NovelToon NovelToon
Terikat Syarat Jailangkung

Terikat Syarat Jailangkung

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:48.1k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Fatima seorang gadis yang sering main jailangkung. Suatu saat yang datang di permainan jailangkung nya adalah roh Dewantara mahasiswa di kampusnya yang hilang saat naik gunung, sudah hampir satu tahun lalu dan tidak ditemukan jasadnya. Ada perkiraan jasad Dewantara dimakan binatang buas, namun juga ada yang mengira Dewantara tersesat di kerajaan jin.

Roh Dewantara terus meneror Fatima namun perjalanan waktu dua makluk beda alam itu justru saling menaruh rasa kasih dan lama kelamaan rasa cinta.

Berkat rasa cintanya pula Fatima pergi ke gunung yang berada di luar jawa itu untuk memenuhi permintaan roh Dewantara . Di sebersit hati Fatima ada harapan jasad Dewantara ditemukan bahkan ada harapan lebih dari pada itu.

Fatima :
“Hmmm ada yang bilang jika tersesat di kerajaan jin bisa kembali pulang roh dan raganya...”

Benarkah yang masuk di jailangkung roh Dewantara? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Dewantara, satu tahun lalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 26.

“Hei! Jangan lari!” teriak Hananta sambil menoleh ke arah sosok yang melayang dengan cepat hingga Hananta mengira sosok itu berlari di keremangan malam.

Hananta pun mengarahkan senjata api ke sosok itu, namun tiba tiba saja sosok yang baru saja melayang itu hilang tidak lagi dilihat oleh mata Hananta. Bulu kuduk Hananta pun mulai berdiri.

“Mana ada hantu sore sore begini.” Gumam Hananta lalu tangan kirinya mengambil hand phone yang ada di sakunya, sedang tangan kanan masih siap siaga memegang senjata apinya.

Hananta mengaktifkan senter hand phone milik nya. Dia arahkan sinar dari senter hand phone itu ke arah sosok tadi berlari menurut Hananta...

Namun tiba tiba Hananta kaget kepalanya terasa sakit...

“Aduh! Sialan siapa yang melempar batu?” Teriak Hananta yang kepalanya terasa sakit karena seperti ada batu kerikil dilempar di kepalanya. Hananta pun mengedarkan sinar senter hand phone ke segala penjuru untuk mencari pelaku pelemparan batu kerikil.

“Siapa sih? Iseng sekali. Coba aku lihat di CCTV.” Ucap Hananta yang masih memegang senter hand phone itu berjalan menuju ke arah meteran listrik. Hananta memang sendirian tinggal di rumahnya. Meskipun sudah berusia tiga puluhan dia belum menikah karena masih mengejar karir, dia terobsesi untuk menjadi CEO sebuah perusahaan belum puas hanya menjadi seorang sekretarisnya CEO.

Saat dia sudah sampai di depan meteran listrik....

BYAARRR

Lampu teras dan lampu halaman menyala dengan terang. Selama ini lampu di luar rumah Hananta itu memang sudah otomatis akan menyala jika hari gelap dan mati jika hari telah terang.

“Hmmm ada apa dengan listrik di rumahku? Apa iya roh Dewa menggangguku? Tidak mungkin, aku tidak percaya dengan hal hal macam itu...” gumam Hananta sambil melangkah menuju ke pintu rumahnya.

Sementara itu di lain tempat, di rumah Pak Hasto. Dia masih duduk di sofa ruang tamu sendirian sebab ketiga tamunya sudah pulang. Pak Hasto masih menunggu kabar dari Hananta tentang pemesanan tiket dan akomodasi. Tiba tiba hand phone milik nya berdering...

Pak Hasto cepat cepat menggeser tombol hijau sebab mantan istrinya yang melakukan panggilan suara. Di lubuk hati yang paling dalam Pak Hasto masih mencintai mantan istrinya, cinta pertama nya itu. Hanya karena keegoisan masing masing, semua membenarkan dirinya sendiri akhirnya keluarga menjadi berantakan.

“Gimana sudah dapat tiket?” suara mantan istri Pak Hasto di balik hand phone.

“Belum ini masih menunggu informasi dari Hananta. Aku suruh dia pesan tiket hari rabu.” Ucap Pak Hasto dengan hati hati takut kena semprot mantan istrinya.

“Tidak usah nunggu Hananta. Ini Ndaru sudah booking kan tiket. Kirim sekarang juga coppy id card anak anak yang akan membantu kamu itu!” suara mantan istri Pak Hasto dengan lantang.

“Ooo iya iya...” ucap Pak Hasto sambil mengangguk anggukkan kepalanya tidak menyangka Istri dan anak satunya malah lebih cepat bergerak dari pada Hananta. Pak Hasto pun segera menghubungi Satpam penjaga pintu gerbang karena semua id card para tamu sudah tercoppy saat dilalukan pemeriksaan.

Sedangkan Fatima sudah sampai di rumah kostnya dengan selamat. Dia pun kini menurut pada perintah Andien agar mandi di kamar mandi luar rumah.

“Hmmm mending nurut lah dari pada kena salah salah lagi.” Gumam Fatima yang sudah keluar dari kamar mandi di dekat garasi. Dia pun sudah berganti baju karena Andien sudah mengambilkan baju ganti. Dan telinga Fatima pun mendengar suara bariton yang sering didengarnya..

“Hmmm kamu memang anak manis.... Aku jadi suka.. ha....ha...ha....”

“Suka apa? Suka mengganggu?” tanya Fatima lirih...

“Ha.... ha.... ha... ha....” suara bariton itu malah tertawa terbahak bahak... kini Fatima sudah sangat terbiasa dengan suara itu, tidak lagi merinding bulu kuduknya. Bahkan kini dia merasa sangat bersyukur sebab dia kini sudah memegang banyak uang, karena suara bariton itu. Tadi dia dan Pungki sempat meraba raba dan mengintip amplop coklat dari Pak Hasto. Isinya berlembar lembar uang berwarna merah jambu, yang benar benar seratusan ribu, bukan uang yang berwarna merah jambu semu coklat yang hanya menyerupai uang seratusan ribuan... yaitu uang lima ribuan edisi baru yang biasa membuat halusinasi mata.

Fatima terus melangkah menuju ke pintu rumah. Sesaat Andien membukakan pintu dengan senyum lebarnya...

“Fat... kita makan malam spesial hari ini.” Ucap Andien yang tadi sudah membawa masuk makanan yang dibawa oleh Fatima dari Pak Hasto.

“Aku sama Mbak Ningrum tadi sudah makan tetapi melihat makanan yang kamu bawa perutku lapar lagi ha... ha... ha....” ucap Andien sambil tertawa..

“Makanlah Ndien, kalau aku kok merasa perutku kenyang ya...” ucap Fatima sambil melangkah masuk dan menutup pintu. Entah mengapa perut Fatima memang merasa tidak lapar. Entah karena kini dia memegang banyak uang atau entah karena hatinya sangat senang, Fatima masih terus terbayang bayang wajah ganteng di foto yang terpampang di ruang kerja Pak Hasto.

“Haiss.. kamu harus makan Fat, banyak banget tadi makanan yang kamu bawa dan macam macam menunya.. ayo kita lihat itu Mbak Ningrum sedang mengatur meja makan.” Ucap Andien sambil menarik tangan Fatima agar cepat melangkah menuju ke ruang makan.

Saat mereka berdua masuk di ruang makan, tampak Ningrum sudah duduk di kursi makan. Meja makan pun penuh dengan makanan yang tadi dibawa oleh Fatima. Aroma sedap menguar di dalam ruang itu.

“Mbak Ningrum, aku mau bayar uang kost.” Ucap Fatima sambil menatap Ningrum. Lalu dia mendudukkan pantatnya di kursi.

“Santai saja Fat, kamu kan akan pergi ke Nusa Tenggara Buat uang jaga jaga kamu selama perjalanan dulu. Meskipun aku tahu pasti semua sudah dibiayai oleh Papanya Dewa.” Ucap Ningrum sambil menatap Fatima.

Fatima pun membuka tas yang masih dibawanya. Dia lalu mengambil amplop coklat yang ada di dalamnya.

“Ini Mbak, tadi dikasih Papanya Dewa, aku hitung tadi ada tiga juta. Mbak Ningrum bawa dulu. Nanti kurangnya aku transfer.” Ucap Fatima sambil mengulurkan amplop coklat pada Ningrum. Andien yang melihat dan mendengar tampak membulat bola matanya.

“Aduh Fat tahu begitu tadi aku ikut kamu.” Kalimat Andien meluncur begitu saja.

“Kalau nanti kamu butuh saat perjalanan gimana?” tanya Ningrum tampak masih ragu ragu untuk menerima amplop dari Fatima. Fatima pun menaruh amplop itu di atas meja di depan Ningrum.

“Mas Pungki dan Mas Syahrul akan meminjami aku dulu Mbak jika nanti sewaktu waktu di dalam perjalanan aku kekurangan uang.” Ucap Fatima yang tadi memang sudah mengatakan pada Pungki dan Syahrul kalau dia akan membayarkan uang kost nya yang belum dia bayar.

“Setidaknya sekarang aku sudah membayar utang Mbak, dan berniat untuk melunasi, jadi di saat aku pergi ke kerajaan jin nanti aku sudah tidak punya hutang duniawi...” ucap Fatima dengan nada serius dan pandangan matanya menerawang jauh...

Andien yang mendengar dan baru menikmati bakso ikan terlezat yang dibawa oleh Fatima pun langsung menoleh dan menatap wajah Fatima...

Andien cepat cepat menelan makanannya...

“Fat, kok kamu macam akan pergi untuk selama lamanya saja....” ucap Andien dengan nada serius cenderung sedih...

1
Andini Marlang
Lanjut Ka 🌺
Ai Emy Ningrum
📲📳☎️📞
kring..kring :
😎 : halooo selamat siang..
bisa bicara dgn Mae Moon Ahh
👩🏻 : iya sy sendiri
😎 : haaa ,sendirian ,jomblo donk 🤣😂😂 kasian deh looee
👩🏻 : 😤😤😤😤😤😤😤
Tuxepos Jasmine
ndaru pasti dah yg nelpon🤭🤭🤭
FiaNasa
lanjuuuutt
𝐙𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
langsung shik shak shok
𝐙𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
jgn jgn si andien
𝐙𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
😭
Andini Andana
awas aja Pungki, kalau cuma liyat ulet aja udh kabur gitu /Smug//Smug/
Andini Andana: issshhh gelaaayyy 🙀🙀😥😰😰
Ai Emy Ningrum: ulet nya ada serombongan gitu yg datang😳😳🐛🐛🐛🐛🐛
gmn ga kabur si Pungki
total 2 replies
Andini Andana
issh lebay kali kau Nyi Dasih /Slight//Slight/
Andini Andana: caper sama siluman kera putih /Facepalm/
Ai Emy Ningrum: 😒😒 caper meren
total 2 replies
Tuxepos Jasmine
lanjuttt kk author👏👏👏👏
Tuxepos Jasmine
pungki tulatitnya ga ilang2🙈🙈🙈
Îen
sebenernya andien sm pungki nih cocok....sama2 gesrek😂😂😂😂
Îen
liat apaan loh pung???🤭🤭🤭🤭
FiaNasa
waduh...pungki liat apaan ya,,jgn bilang ditaman bunga lili itu banyak sarang lebah 🐝🐝🐝🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: siluman ulat 🐛🤔
taro aja dipucuk daun cemara 😚
Arias Binerkah: mungkin , apa siluman ulat🐛 👻👻👻👻 imut😁
total 4 replies
Andini Marlang
Bhaaadalllaaaa......Ono ulllooooo😂😂😂😂😂
Andini Marlang: 🔥🔥🔥🔥

yuk Ka Next 🌺💗
Arias Binerkah: ulo siluman 😁😁😁😁
total 2 replies
naynay
haaiii
Andini Marlang
Buku Bulu Anoman 😅😅😅😅

bukan Anoman obong ya Fat 🤗
FiaNasa
kenapa mereka menolak ajakan Fatimah untuk kerumah pak Kasan dulu ya,
FiaNasa
kayaknya Hananta punya niat gak baik deh
FiaNasa
dewa sok usil.deh ngerjain mereka bertiga ngikutin papanya smpai toilet 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!