It'S Me, ALETA

Chacha dan anak-anaknya sampai di rumah orang tua angkat Levi. Kehadiran sosok Athaya mampu mencuri perhatian beberapa remaja di sana. Tak ayal, setelah terpesona dengan sosok Akmal yang sayangnya sudah memiliki tunangan. Kali ini hadir sosok Athaya dengan ketampanan tidak jauh dari Akmal. Jika Akmal terkesan dingin, maka Athaya lebih memiliki pembawaan yang hangat.

"Kamu sendiri, Le? Katanya adiknya ikut. ndi? " Tanya umi saat Athaya mencium tangannya.

"Tidur lagi, gak kuat bangun. Mbah Kakung mana? " Tanya Athaya saat tidak melihat sosok kakeknya.

"Lagi ke sawah, mau liat apa katanya Uti gak denger tadi pas pamitan"

"Kamu mau kemana? " Tanya Levi saat melihat anaknya hendak beranjak itu.

"Mau susulin Kakung, Pa. Mau ambil degan" Ada saja memang jika Athaya bertandang ke rumah uti dan kakungnya.

"Sekalian liat nangkanya ya, Tha. Bilang Kakung, Mama yang butuh gitu" Athaya hanya mengangguk dan mulai meninggalkan pekarangan besar itu dengan motor matic miliknya.

Chacha memang menyediakan empat motor matic dirumahnya. Sebagai alat transportasi jika mereka sedang berlibur disini, pikirnya. Namun jangan salah, anak-anaknya yang memiliki jiwa yang sama dengan dirinya pasti akan mendatangkan apa saja yang mereka inginkan. Seperti contohnya Athaya dan Aleta, mereka mengirim motor trail kesayangannya untuk menemani keempat motor matic milik sang mama. Apalagi Mateo yang juga sama-sama mencintai dunia cross itu membuat kedia keponakannya kegirangan bukan main. Hanya Akmal yang terlihat kalem diantara kedua adiknya itu.

"Mau pasang tenda jam berapa ini, Mi? " Tanya Levi setelah melihat beberapa alat untuk membangun tenda sudah terkumpul dengan rapi.

"Jam sembilan katanya, gak tau lagi molor apa enggak. Coba kamu cek seserahan adik kamu, Le. Kok belum sampai mobilnya"

"Mateo bebal kalau dikasih tau, biarin Chacha aja yang order biar cepet. Kalau kayak gini yang hectic tetep Umi" Gerutu Levi.

"Kamu juga, gak usah gitu. Umi minta tolong ini, kalau gak mau ataupun gak bisa ya udah gak papa" Uminya memang harus banyak mengalah pada Levi saat gurat lelah tersirat diwajah tampan yang tidak muda lagi itu.

"Sudah di pengiriman mau kesini, Mateo bilang mau dihias disini, jadi pihak sana cuma kirim mobilnya aja" Sekalipun menggerutu Levi tetap melakukan apa yang diminta orang tuanya.

"Mungkin Teo yang mau ngehias sendiri, oh iya Lev, orang tua kamu bisa hadir? "

"Kalau gak berhalangan, bisa Mi. Tapi Mami sering drop akhir-akhir ini. Setelah dari sini aja Levi sama Chacha harus terbang lagi ke luar negeri buat lantai kondisi Mami"

"Ya sudah kalau memang gak bisa gak usah maksa gitu, kesehatan nomor satu pokoknya" Levi hanya mengangguk.

"Mal, ayo gabung sama bapak-bapak disana" Ajak Levi pada putra sulungnya.

"Chargernya dibawa kan? " Akmal hanya mengangguk mengiyakan permintaan Levi, namun sebelumnya dia harus menyelesaikan urusannya dengan Ranti.

"Ada dijok motornya"

"Ini, taruh dikamar Mama aja" Akmal menyerahkan ponselnya dan membuka jok motornya. Mengambil Charger yang dimaksud dan menyerahkannya lagi pada Ranti.

"Yakin cuma ini? Aku gak mau kayak kemarin ya, bentar-bentar kamu panggil, kayaknya lagi banyak kerjaan didalam" Ranti memperingati Akmal.

"Enggak, kamu bantu persiapan lamaran Om besok nanti malem aja, besok kan Om akad di rumah aunty"

"Iya, tadi Mama juga sudah pesan kalau aku bantu-bantu buat seserahan. Di sana suruhannya kopi sama teh aja, kamu yakin gak mau aku buatin minum? "

"Bikinin yang seger-seger aja deh. Sama itu sayang, bilang sama Mama, Aal mau soto gitu" Ranti hanya mengangguk dan mulai masuk ke dalam rumah.

Akmal sendiri sudah menyusul Levi yang lebih dulu bergabung dengan para bapak-bapak yang siap membantu untuk membangun tenda. Tradisinya masih sama saat Mutia menikah dulu, mereka melakukan pekerjaan secara gotong royong. Mulai dari depan hingga dapur masih diisi dengan para tetangga sekitar yang membantu.

Mateo bisa saja menyewa gedung, bahkan pemuda itu sangat mampu membuat pesta pernikahan yang sangat mewah untuk calon istrinya. Apalagi dirinya memegang kendali salah satu perusahaan Chacha, membuat saldo rekeningnya membengkak dari tahun ke tahun.

Meskipun mengundang beberapa kolega bisnisnya, Mateo tetap ingin melakukan acara besarnya di halaman rumahnya. Halaman yang begitu luas, karena dirinya berhasil membeli beberapa tanah disekitar rumahnya, dan Mateo langsung menyatukan tanah itu. Membangun ulang istana untuk orang tuanya, namun yang pasti ada campur tangan Chacha da Levi di dalamnya.

"Aal belum sampek, Mbak? " Mateo yang tengah terbaring malas itu sudah kesekian kalinya menanyakan keberadaan Aleta pada Chacha. Ini pertama kalinya untuk hari ini.

"Ada, tapi masih tidur di rumah. Ngantuk banget kayaknya" Jawab Chacha seadanya, dirinya harus bersiap untuk bertempur untuk acara lamaran malam nanti.

"Ma, kata Mas Akmal adek mau soto" Ranti menghampiri Chacha yang sudah duduk dihadapan para seserahan yang harus dirinya hias sedemikian rupa.

"Dibelakang kayaknya lagi bikin soto, bilang Uti adeknya minta dilainkan gitu" Ranti hanya mengangguk dan langsung beranjak.

"Athaya gak ikut, Mbak? "

"Nyusulin Abah ke sawah, mau ambil degan katanya"

"Enak tuh, sekalian suruh bawa banyak aja. Degan Abah siap panen kok"

"Telfon, jangan cuma ngomong"

"Iya ini juga bangun mau ambil HP di kamar" Mateo langsung berlalu menuju kamarnya.

"Ma, aku antar ini dulu ke Mas Akmal ya" Chacha hanya menoleh sekilas sebelum akhirnya mengangguk.

"Mbaaak, kata Atha nangkanya gak ada" Teriak Mateo dari kamarnya.

Levi yang kebetulan masuk langsung kaget mendengar teriakan Mateo, tanpa basa-basi dirinya langsung menghampiri adik angkatnya itu.

"Coba ulangi gimana tadi teriaknya ke mbak mu? " Tanya Levi.

Mateo sendiri kaget saat melihat Levi berdiri diambang pintu kamarnya.

"Maaf Mas"

"Minta maaf sama Mbak mu, bukan sama Mas" Levi berlalu begitu saja meninggalkan Mateo dengan rasa bersalahnya.

"Sayang, bilang Umi orang-orang tendanya udah dateng. Abah masih di sawah, gak bakalan balik cepet kalau Athaya sudah nyusul"

"Langsung di teras aja Mas. Biar ibu-ibu yang siapin makanannya. Suguhannya masih lengkap kan? " Chacha benar-benar menjelma menjadi tuan rumah saat ini.

"Kopinya tinggal separuh"

"Nanti aku buatin lagi, itu juga bawa keluar airnya Mas. Bawa sekardus aja dulu, kalau kurang nanti ambil lagi" Levi hanya mengangguk, istrinya masih tetap mendominasi seperti biasanya. Dan Levi mulai melihat itu dalam diri Aleta.

Aleta benar-benar akan menjadi sosok Izhaka yang sesungguhnya. Berbeda dengan Chacha yang terlihat begitu bar-bar, Aleta tampak lebih kalem. Namun, Legi juga tahu jika anak bungsunya itu sangat berbahaya daripada kedua kakak kembarnya.