Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 17.
Sebelum siang Agam sudah menyelesaikan meeting, lebih cepat dari biasanya. Rama mengikuti sang Tuan menuju Ruangan Direktur. Meski hanya menduduki posisi CEO (Chief Executive Officer) karena sang Daddy belum menyerahkan tampuk kekuasaan penuh padanya, Agam sudah menempati ruangan orang nomor satu di perusahaan Raksa Group.
"Daddy mengetahuinya"
Agam terlihat berdiri menghadap dinding kaca yang menampilkan pemandangan luas seluruh keindahan pusat kota, dengan ke-dua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
Rama sebagai orang satu-satunya yang ada di ruangan tersebut hanya diam. Tapi ia mengerti kemana arah pembicaraan sang Tuan. Tuan Besar-Dad Jon telah mengetahui sesuatu dan Rama yakin itu yang sekarang mengusik pikiran sang Tuan.
"Entah sejauh apa dia mengetahui tentang Hena," Agam berbalik dan menatap pada Rama. "Aku ingin kau hapus surat perjanjian itu"
"Bagaimana dengan kesepakatan dengan Nona Hena?"
"Aku yang akan mengurusnya"
Agam berjalan menuju meja kerjanya, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. lalu melangkah mendekat pada Rama.
"Kau sudah membuat janji kan?" tangan Agam bergerak seakan meminta sesuatu. "Aku akan menemuinya sendiri"
Mendengar itu, Rama dengan cepat memberikan kunci mobil pada Tuannya.
"Kirimkan lokasinya padaku"
Setelah mengatakan hal itu pada asistennya-Rama. Agam meninggalkan perusahaan Raksa Group dengan mengendarai mobilnya sendiri.
Sepanjang jalan pemilik wajah rupawan bak pahatan patung dewa Yunani itu hanya fokus mengemudi, tidak ada hal berarti yang ia lakukan selain meletakan ujung sikunya di tepi jendela dengan tangan yang setengah mengepal di bawah dagu.
*
*
*
Bunga putih yang tumbuh merambat di setiap dinding dan kerangka menyerupai sangkar burung menjadi latar Hena saat melakukan Photoshoot busana dari ATNA Fashion.
Ada lima busana yang Hena kenakan silih berganti. Busana tertutup dengan sentuhan etnik dalam negri. Sesaat hena terlihat mengenakan lingkaran bunga putih diatas kepalanya sebagai pelengkap aksesoris pendukung dalam melakukan pengambilan gambar, berganti tiara kecil yang indah berwarna merah muda, hingga memakai surban yang tidak menutup sempurna.
"Oke. Selesai," kata sang fotografer. Ia menurunkan kameranya dan menatap pada Hena. "Terimakasih atas kerjasamanya"
Hena tersenyum dan menyambut uluran tangan Pria yang sesaat lalu berperan mengabadikan semua pose Hena dalam bidikan kamera.
"Kau lelah?" Jini segera menghampiri Hena karena melihat pengambilan foto telah selesai. "Kita makan siang dulu baru kembali"
Hena terlihat memberi anggukan, membawa langkah menuju ruang ganti. Ia akan mengenakan pakaiannya kembali, lalu makan siang sesuai dengan apa yang Jini jadwalkan setelah itu kembali ke apartemen agar bisa beristirahat.
"Tadi ada yang menghubungi ponselmu," ucap Jini memberitahu seraya tangannya bergerak membantu Hena melepas sorban yang menghiasi kepalanya. "Katanya si Agam Agam itu ingin bertemu"
Hena menatap pada Jini melalui cermin besar yang ada di hadapannya. "Mungkinkah surat perjanjiannya sudah jadi?" tanya Hena dalam benaknya.
Saat ini sangat sulit bagi Hena mengatakan yang sebenarnya pada Jini. Tentang Agam yang memberikan kesepakatan atas tawaran asmara settingan yang akan mereka lakukan. Di ruangan ini tidak hanya ada Hena dan Jini tapi juga ada para kru dari ATNA Fashion.
Akhirnya Hena tidak memberikan respon lagi terhadap apa yang Jini katakan, ia mengangguk saja dan melanjutkan kegiatannya untuk berganti pakaian.
Suara berisik para kru wanita yang ada di lokasi pemotretan mulai terdengar. Tidak hanya itu, mereka juga terlihat saling berkumpul dan berbisik layaknya bergosip membicarakan hal yang nampaknya sangat menggemparkan.
Berdiri diam di samping mobilnya, sosok yang menjadi objek para kaum hawa bergosip itu terlihat tidak peduli dengan seberapa banyak mata yang kini mengarah padanya.
Mata tajam berwarna grey itu dengan setia mengawasi dari jauh pintu yang bertuliskan ruang ganti BA. Seakan menunggu seseorang yang akan keluar dari sana. Hingga beberapa menit berlalu apa yang ia harapkan menampakkan dirinya.
Tubuh tegap berbalut setelan jas berwarna abu-abu muda itu terlihat mendekat pada seseorang yang telah ia tunggu. Sepanjang langkahnya tak luput dari perhatian orang-orang yang ada di sana.
"Hena"
Hena yang merasa namanya disebut menghentikan pembicaraannya pada Jini. Ia menoleh pada Pria yang kini berdiri tepat di hadapannya. Wajah cantik itu terlihat datar.
"Bisakah aku bicara dengan Hena, hanya berdua," ucap Pria tersebut. Ia seakan memberikan kode secara tidak langsung agar Jini bisa meninggalkan mereka. "Aku tidak ingin mencuri perhatian orang-orang di sini"
Jini yang mendengar kalimat itu hendak menyanggah dengan cepat, namun sentuhan Hena pada lengannya membuatnya urung. Ia membiarkan Pria itu membawa Hena.
"Apa berita pernikahan itu benar?"
Pertanyaan yang meluncur dari Pria pemilik mata grey itu tidak membuat Hena mengalihkan pandangannya yang tetap fokus pada tanaman rambat yang memenuhi dinding pagar hampir keseluruhan taman.
"Beri aku waktu. Aku akan membereskan pertunanganku"
Hena menatap pada dia yang dari tadi terus bersuara. Pria yang pernah menjalin hubungan dengannya atas nama cinta. Pemberi warna bahagia sekaligus luka, Samuel Harvey.
"Tidak perlu," raut pemilik wajah cantik itu kini sukar ditebak. "Hubungan kita sudah selesai"
"No!! Aku tidak pernah mencintai Jihan" Sam mendekat pada Hena, meraih tangan kekasihnya namun dengan cepat Hena menghindar. "Aku mohon, jangan seperti ini"
"Aku rasa tidak ada yang perlu lagi kita bicarakan"
Hena melangkah setelah puas menatap Sam dalam diamnya. Ia benar-benar tidak berekspresi apa pun. Raut wajahnya tenang dan itu semakin membuat Sam takut.
Mantan kekasih yang belum menerima status sebagai mantan itu terlihat mengejar langkah Hena yang pergi menuju parkiran. Sam tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bicara pada kekasihnya, ia sangat mencintai Hena.
"Hena!"
Pemilik surai hitam itu seakan tak mendengar, ia tetap membawa langkahnya menuju parkiran. Menurutnya semua sudah berakhir dan tidak memerlukan penjelasan.
"Hena!"
Panggilan itu berhasil menghentikan langkah Hena, membuat Sam mempercepat langkahnya untuk mendekat.
Mata dark hazel itu kini fokus pada ia yang baru saja keluar dari mobil BMW hitam 430i, berdiri tegak dengan kedua tangannya tersimpan dalam saku celana tepat di hadapannya.
"Sayang..."
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣