Haura, Istri Pilihan Dari Desa
Haura, Istri Pilihan Dari Desa (1)
" Mi, ini sebenarnya ada apa?," Alkana memandang heran karena mereka pergi dengan pakaian formal, pakaian batik.
" Kita mau melamar, Lala," jawab Sang mami tenang.
" Lala?," Alkana mengerutkan keningnya Hingga tangan kanannya menepuk pahanya.
" Lala si anak culun yang suka ngintilin aku kemana-mana itu?," tanya Alkana baru ingat gadis kecil yang usianya lebih muda beberapa tahun itu.
Namanya sebenarnya Haura. Hanya saja saat kecil, Haura yang cadel selalu menyebut namanya Lala, padahal maksudnya Rara. Hingga akhirnya sampai dewasa panggilan kesayangan dari keluarga dan orang terdekat menjadi Lala.
" Ya, dia. Tapi, Lala sudah enggak culun, Ka. Dia tumbuh jadi gadis cantik. Ah, rasanya sudah enggak sabar melihat calon mantu mami," ucap Senja, Mami Alkana.
" Memang yang mau nikah sama dia siapa?," Alkana melihat orang-orang yang ada di dalam mobil.
Tapi,ia tidak menemukan sosok yang pantas untuk menjadi mempelai laki-laki untuk.
" enggak mungkin Bang Rega kan?," tanya Alkana melihat ke arah belakang dimana sang kakak berada.
" Yang benar saja kamu,Ka. Abang udah punya bidadari dan menunggu kelahiran malaikat kecil Abang, masa mau nikah lagi. Yang ada habis Abang sama Mbak mu yang cantik Ini," ucap Rega menggenggam tangan sang istri yang sedang hamil besar.
" Enggak mungkin Alvin, kan?," Alkana kini melihat ke samping dimana adiknya sedang sibuk dengan ponselnya.
" Aku masih kelas dua SMP,"
" Lah, kamu lah mempelai prianya. Mami mau melamar Lala untuk kamu," jawab Mami Senja santai.
Jeduarr
"Mi, yang benar saja? Masa aku?" Alkana menunjuk dirinya sendiri.
" Ya iyalah kamu, memang siapa lagi yang pantas untuk menikah dengan Lala?,"
" Mi, bercandanya enggak lucu. Al enggak mau menikah dengan Lala,Mi," tolak Alkana tegas.
Sekalipun dia tidak punya kekasih saat ini, bukan berarti ia menerima begitu saja perjodohan ini.
" kamu enggak punya pilihan ka, ini keputusan Mami dan Papi. Kalian berdua dari kecil memang sudah kami jodohkan ,"
"Memangnya Ini zaman Siti Nurbaya, Mi. Pakai acara jodoh jodohan segala." kesal Alkana.
"Ayolah, jomblo bukan berarti enggak laku kan?"
Senja menghela napas sambil melihat sang putra dari kaca spion atas.
"Kalau kamu mau dicoret dan dikeluarkan dari kartu keluarga, silahkan kamu tolak perjodohan ini," tegas Senja.
" Mi .." kesal Alkana.
" Apa yang salah sama Teh Lala sih, Mas?," tanya Alvin.
Alkana memang di panggil mas, sedangkan Rega si sulung, di panggil Abang. Untuk membedakan.
" Ya, aku enggak suka saja. Hati enggak bisa di paksa," kilah Alkana.
" Kamu hanya punya dua pilihan, menikah dengan Lala atau di coret dari ahli waris. Semua fasilitas yang kamu pakai pun akan mami tarik,"
Alkana diam tak berkutik. Sang Mami tak pernah main-main dengan ancamannya.
...******...
" Teh, memangnya Mas Al itu seperti apa sampai teteh langsung setuju waktu Om bilang mau nikahin teteh sama dia?," tanya Naya, adik sepupu Haura yang masih duduk di bangku SMP. Tahun ini masuk SMA.
" Pokoknya selain tampan, dia juga idaman. Teteh sudah suka dari kecil sama Mas Al," Haura malah terkikik saat mengingat masa lalunya.
Kanaya malah melongo. Ia memang tidak tahu seperti apa Alkana karena Alkana pindah ke kota lain saat usianya masih lima tahun. Jadi, ingatan tentang Alkana tidak terlalu jelas.
Untuk diketahui saja, rumah Haura dan Kanaya bersebelahan. Ayah Kanaya adalah kakak mendiang ibunya Haura.
" Memangnya mas Al mau sama teteh?,"
Haura malah mendelik mendengar ucapan Kanaya. "Kalau Ayahku bilang mau menikahkan sama Mas Al, artinya Mas Al nya mau lah." jawab Haura percaya diri.
" Bagaimana kalau Mas Al terpaksa?,"
" Biar saja. Yang penting aku jadi istrinya. Nanti juga lama-lama cinta,"
" Kalau enggak?"
" Dek, bisa enggak kamu itu dukung teteh, memberi teteh semangat bukannya malah membuat teteh patah semangat,"
" Hehe," Kanaya malah menggaruk pelipisnya.
" Malah hehe.. Hehe...," Kesal Haura.
" Oh iya, teh. Kalau teteh nikah, Om sama siapa?. Ikut teteh ke kota?"
" Teteh belum tahu."
" Kok belum tahu. Kalau teteh nikah sama Mas Al, teteh pasti ikut ke tempat mas Al lah. Pindah kuliah,"
" Masih lama, dek. Hari ini kan hanya lamaran."
" Ih, kata siapa? Kok Naya malah dengar Om telpon supaya langsung nikah saja katanya."
" Apa?. Serius kamu?,'
"Serius. Tadi Naya dengar waktu Om telpon di samping rumah,"
" Kenapa Ayah enggak bilang, ya?," heran Haura merasa ada yang janggal.
Naya hanya mengedikkan bahunya.
...******...
" Kenapa jadi langsung nikah, Pi?," tanya Alkana yang baru saja mau menerima untuk melamar Lala.
Ia pikir masih ada waktu untuk membatalkan pernikahan. Ia akan membuat Lala sendiri yang membatalkan pernikahan itu. Tapi, nyatanya sang Papi malah mendadak berubah rencana.
" Nanti, Papi ceritakan. Sebentar lagi kita sampai. Kamu hafalkan saja nama Haura. Jangan sampai salah sebut," ucap Dirga pada Alkana yang baru saja mendapatkan chat mengenai nama lengkap Haura.
" Tapi, kita enggak bawa apapun sebagai mas kawin..Cincin nikah saja enggak ada,"
Mereka hanya membawa hantaran alakadarnya. Karena rencananya hanya lamaran dan menentukan tanggal pernikahan.
" Biar Teteh Kamu yang urus. Dia kan perginya belakangan. Bisa lah beli cincin dulu." ucap Sang mami.
Selain Rega, Alkana pun punya kakak perempuan. Namanya, Reva saudara kembar Rega.
" Memangnya teteh tahu ukuran jari aku sama Lala?,"
" Soal itu mah teteh kamu jagonya."
Sebagai seorang yang suka perhiasan bahkan memiliki EO sendiri, Reva sudah biasa mengurus masalah ini.
" Jago sih. Tapi, kenapa jagonya malah ngurusin nikahan orang. Padahal sendirinya saja belum nikah."
" Belum ada jodohnya," timpal sang papi membela putri satu-satunya.
...******...
" Saya terima nikah dan kawinnya Haura Dzakiyah Binti Arif Hidayatullah dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," dengan lantang Alkana mengucapkannya.
" Bagaimana saksi? Sah?,"
" SAH!!,"
Teriakan kata sah itu menggema di rumah sederhana Haura. Suaranya bahkan sampai terdengar ke kamar.
Saat ijab qobul itu, Haura memang ada di kamar bersama Kanaya. Baru keluar jika sudah sah.
Haura nampak masih terkejut. Kini statusnya berubah. Tiba-tiba ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan.
Padahal, tadi saat Reva mendandaninya, ia masih bisa bercanda dengan wanita yang akan menjadi kakak iparnya itu. Tapi, kini malah jadi tegang.
Tok...Tok ..Tok...
" Ayo keluar, teh," ajak Naya menuntun Haura.
Ketukan di pintu itu sebuah kode bahwa kini sudah waktunya Haura keluar bertemu dengan suaminya.
Haura berjalan dengan menundukkan kepalanya. Jantungnya berdebar-debar.
Hal yang sama juga ternyata di rasakan Alkana. Ia yang percaya diri tidak akan jatuh hati pada wanita yang menjadi istrinya karena merasa Haura bukan tipenya, kini malah di buat tertegun.
Apalagi ini pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah bertahun-tahun lamanya.
Cantik. Batin Alkana.
Sementara Reva yang melihat adiknya terpesona pada adik iparnya itu hanya mencebik. Karena Alkana tadi koar-koar jika ia tidak akan suka pada Haura.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
yulithong
nyimak dl kak...
2024-05-24
0