harus ekstra waspada. Entah hal apa yang akan dihadapinya nanti, jika bersedia melakukan hal tersebut bersama pria licik di depan. Sesaat Delilah mengamati lalu berdeham kembali, bersiap meluncurkan kalimat. Sejenis tawaran, kesempatan bekerja sama dengan si jelita.

“Lalu, bagaimana dengan sebuah perjanjian?” Delilah menawarkan dengan sebuah senyum simpul.

“Maksudmu, semacam perjanjian pra-nikah?” Kening Nanda berkerut sedikit tak memahami konsep yang diajukan calon istri.

“Em, anggaplah begitu. Bagaimana?” Delilah menaikkan alis.

Kemudian, disinilah mereka hari ini. Telah resmi menjadi sepasang suami istri diatas kertas lengkap dengan perjanjian dibubuhi materai beserta tanda tangan mereka berdua. Benar tak ada yang tahu hari esok akan seperti apa. Baru juga awal menapaki dunia baru, tetapi terus saja kedua manusia itu sibuk beradu.

Tak ingin berada di sana lebih lama. Delilah naik kembali ke kamar, bermaksud menenangkan diri. Namun, tentu saja sang suami membuntuti si istri masuk ke dalam kamar. Pria berlesung pipit itu kini duduk santai di sofa dengan jendela lebar sambil mengenakan kacamata, mengambil sebuah buku dan mulai membuka lembar demi lembar.

“Kenapa kau ikut kemari?” tanya Delilah sambil memutar bola mata kesal.

“Karena ini kamarku.” Nanda menjawab singkat dan padat tanpa menoleh.

“Tapi, tak bisakah kau membiarkan aku sendirian sebentar saja?” Kalimat Delilah menyedot atensi Nanda.

Pria itu melepas kacamata kemudian menatap Delilah.

“Tidak, sendirian itu tidak menyenangkan. Nanti kau akan merindukanku, jadi biarkan aku menemanimu lebih lama saat—” Kalimat Nanda tak selesai.

“Nanda! Apa kau tak ingat—” Giliran kalimat Delilah tak lengkap.

“Iya, aku ingat. Bukankah aku sudah memenuhi semua persyaratan konyolmu itu hingga hari ini?” Nanda sedikit meninggikan intonasi suara.

Saat itu, dia menuruti saja kemauan si jelita ketimbang harus ditolak begitu saja pada kencan pertama mereka. Sedikit tak terima dengan penolakan spontan yang hendak dilakukan si jelita. Dia bersedia membaca isi perjanjian yang dikirim oleh Delilah, kemudian mengisi bagiannya lantas menandatangani materai yang tertera.

Bolehkah kali ini aku berharap lebih, Nanda berbisik dalam hati.

Delilah mengajukan persyaratan yang cukup membuat Nanda mengernyitkan kening. Berulang kali si pria harus membaca lagi sekedar memastikan, jika ternyata Delilah memang tak memiliki niat untuk menikah. Akan tetapi, dia justru tertantang untuk menaklukkan makhluk jelita itu dan menandatangani perjanjian yang diajukan. Tentu dengan seringai yang menghiasi wajah rupawan si pria.

Perjanjian Pra-nikah

Delilah’s Side

Hanya berciuman saat diperlukan.

Tidak ada kontak fisik selain di depan keluarga dan rekan.

Boleh bersentuhan sebatas gandeng, peluk, rangkul pinggang, cium kening/pipi. Tidak boleh melebihi itu tanpa persetujuan.

Tidak tidur bersama dalam arti yang mendalam tanpa persetujuan.

Tidak boleh jatuh cinta.

Nanda’s Side

Tidak boleh bekerja, berada di rumah sebagai Nyonya Dirgantara.

Menyesal sekarang tak berguna, dia terlanjur memilih jalan rumit bersama Delilah. Entah sampai kapan, entah berhasil atau tidak si pria menaklukkan hati si jelita. Sedangkan dia serba terbatas, meski demikian bukan Nanda jika tak memiliki cara.

“Jika kau tau batasan, jangan mengeluh!” Delilah tak mau kalah.

“Delilah, kau benar-benar hanya memanfaatkanku begini saja?” Suara Nanda masih meninggi.

“Sudah kubilang jangan mengeluh, kau sendiri sudah tau sejak awal. Kau juga yang meminta dimanfaatkan, tidak ingat?!” Delilah tertelan emosi.

Manik mereka mengunci satu sama lain. Netra Delilah terlihat berkilat dari kejauhan, begitupun milik Nanda yang sudah membara. Tak ada satu diantara mereka yang ingin mengalah. Nanda kehilangan suara, kalimat terakhir yang diberikan Delilah tak sepenuhnya salah. Dia sendiri yang memilih dengan sadar terjun ke lembah jebakan duri si jelita. Dia melihat Delilah mengambil napas, mungkin saja ada kalimat lain yang hendak ditambahkan.

Tak mau mendengar apapun lagi, tergesa Nanda berjalan ke arah Delilah. Kemudian dia menangkupkan sebelah tangan ke bibir mungil Delilah, membekap sang istri. Membuat kalimat Delilah tertahan, lalu sebelah tangan lain meraih pinggul Delilah agar mendekat hingga tubuh mereka menyatu. Tak berhenti sampai di sana, Nanda mendekatkan wajah dan mengecup punggung tangannya sendiri. Tepat di mana bibir Delilah berada di balik telapak tangan si pria.

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!