NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Selama tiga hari berturut-turut Dirga selalu menjaga Tiara di rumah sakit. Menemaninya tidur, menyuapinya makan, membantunya minum obat, dan menuruti segala keinginan Tiara. Satu-satu hal yang tidak dilakukan Dirga yaitu membatu Tiara mandi dan berganti pakaian. Kegiatan itu lakukan oleh suster dan di bantu Parti atau Mbok Ijah. Kali ini Dirga baru selesai menelefon Tomi dan kembali menunggu Tiara.

Cklek.

Pintu ruang perawatan terbuka. Mbok Ijah keluar dan menghampiri majikannya. “Tuan, Nona Tiara sudah selesai, Anda bisa masuk sekarang! Saya akan segera pulang!” ucapnya lalu tersenyum dan merasa bahagia dengan sikap Dirga yang begitu perhatian dengan Tiara belakangan ini.

“Baik Mbok, apa Mama siang ini mau ke sini?” tanya Dirga.

“Kurang tahu, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?” Mbok Ijah masih berdiri di hadapan Dirga. Menunggu titah dari pria itu.

“Kalau bisa aku ingin Mbok Ijah atau mama Siang ini datang ke rumah sakit untuk membawa lontong dan sate kesukaan Tiara, kasihan dia bosan dengan menu rumah sakit,” pinta Dirga.

“Baik Tuan!” Mbok Ijah kembali tersenyum sikap Dirga sekarang beda jauh dengan waktu itu. Waktu membawa Tiara ke Villa pertama kali. “Ada lagi?” tawarnya.

“Tolong siapkan kamar di lantai bawah, Mungkin dokter akan mengizinkan Tiara pulang sore ini, semoga saja!” pintanya.

“Baik Tuan, aku akan menyiapkan kamar di lantai bawah, bagaimana kalau kamar yang dulu ditempati Nona Tiara kamar yang dekat dengan taman belakang!” Mbok Ijah merekomendasikan kamar itu, karena Tiara pernah menginap di sana. Terlebih kamar yang dekat taman belakan tersebut, adalah satu-satu kamar terluas di lantai bawah.

“Ya, Mbok!”

“Baik Tuan saya pulang sekarang!”

Dirga menganggukkan kepala kemudian masuk ke dalam ruang perawatan Tiara. Ia duduk di sofa yang berada tepat di sebelah Tiara.

“Kamu mau makan sekarang?” Dirga melihat ke nampan sarapan pagi milik Tiara yang masih utuh.

“Tidak aku baru saja makan roti yang di bawa Mbok Ijah, dan aku juga baru saja minum obat! Kenyang sekali!” Tiara menepuk perutnya .

“Kalau begitu kamu harus tidur sekarang! Mengganti tidurmu yang semalam!” titah Dirga. Mengusap pipi sang istri.

“Siapa bilang semalam aku tidak tidur,” protesnya.

“Tiara, semalam kamu memang tidur, tapi aku tahu kamu terjaga jam satu pagi dan tidak tidur lagi! Aku tahu kamu menatapiku yang tertidur di sofa. Bukankah begitu?” goda Dirga dengan senyum merekah di bibirnya.

“Tidak, Anda mengarang cerita suamiku!” Tiara mengelak sambil menggelengkan kepalanya.

“Mengaku saja!” Dirga meraih buku yang berada di tangan Tiara.

“Tidak aku tidak melakukannya!” Tiara tersipu. Ia yakin semalam Dirga hanya pura-pura tertidur karena mengetahui apa yang di lakukannya semalam.

Dirga tidak menjawab. Ia hanya menatap Tiara dengan dalam. Mulai merasakan ada sesuatu yang bermekaran di dalam hatinya. Mungkin kini ia telah jatuh hati dengan Tiara. Benar apa yang dikatakan Tomi, ia tidak bersandiwara lagi, karena nyatanya kini ia mulai menyukai dan mencintai gadis itu. Dengan kejujuran dan sikap apa adanya, Tiara mampu membuat nya kembali percaya menjatuhkan hatinya pada seorang wanita.

“Jangan menatapku seperti itu,” ungkap Tiara masih tersipu.

Dirga tak berkedip dan mulai membacakan buku cerita untuk sang istri.

Tiara menguap bukan karena suara atau isi cerita yang dibacakan Dirga membosankan. Namun, karena pengaruh obat yang baru saja diminumnya.

Seperti lagu nina bobo, suara Dirga mampu membuat Tiara tertidur. Kemudian Dirga menutup buku yang baru saja dibacanya. Setelah itu ia kembali menjaga Tiara yang tertidur.

Ponsel milik Dirga berdering ada panggilan telefon dari Vania, teman sekaligus adik dari sekretarisnya.

“Halo,” sapa Dirga seraya bergerak menjauh. Ia memilih berdiri dekat kaca agar tidak mengganggu Tiara yang sudah tertidur pulas.

“Apa bisa kita bertemu? Ada yang ingin aku tanyakan!” pinta Vania.

“Katakan saja sekarang, aku sibuk dan tidak bisa menemui sembarang orang!” tolak Dirga, ia tidak siap bertemu dengan Vania. Menghindari pertemuan dengan sepupunya yang pasti akan menyudutkannya karna sudah berpura-pura membohongi Tiara.

“Tidak, kita harus bertemu!” desak Vania.

“Aku bilang tidak bisa!” tegas Dirga. “Suruh Tomi untuk menyampaikannya! Besok aku sudah berangkat kerja!” usulnya.

“Baik besok aku akan menemuimu di tempat kerja!” Vania mengakhiri panggilan telefon begitu saja.

* *

Sore harinya, dokter Edo masuk ke ruang perawatan Tiara. Untuk memeriksa keadaan pasiennya.

“Bagaimana keadaan Tiara, dok?” tanya Dirga seraya mendekat ke arah pria berjubah putih itu.

“Keadaan pasien sudah membaik, hasil dari rontgen dan CT scan juga bagus, tidak mengalami cedera yang parah. Hanya bekas jahitan di punggung yang belum kering,” jawab sang dokter seraya melihat catatan kesehatan pasien.

“Jadi apa Tiara bisa pulang hari ini?” tanya Dirga lagi. Tiga hari tiga malam tidur di rumah sakit sungguh tidak nyaman. Jika hari ini keadaan Tiara sudah membaik ia akan segera membawanya pulang dan menyuruh dr. Syam untuk merawatnya.

“Tentu,” jawab pria itu.

“Baik dok, terima kasih!”

“Sama-sama!” Pria berjubah putih itu keluar dari ruang perawatan Tiara.

Dirga berbalik, melihat ke arah Tiara yang membuang nafas lega. Merasa senang karena diperbolehkan pulang.

“Kita akan pulang, Tiara! Bagaimana keadaan punggungmu, bagaimana luka jahitnya!” Dirga perlu tahu apa yang di rasakan Tiara. Tidak ingin istrinya merasa kesakitan ketika sampai di rumah. Sang mama pasti akan marah besar. Sampai detik ini saja, Nyonya Rani mengacuhkannya karena melihat Tiara terluka.

“Sudah tidak apa-apa, asal aku tidak tidur terlentang semua aman!” sahut Tiara seraya mengacungkan jempol tangannya.

“Baiklah kita pulang hari ini!”

Tiara menganggukkan kepala.

Tiga puluh menit kemudian, setelah Tomi menyelesaikan administrasi perawatan Tiara. Ia menghampiri Dirga dan Tiara, ketiganya berjalan menuju area parkir rumah sakit.

Dirga dengan protektif menjaga Tiara, selalu membawa jemari tangan sang istri dalam genggaman tangannya.

Tomi duduk di belakang kemudi, sementara Dirga dan Tiara di kursi belakang.

“Tuan, kita berangkat sekarang, tolong pakai sabuk pengamannya!” pinta Tomi.

Dengan perlahan Dirga memasang sabuk pengaman untuk sang istri, lalu untuk dirinya sendiri. “Berangkat sekarang,” ujarnya. Sesekali melihat ke arah Tomi berharap pria itu tidak banyak bicara dan tidak berniat mengungkapkan sandiwaranya pada Tiara sampai kapan pun.

Mobil mulai berjalan menjauhi area parkir rumah sakit. Tomi mengemudian mobilnya dengan kecepatan sedang. “Tuan, ada yang ingin saya sampaikan!” ucap Tomi mengawali pembicaraan.

“Ada apa, kalau masalah pekerjaan kita bahas di kantor saja!” Sebelum melihat Tiara sembuh, rasa bersalahnya tidak akan berkurang. Tentu saja ia hanya ingin fokus dengan Tiara. Tidak perlu membahas masalah pekerjaan ketika sedang tidak berada di kantor, di jam kerja.

“Ini bukan masalah pekerjaan, ini mengenai Kim Foundation dan Kim Cooperation yang tiba-tiba ingin menemui Anda secara pribadi, Dan mereka bersedia mengalah untuk proyek pembangunan taman kota! Bahkan sebelum saya menghubungi mereka secara pribadi! Bukankah itu sangat aneh!” Sekilas ia melihat pantulan wajah sang bos di spion. Menurutnya ini bukan masalah pekerjaan, pasti ada hal penting mengapa pemilik perusahaan besar di tingkat Asia itu mau menemui pewaris Abraham Group secara pribadi.

Dirga memijit keningnya. Benar ini yang diucapkan Tomi ini sangat Aneh! “Apa mungkin mereka akan menjalin kerja sama?” tanya Dirga. Itu seperti hal yang tidak mungkin karena dua tahun silam, Kim Coorporatian dan Kim Foundation. Jelas-jelas menolak tawaran untuk bekerja sama.

“Tidak Tuan, mereka hanya ingin menemui Anda secara pribadi!” jelas Tomi.

“Apa mereka tidak mengatakan tujuannya?” Dirga melihat ke arah Tiara yang memasang telinga mendengar percakapan antara dirinya dan Tomi.

“Tidak, mereka hanya mendesak agar segera menjadwalkan pertemuan! Bagaimana, apa Anda bersedia menemui mereka?”

“Tentu, aku ingin menemui mereka, aku penasaran apa tujuan mereka bertemu denganku!” Si Pak Tua pemilik Kim Coorporation dan Kim Foundation itu tidak mungkin berubah pikiran dan ingin menjalin kerja sama bukan.

“Baik, saya akan menjadwalkan pertemuan dengan mereka minggu depan!” sahut Tomi. “Nona Anda baik-baik saja kan?” tanya Tomi yang memperhatikan Tiara hanya diam saja sejak tadi.

“Ia, saya baik-baik saja, sekretaris Ken!”

Gerbang utama kediaman keluarga Abraham terbuka, mobil masuk ke dalam dan berhenti di area parkir. “Jangan pulang dulu! Kita bicara sebentar!” pinta Dirga yang mulai khawatir dengan ancaman Tomi kemarin.

“Iya Tuan!”

Dirga keluar dari mobil, lalu menggendong Tiara. Membawanya ke dalam rumah. Sementara Tomi hanya memperhatikan dari kejauhan. Ia bisa merasa ada perubahan dalam diri Dirga sepertinya bos-nya itu sudah benar-benar jatuh hati pada Tiara.

Tak sampai lima belas menit. Dirga keluar ke beranda, menemui Tomi yang masih menunggunya.

“Ini mengenai Tiara!” Dirga mengawali pembicaraannya.

“Iya Tuan, kenapa dengan Nona?”

“Tolong jangan katakan apapun dengan Vania, tenang perbincangan kita kemarin!” pinta Dirga.

“Tidak, Tuan! Saya tidak mengatakan apapun!”

“Kamu benar Tom! Sepertinya aku mulai jatuh hati pada Tiara! Mulai detik ini aku akan berusaha membahagiakannya dan membuatnya nyaman saat berada di dekatku,” tutur Dirga mengakui perasaannya.

Tomi tersenyum diam-diam. Lucu juga melihat Dirga yang selama ini sedemikian kuat menolak dan menyangkal perasaannya. Kini mengakuinya. “Benarkah? INI bukan sandiwarakan? Anda tidak sedang membohongi aku kan?” telisik Tomi.

“Tidak, Aku jujur!” Tomi

“Kalau begitu Anda salah Tuan!” seru Tomi menggelengkan kepala seraya tersenyum.

“Apa yang salah?”

“Utarakan semuanya pada Nona Tiara bukan denganku!”

Tomi tersenyum lagi.

“Ah, iya kamu benar!”

“Iya Tuan! Apa hanya itu? Aku pamit sekarang!” izinnya.

“Ya!” Dirga menganggukkan kepala! Kemudian, ia masuk ke dalam rumah. Ingin kembali menemui Tiara.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!