NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Dua bulan telah berlalu.

Seminggu lalu sebuah pengumuman bagi calon Ketua Dance terpampang di mading sekolah. Sosok yang bernama Kalea menjadi salah satu kandidat yang terpilih dan akan bersanding dengan adik kelasnya.

Acara ini diadakan untuk menggantikan Hana yang masa waktunya sudah selesai sebagai Ketua Dance. Hanya tiga orang perwakilan yang dibutuhkan dari setiap kelas. Khusus kelas sebelas seluruhnya Kalea masuk sebagai nominasi dan dua lagi dari kelas sepuluh.

Dua jam berlalu, seluruh murid tengah menunggu hasil rapat dari dewan guru. Banyak penilaian penentu kelulusan dari gelar Ketua Dance Flavar tahun ini. Seperti kelenturan badan, kelincahan dan sebagainya.

Ribuan siswa tengah duduk di setiap kursi yang anggota osis sediakan. Terlihat disudut aula gerombolan most wanted sekolah ikut menyaksikan pemilihan ketua dance. Ketiga nominasi telah duduk didepan menunggu pengumuman para guru. Tak terkecuali Kalea tampak canggung di kursinya.

"Baiklah. Setelah melakukan rapat bersama dewan guru, saya selaku guru pembina kesenian mengumumkan pemenang Ketua Dance Flavar adalah—"

Hening.

Tidak ada suara yang terdengar sejak guru kesenian itu hendak membacakan hasil pengumuman dari acara saat ini.

"Kalea Ludovica dari kelas 11 IPS satu!!!

"Selamat, Nak, silahkan maju.." ujar guru tersebut dengan suara lantang mengema di setiap sudut aula.

"KALEA!!"

"Kalea!!"

"Lea!!"

Teriakan adik kelas dan para anggota dance Flavar begitu heboh dalam aula membuat semua murid tertawa gembira. Keantusiasan mereka kepada gadis itu membuat empat perempuan di ambang pintu aula menggeram, mengepalkan tangan tidak terima dengan keputusan yang berlangsung.

"Uwowow, semangat Kalea!"

"Jadi yang terbaik kedepannya ya!"

Gadis yang baru saja namanya diumumkan begitu keras, kelas dan lantang hanya bisa melotot tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan, tidak mungkin ia tuli.

Sorakan para siswa semakin riuh saat namanya mengalun di aula. Para siswa berdiri dari kursinya, lantas Kalea maju menyampaikan sepatah dua kata di hadapan semuanya.

Setelah selesai, ia kembali bersalaman dengan adik kelasnya juga para guru yang hadir sebagai tim juri saat itu.

Sosok yang duduk jauh di belakang sana mengerjapkan mata ketika gadis yang ia tatap ternyata begitu indah untuk dipandang. Ia sampai berpangku tangan menatap takjub objek diatas panggung tersebut membuat sudut bibirnya melengkung sempurna.

"Gue baru tahu adik lo secantik itu," kata Adit. Adit memegang sebuah buket bunga untuk Kalea. Mereka sama sekali tidak tahu menahu kalau Kalea akan menang dalam pemilihan ini mengingat persaingan untuk jadi ketua dance cukup sulit.

"Gue juga masih gak percaya dengan apa yang gue lihat. Kalea menerima jabatan sebagai ketua dance dalam waktu sebulan," sambung Bobby.

"Hana bukan sembarang orang yang menjadikan organisasi yang ia bangun selama tiga tahun ditanggungjawabi oleh orang sembarangan. Dia pasti punya pandangan berbeda memilih Kalea, adik gue sebagai ketua selanjutnya," ujar Zion.

Sementara jauh di depan sana, Kalea berdiri didepan panggung memakai selempang bertuliskan Ketua Dance Flavar dari Hana, ketua sebelumnya.

Semua orang mengabadikan moment dirinya. Para siswi bagian pengurus papan pengumuman sekolah juga mengambil banyak foto dirinya. Sementara Zion mulai mengangkat kamera yang bertengger di lehernya—fokus mengarahkan kameranya pada Kalea dari jarak jauh.

Senyum yang belum pernah Zion lihat dari Kalea. Sebuah senyum kebahagiaan yang membuat Zion merasa bangga pada adiknya. Satu moment yang tidak bisa dilupakan begitu saja ketika melihat adiknya begitu bahagia disana.

Kalea pun menuruni panggung menghampiri Letta dan Ana yang sudah tersenyum kegirangan. Kalea disambut dengan pelukan hangat dari kedua sahabatnya.

Tak lupa Hana juga mendekat kearah mereka, mengucapkan selamat pada Kalea. "Selamat iya Kalea. Kerja kerasmu ditunggu kedepannya ya dik," ujar Hana.

Kalea memeluk Hana sekali lagi. Ia tersenyum dan mengangguk pada Hana. Kemudian Hana memilih berlalu meninggalkan Kalea dan sahabatnya.

"Wow, selamat ya Ra. Akhirnya usaha kita gak sia-sia jadiin lo salah satu kandidat ketua dance di sekolah kita. Untung kita cepat-cepat daftarin lo kalau gak mungkin murid lain bakalan ambil kesempatan," kata Ana antusias.

"Makasih banyak ya, tapi lo berdua bantuin gue juga ya."

"Beres itu mah, gue tahu sedikit dance-dance gituan. Kapan pun lo mau gue bisa ajarin lo," jawab Letta tersenyum. Letta dulu adalah ketua dance di sekolahnya semasa SMP selama tiga tahun berturut-turut.

***

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, Dimas dan teman-temannya datang menghampiri mereka dengan raut wajah girang. Walau dengan penampilan sedikit berantakan Zion tetap percaya diri mendekati adiknya.

"Kalea?" panggilnya. Mendengar namanya disebut, gadis itu menoleh dan mendapati Zion, Gabriel juga yang lainnya tersenyum padanya.

"Baju kakak kenapa berantakan gini, sih? Berantem lagi ya?" tanyanya ketika melihat dua kancing seragam Zion lepas dan dasinya tidak ada di kerah cowok itu.

"Gerah dek, jadi kakak buka ajah tadi," jawabnya cengengesan.

"Foto bareng yuk, biar kakak kirim sama papa," ujar Zion lalu menarik pinggul adiknya agar lebih dekat dengannya. Setelah selesai, Zion membisikkan sesuatu di telinganya.

"Hadiah menyusul."

Melihat keakraban mereka membuat Gabriel membuang wajahnya kearah lain. Entah ini namanya cemburu dengan sahabat sendiri atau memang perasaan Gabriel saja. Ia berada diantara dua perasaan aneh.

"Udah woi, gue juga pengen foto sama yayang gue!" Adit menghempaskan lengan Zion dari pundak Kalea dan Zion dengan besar hati langsung menyingkir. Sekilas ia menatap Gabriel yang bengong memandang Kalea.

"Kayaknya GS cemburu liat lo gandeng Kalea," bisik Bobby pada Zion.

Apa sorot mata itu memang benar cemburu? Batin Zion.

"Gue juga, yaelah. Emang cuman lo doang Dit. Oh, ini Lea hadiah dari kita buat lo," sambung Bobby mendorong Adit kemudian memberikan buket bunga yang harusnya Adit yang kasih jadi Bobby.

***

Hembusan angin semilir menyapu bersih wajah tekuk Gabriel yang duduk di rumput taman belakang sekolah mereka.

Selepas acara tadi, GS dan Haris pergi ke taman belakang. Keduanya menghabiskan waktu mereka hanya berdua.

"Salah gak sih kalau gue marah sama seseorang?" tanyanya pada orang sebelahnya.

"Ini orang kesambet apaan tumben bangat nanya seuatu," ujar Haris dalam hati.

"Kasih gue alasan yang logis kalau lo pengen marah," balas laki-laki itu.

"Gue gak punya alasan."

"Lo cemburu sama Zion? Bilang ajah lo cemburu dari tadi juga gue udah curiga lihat ekspresi lo," kata Haris. Gabriel tersentak, tapi sayangnya ini bukan masalah itu tapi hal lain yang tidak bisa Gabriel katakan terus terang.

"Bukan. Ngapain juga gue cemburu. Gue udah biasa lihat begituan."

"Lo gak bisa bohongin gue. Ge tahu anak-anak lain memang jauh lebih tahu diri lo, terlebih Bobby. Tapi, soal perasaan gue juga pernah ngalaminnya," jelas Haris panjang lebar.

"Gue sedikit risih," tukas Gabriel.

"Bukan risih, tetapi lo cemburu tepatnya."

Lagi-lagi Haris membenarkan perkataan Gabriel yang tak jujur pada dirinya sendiri.

"Kalau lo suka bilang ajah langsung. Gak baik buat kesehatan kalau mendam mendam perasaan, apalagi kalau sampai lama."

"Lo gak lagi curhat kan?" tanya Gabriel bertanya balik—memastikan temannya itu tak seperti biasanya yang selalu diam tentang hal apapun yang terjadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!