NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 3

SKUAT INDIGO 3

Status: tamat
Genre:Horor / Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Perperangan / Keluarga
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Akbar mendapatkan sebuah undangan dari Kerajaan Laut Selatan. Kali ini ia akan berpetualang dalam sebuah misi yang membawanya menjelajahi dalam luasnya lautan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 TAMPIL DALAM PEPERANGAN

Niatnya hanya menonton saja tapi akhirnya kecemplung juga dalam pertempuran. Tidak ada yang tahu kehadiran manusia itu berpihak pada siapa karena ia di sana untuk misi rahasia yang diharuskan menyembunyikan identitasnya.

Sedang hikmat-hikmatnya melihat pertunjukkan perang secara langsung yang penuh ketegangan dan serba mengerikan itu. Tiba-tiba Akbar harus bangkit dari tempat persembunyiannya karena datang menghujam ke arahnya panah-panah yang ditembakkan secara sengaja.

Akbar yang memang dari awal tidak berniat untuk ikut bertarung berbalik arah dan memilih pergi menyudahi kegiatan menonton secara diam-diam untuk melanjutkan perjalanan pulangnya meninggalkan lokasi pertempuran. Tapi situasinya tidak semudah itu ketika kehadirannya di medan tempur sudah terdeteksi diketahui oleh lawan. Dua prajurit dari Atlantik menghadang lajunya. Tanpa ada kata-kata kedua jin laut itu langsung menyerang Akbar berniat membunuhnya. Dihadapkan pada situasi hidup dan mati Akbar pun memutuskan untuk melawan sembari menguji daya tahan dan kekuatannya jika bertarung di dalam lautan.

Dengan menggunakan jurus bola-bola air yang diajarkan oleh Mos ia masih bisa mengimbangi serangan dari dua prajurit Atlantik yang menjadi lawannya itu. Namun pertarungan yang asik itu juga harus dibayar oleh Akbar dengan resiko yang lebih besar. Kini satu-satunya manusia di lautan itu sudah berada di tengah-tengah lingkaran peperangan. Dua lawannya itu berhasil menggiringnya masuk ke dalam area duel maut tersebut.

Andai saja ia diizinkan menggunakan Pusaka Tongkat Sakti yang diberikan oleh Sang Ratu Laut Selatan pada pertarungan bebas ini pasti ia bisa unggul dengan mudah menghadapi prajurit-prajurit kerajaan itu. Sialnya lagi Akbar yang tidak terindentifikasi ikut pihak yang mana harus bertarung dengan pasukan dari kedua kubu sekaligus yang tanpa pandang bulu melihatnya hanya sebagai musuh dari kedua belah pihak.

Akbar terdesak dengan serangan yang bertubi-tubi datang kepadanya. Hantaman, senjata-senjata, bermacam-macam jurus datang dalam jumlah yang besar yang berasal dari banyaknya lawan tanding yang menyerang dirinya. Akbar yang hanya seorang diri kewalahan jika harus bermain aman. Berada dalam situasi inilah alasan mengapa ia menyempatkan dirinya pergi ke Gunung Berapi yang telah tenggelam untuk menemui Naga Api yang sangat mendukungnya dengan keberadaanya di dalam lautan dengan memberikan Akbar sebagian kekuatannya berupa jurus mematikan yang tidak mungkin dimiliki oleh makhluk laut. Dan tentu saja jurus itu sangat menakutkan bagi para jin-jin air.

Jurus Semburan Lahar Api. Dari kedua telapak tangannya Akbar menembakkan lahar api panas yang mematikan. Seketika lawan-lawan yang berhadapan dengannya jatuh mati terkena ajian yang panasnya tidak tertembus dingin air dalam lautan itu. Musuh-musuh yang sebelumnya mencecar dan mengincar dirinya menjauh pergi setelah mengetahui jurus sakti yang dimiliki oleh manusia itu. Tapi kepergian prajurit-prajurit kecil itu tidaklah serta merta membuatnya untung. Justru lawan-lawan yang lebih tangguh bersiap-siap untuk datang kepadanya setelah mengetahui Akbar bisa mengeluarkan semburan lahar api.

“Kita bertemu lagi wahai manusia”,

“Rupanya kau adalah mata-mata dari Atlantik”,

“Mana kalung jangkar emasmu itu?”,

“Bersiaplah aku akan datang membunuhmu. Kali ini aku tidak akan ragu-ragu”,

Ucapan itu datang dari Hiu Putih besar yang tempo hari ia temui di lautan Hindia. Kini pertarungan keduanya tidak mungkin terelakkan.

Akbar dibuat ketar-ketir dengan serangan kilat yang selalu datang dari jin tua tipikal predator itu. Ia tidak sempat mengambil jeda untuk mengeluarkan serangan dengan jurusnya karena baru saja menghindari tergapan moncong hiu bergigi tajam itu selayang pandang Hiu Putih besar itu sudah menyerangnya lagi.

Pada akhirnya Akbar sudah tidak bisa lagi bertahan. Gerakannya yang mulai melambat seiring tenaganya yang mulai terkuras membuatnya tertangkap. Meski badannya berhasil menghindar tangan kirinya tertinggal. Lengan kiri Akbar terterkam moncong Hiu Putih itu. Tapi yang mengejutkan rahang kuat dan gigi tajam petarung lautan itu tidak mampu merobek lengan Akbar yang sudah memakai Jubah Buaya untuk melindungi tubuhnya. Jikalau tahu kekuatan jubah pelindungnya begitu dahsyat maka dari awal Akbar akan bertarung dengan leluasa tanpa khawatir serangan lawan melukainya.

Tidak ingin kehilangan momentum tangan Akbar yang masih berada di dalam mulut hiu itu pun langsung menembakkan semburan lahar api yang seketika membuat tubuh Hiu Putih besar itu meledak hancur berhamburan.

Satu lawan tumbang lawan yang lain berdatangan. Siluman Penyu menyerang Akbar dari arah buta. Penyu seukuran manusia itu menyeruduk dengan kepala merahnya memakai helm tempur bertanduk dari arah belakang. Mengejutkan dan tepat sasaran. Akbar terpental dan terjatuh menerima serangan yang berhasil membuat sakit sekujur tubuh hingga nyeri ke tulang-tulangnya. Akbar yang masih terbaring di dasar pasir lautan itu kembali dikejutkan dengan serangan kejutan lainnya. Belum sempat ia bangkit tiba-tiba pasir putih itu bergerak menguncinya.

Dari balik pasir itu adalah Siluman Ikan Pari yang langsung menyerang dengan cara mengunci tubuh mangsanya dalam sekapan jurus selimut tubuh Siluman Ikan Pari yang lengket yang langsung membuat lawannya tidak bisa berkutik. Ikan Pari Siluman itu lalu membawa Akbar yang kini hanya bisa pasrah tidak bisa berbuat apa-apa berdiri di dalam perairan. Ia memposisikan manusia itu layaknya sebuah target yang siap untuk dibinasakan. Dari arah jauh berlawanan Siluman Penyu kembali datang dengan serangan yang sama. Kini yang disasarnya adalah tubuh bagian depan manusia itu. Artinya Akbar hanya tinggal menunggu ajal.

Dalam posisi terjerat mati tidak bisa berkelahi hanya matanya yang masih bisa ia fungsikan. Ia melihat Penyu itu semakin dekat datang dengan semakin cepat. Tanduk dari helm tempur yang dikenakannya mengarah tepat ke jantungnya. Akbar menghela nafas dalam dengan susah payah karena memang kuncian sekapan Ikan Pari itu sangatlah kuat. Ia berharap jantungnya yang telah dilindungi Teratai Emas tidak akan hancur dihantam serudukan Penyu itu seperti kuatnya ajian Jubah Buayanya.

Sebelum bayangan terburuknya itu terjadi tiba-tiba sesuatu diluar dugaan yang menyelamatkan dirinya terlihat di depan mata. Siluman Penyu itu tidak pernah sampai di hadapannya. Penyu itu terlebih dahulu diterkam oleh gigitan buas yang meremukkan tempurungnya lalu melemparnya jauh-jauh dalam buangan kematian. Dia adalah Buaya Tua penghuni Kebun Binatang Gembira Ria yang memutuskan untuk datang turut ambil bagian dalam peperangan di Samudra yang dahulu menjadi tempat tinggalnya.

Siluman Ikan Pari yang ikut menyaksikan pasangan bertempurnya itu takluk menjadi lengah. Memanfaatkan kelalaian ini Akbar pun bisa meloloskan diri dari kuncian yang mengendur itu. Tanpa berlama-lama Akbar berbalik badan lalu menyerang musuhnya itu dengan Semburan Lahar Api yang langsung melubangi tubuh Pari itu hingga membuatnya terhanyut mati.

“Ayo bergegas cari musuh yang lebih kuat sebelum kehabisan”, kata Buaya Tua dengan sombong meninggalkan Akbar menuju ke dalam area pertempuran yang masih ramai.

“Terimakasih wahai Buaya Tua”, ucap Akbar.

Akbar pun dengan penuh semangat ingin lanjut bertarung. Apalagi setelah dilihatnya kubu dari empat kerajaan aliansi tengah berada di atas angin. Ia melihat Krok sang Gurita Raksasa yang telah tumbang. Pasti ini berkat keberhasilan misinya juga yang telah membebaskan jiwa-jiwa manusia yang menjadi bahan bakar bagi monster laut itu. Kehilangan sumber kekuatannya membuat senjata utama Atlantik itu tidak terlalu sulit untuk dikalahkan.

Baru saja mau menyusul Buaya Tua ke medan perang laju Akbar kembali dihentikan. Kali ini oleh lilitan kencang yang mengunci seluruh pergerakannya. Rupanya itu adalah Nyi Rongrong yang telah berubah wujud menjadi ular raksasa seutuhnya.

“Dasar manusia apa yang kau lakukan di sini?”, tanya Nyi Rongrong.

“Aku hanya membela diri”, alasan Akbar.

“Kenapa kau tidak memakai kalung pemberian dariku?”, tanya Nyi Rongrong.

“Maafkan aku. Aku menghilangkannya”, Akbar berkilah.

“Dasar bodoh”, Nyi Rongrong geram.

“Pulanglah sana ke alammu. Tugasmu di sini sudah selesai”, perintah Nyi Rongrong.

Akbar pun dilemparkan kuat-kuat oleh Panglima Perang Kerajaan Laut Selatan itu menjauh dari medan pertempuran yang sudah mendekati akhirnya itu. Sudah bisa dipastikan kekalahan berada di pihak Kerajaan Samudra Atlantik yang artinya petaka yang lebih besar yang mengancam dunia laut dan bumi berhasil dihentikan.

Akbar pun melanjutkan perjalanan pulangnya. Nafsu berkelahinya dengan mentah-mentah dihempaskan oleh Nyi Rongrong yang tidak ingin manusia itu terlibat lebih jauh lagi diluar misi yang diembannya. Akbar pun kembali ke Kerajaan Laut Selatan sebelum benar-benar pulang ke daratan. Ia berpamitan dengan Sang Ratu sekaligus untuk mengembalikan Pusaka Tongkat Sakti yang dipinjamkan kepadanya selama misinya tersebut. Melalui Sang Ratu seluruh penghuni Samudra mengucapkan terimakasih kepada manusia pilihan itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!