"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Malam telah datang, tapi kesedihan Ibu Isa masih ada. Wanita paruh baya itu duduk di meja makan dengan pandangan melamun. Dia memikirkan masa depan.
"Bagaimana kami bisa makan nanti, kalau mata pencaharianku sudah hancur tanpa sisa. Modal usaha sudah tidak ada, dan tabungan juga sudah menipis karena untuk mondar-mandir saat Daniel masuk rumah sakit. Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" Ibu Isa mengeluarkan keluh kesahnya di dalam hati. Tanpa terasa air matanya menetes tanpa diminta. Hatinya sangat sedih dan pikirannya sangat kacau.
Paolo memperhatikan dari kejauhan, menatap punggung Ibu Isa terlihat bergetar, menandakan kalau wanita paruh baya itu tengah menangis. Tanpa terasa air mata Paolo ikut merembes keluar ketika mendengar suara hati Ibu Isa. Paolo mengusap air matanya dengan cepat. Bibirnya tersenyum, pipi gemoy-nya terkembang, nyaris menutup matanya. Berusaha menenangkan diri sebelum mendekati Ibu Isa.
"Ibu, sudah selesai makan?" Paolo bertanya sambil mengambil piring sisa makan Ibu Isa yang masih tergeletak di atas meja.
Ibu Isa tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara putranya. Dia segera menghapus air matanya sambil tersenyum tegar.
"Biar ibu saja yang mencucinya," cegah Ibu Isa seraya mengambil alih piring yang sudah di pegang Daniel.
"Tidak apa-apa, Bu. Biar aku saja. Ibu pasti lelah, istirahat saja." Paolo tidak memberikan piring kotor yang sudah dia pegang. Kemudian berjalan menuju wastafel cuci piring. Kebetulan ruang makan dan dapur menjadi satu ruangan tanpa sekat.
"Terima kasih, Dan." Ibu Isa tersenyum sembari menatap punggung putranya yang sudah berdiri di dekat wastafel cuci piring.
"Bagaimana caranya mencuci piring? Apa sabunnya harus di tuang ke piringnya lebih dulu? Atau di tuang ke spons?" Paolo sempat bingung sambil menatap piring, sabun, dan spons cuci piring. Seumur hidupnya dia tidak pernah mencuci piring atau melakukan pekerjaan rumah lainnya.
"Mungkin menuang sabuh ke piringnya lebih efektif. Baiklah, mari kita lakukan." Paolo bergumam sambil menuangkan sabun cukup banyak ke permukaan piring, barulah setelah itu menggosoknya dengan spons. "Sangat mudah sekali," ucap Paolo dengan bangga.
Ibu Isa beranjak berdiri, menatap curiga pada putranya ketika mencium aroma sabun yang kuat. "Astaga, Dan! Kenapa wastafelnya di penuhi sabun? Kau memakai berapa banyak sabunnya?"
"He he he, aku menuang hampir setengahnya," jawab Paolo nyengir kuda.
Ibu Isa langsung lemas mendengar jawaban putranya. "Biar ibu saja. Kamu belajar saja sana." Meski Ibu Isa kecewa dan marah pada putranya, dia tetap berbicara lembut dan penuh kasih sayang. Sabun yang seharusnya untuk satu minggu pemakaian, menjadi satu detik saja di tangan putranya.
Sadar kalau Ibu Isa kecewa dan marah, maka Paolo segera meminta maaf kepada wanita paruh baya itu.
"Ibu, aku minta maaf," ucap Paolo sambil menggantungkan kedua tangannya yang dipenuhi buih sabun.
"Iya, iya. Ibu sudah maafkanmu. Memakai sabun ini satu tetes saja sudah berbusa, jadi tidak perlu memakai banyak-banyak," jelas Ibu Isa dengan lembut pada putra tunggalnya itu.
"Iya, Bu, sekali lagi maafkan aku," ucap Paolo penuh sesal.
Ibu Isa menatap putranya dengan heran, "Setelah bangun dari koma, kenapa kamu seperti orang asing di mata Ibu, Dan? Sikapmu sangat aneh. Jika kau benar amnesia, tapi kau tidak harus sesungkan ini kepada ibumu sendiri." Ibu Isa mengeluarkan kecurigaanya yang selama ini dia rasakan.
Paolo terdiam, tapi juga terkejut mendengar ucapan Ibu Isa. Dia bingung akan menjawab apa.
SMG GAK KETAHUAN BISA NGAMUK PAPA ARION
KASIH MAKANAN ATAU HADIAH APA KESUKAANNYA TANYA VITT