Wan Yiran berjuang melepaskan rantai emas yang mengikat tangan dan kakinya. Kondisi Wan Yiran yang sedang tidak berdaya membuat Putra Mahkota Kong Welan segera membaca mantra Penghancur Jiwa hingga panah emas muncul dari tangannya, hanya butuh beberapa detik hingga panah itu melesat cepat menancap di Jantung Wan Yiran.
Wan Yiran terjatuh di tanah dalam kondisi sekarat, matanya hanya menatap pria yang dicintainya Jendral Muda Lin Haoran, namun sorot mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan raut iba padanya.
Yiran kehilangan kedua orang tua dan kakaknya yang dihukum mati oleh kaisar karena kasus pembunuhan yang dilakukan keluarganya. Kini Wan Yiran juga harus mati mengenaskan karena rasa dendam di hatinya yang membawa dirinya menjadi wanita iblis.
~Wan Yiran terbangun dan menyadari semua yang ia lalui hanyalah mimpi. Mimpi yang membawa tekad Yiran untuk memperbaiki dirinya, merubah nasibnya dan melepaskan cinta serta ambisinya. Wan Yiran harus melalui perjalanan yang tidak mudah~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Luzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan Upacara Perjamuan
Wan Yiran berjalan memasuki sebuah rumah pengobatan yang cukup besar. Ini merupakan rumah pengobatan milik seorang tabib ternama bermarga Kwan. Rumah pengobatan ini merupakan salah satu tempat pengobatan terbesar di ibukota kerajaan Kongqi.
Setelah berada di dalam rumah pengobatan tersebut, Yiran bisa melihat semua pegawai di rumah pengobatan terlihat sibuk melayani beberapa pasien yang datang berobat. Seorang pegawai terlihat berjalan mendekati Wan Yiran.
"Selamat datang Nona Wan. Apa ada yang bisa saya bantu? Anda ingin melakukan pengobatan atau membeli obat?" tanya pegawai tersebut setelah sudah berdiri di hadapan Wan Yiran.
"Aku ingin bertemu dengan tabib Kwan."
Pegawai tersebut mengangguk, "Mari saya antar ke ruangannya."
Wan Yiran berjalan mengikuti pegawai tersebut menuju ruangan milik Tabib Kwan. Saat berada di depan pintu sebuah ruangan, Yiran sekilas mendengar percakapan di dalam.
"Menjadi seorang tabib adalah pekerjaan yang sangat mulia nak. Dalam pekerjaan ini kita mengabdi pada seluruh masyarakat bukan hanya pada satu orang. Kejujuran adalah kunci utama pengabdian seorang tabib."
"Baik Ayah. Aku suatu saat akan menjadi tabib hebat yang bekerja dengan jujur dan setia untuk mengabdi pada masyarakat."
Pegawai yang mengantarkan Yiran segera mengetuk pintu ruangan Tabib Kwan, "Tabib Kwan. Ada yang ingin bertemu dengan anda," lapor pegawai tersebut.
"Siapa? Suruh orang itu masuk."
Setelah mendengar perkataan Tabib Kwan, Pegawai tersebut segera membukakan pintu bagi Wan Yiran dan langsung mempersilahkannya untuk masuk ke dalam ruangan.
Saat masuk ke dalam ruangan Yiran melihat seorang pria paru baya dengan beberapa helai rambutnya yang sudah memutih dan seorang anak laki-laki yang terlihat masih sangat muda.
"Pergilah ke kamarmu dan kerjakan beberapa soal tentang obat-obatan yang sudah Ayah siapkan," ucap pria paru baya tersebut pada anak laki-laki di sampingnya.
Anak laki-laki itu segera mengangguk kemudian berjalan keluar dari ruangan tersebut. Tidak lupa ia menutup kembali pintu ruangan tersebut.
Wan Yiran segera berjalan mendekati pria paru baya yang adalah Tabib Kwan pemilik rumah pengobatan ini. Ia langsung duduk di kursi yang berada di hadapan Tabib Kwan.
"Setelah tidak berhasil membujuk saya melalui pengawal yang anda perintahkan, saya tidak menyangka Nona Wan Yiran akan datang sendiri untuk menemui saya," ucap tabib Kwan sambil menyuguhkan segelas teh bagi Wan Yiran.
Wan Yiran tersenyum sambil dengan tenang menikmati teh yang disediakan Tabib Kwan. Setelah menelan semua air teh yang ada di dalam gelas, Wan Yiran meletakkan kembali gelas di atas meja dan menatap Tabib Kwan.
"Apa salahnya jika aku terus mencoba peruntunganku?"
"Saya benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran anda nona Wan Yiran. Saya sudah membuat perjanjian dengan Nyonya Wan bahwa setelah apa yang kami lakukan beberapa tahun yang lalu kami tidak akan berhubungan lagi, hal ini untuk mencegah kecurigaan oleh siapapun. Tapi bagaimana bisa anda sebagai putrinya malah mengungkit kembali masalah ini."
"Apakah Anda tidak menyesali perbuatan yang anda lakukan beberapa tahun yang lalu? Padahal anda sendiri tahu bahwa apa yang anda lakukan sudah melanggar prinsip yang anda miliki sebagai seorang tabib," Wan Yiran menatap sekeliling ruangan Tabib Kwan, "Apa anda melakukan semua itu hanya demi bisa membangun rumah pengobatan ini?"
Tabib Kwan terlihat menatap tajam Wan Yiran sambil meremas kuat gelas teh yang ada di tangannya, "Nona Wan Yiran, apa yang anda lakukan ini bukan hanya akan menghancurkan karir saya sebagai seorang tabib. Anda juga akan menghancurkan hidup keluarga anda."
Wan Yiran mengangguk mantap, tanda ia mengerti maksud perkataan Tabib Kwan, "aku sangat tahu konsekuensi yang akan ku tanggung. Bukankah anda juga seharusnya tahu bahwa sesuatu yang anda lakukan dulu suatu saat akan terungkap cepat atau lambat?"
"Nona Wan Yiran. Jika anda terus memaksa saya, maka saya akan pergi menemui Nyonya Wan untuk memberitahukan apa yang anda lakukan ini," ancam Tabib Kwan.
Wan Yiran tersenyum meremehkan, "Jika anda benar-benar pergi menemui Ibu saya atau meminta orang untuk melaporkan padanya. Maka saya akan lebih muda mendapatkan bukti kerja sama kalian Tabib Kwan. Saya akan mencari semua bukti tentang kejadian yang dilakukan Ibu saya dan anda, saya tidak akan menyerah."
Wan Yiran segera berdiri dan berjalan menuju pintu ruangan Tabib Kwan, Wan Yiran berhenti di depan pintu dan berbalik kembali menatap Tabib Kwan, "Anda memberikan ajaran yang bagus kepada Putra anda tentang prinsip menjadi tabib yang baik, namun bukankah anak anda akan sangat kecewa jika tahu Ayahnya yang sangat ia banggakan pernah melanggar ajaran dan prinsip yang ia buat. Sumpah sebagai seorang tabib yang anda lakukan dahulu hanyalah sesuatu yang sia-sia."
Wan Yiran segera berbalik untuk membuka pintu dan pergi meninggalkan Tabib Kwan yang terdiam sambil memikirkan perkataan Wan Yiran yang cukup menyakiti hatinya.
Wan Yiran berjalan perlahan keluar dari rumah pengobatan keluarga Kwan. Ia berjalan menuju kereta kudanya yang berada di depan rumah pengobatan keluarga Kwan. Saji, Li Ara dan Li Nao terlihat menunggunya.
"Bagaimana? Apa semuanya aman?" tanya Yiran pada Li Nao dan Li Ara.
"Semua aman Nona. Kami sudah memastikan bahwa tidak ada mata-mata di sekitar sini," jawan Li Nao.
Wan Yiran mengangguk tanda mengerti. Ia segera berjalan menuju kereta kuda miliknya. Saji segera membantu Wan Yiran untuk naik ke atas kereta kuda kemudian Ia dan Li Ara menyusul untuk masuk ke dalam kereta kuda.
Wan Yiran membuka jendela kereta kudanya kemudian menatap Li Nao yang masih berdiri di samping kereta kuda, "Segera siapkan beberapa hal yang aku minta. Kemudian langsung kembali ke kediaman untuk melakukan sesuai rencana," perintah Wan Yiran.
Li Nao mengangguk sebagai jawaban kemudian segera berjalan pergi meninggalkan Wan Yiran bersama Saji dan Li Ara.
"Apa kita akan pergi ke tempat lain Nona?" tanya Saji.
Yiran menggeleng, "Kembali ke kediaman. Hari ini kediaman cukup sibuk untuk upacara pemujaan besok, kita harus pergi membantu."
"Baik Nona." Ucap Saji dan Li Ara serentak.
Saji segera meminta kusir membawa kereta kuda kembali ke kediaman Keluarga Wan.
****
Wan Yiran menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Saat ini Saji terlihat sedang menata rambutnya untuk menghadiri upacara pemujaan.
Keluarga Wan hari ini akan melakukan upacara pemujaan bagi leluhur keluarga. Ayahnya tentu mengundang seluruh bangsawan di ibukota kerajaan Kongqi untuk upacara ini.
Li Ara berjalan memasuki kamar Wan Yiran, "Nona segala hal yang anda perintahkan sudah selesai dikerjakan. Kita hanya perlu menunggu," lapor Li Ara.
Wan Yiran mengangguk sambil tersenyum puas.
"Nona, kenapa anda mempersiapkan semua ini?" tanya Saji kebingungan, "bagaimana anda tahu bahwa akan terjadi sesuatu saat upacara pemujaan nanti," lanjutnya.
Wan Yiran menghela nafasnya sebelum menjawab, "hanya berjaga-jaga Saji. Kita harus memastikan keamanan selama pemujaan berlangsung," jawab Yiran.
Yiran tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa ia telah memimpikan masa depan dan mengetahui peristiwa apa yang akan terjadi saat upacara pemujaan nanti.
Setelah merasa dirinya sudah siap. Yiran segera berjalan keluar kamarnya menuju aula besar kediamannya tempat upacara pemujaan leluhur keluarganya akan dilakukan.
Sampai di tempat upacara pemujaan berlangsung, Yiran melihat sudah banyak tamu undangan yang datang. Ayahnya, ibunya serta kakaknya Wan yamin terlihat sibuk menyapa semua tamu undangan yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke kediaman mereka hari ini.
Semua orang yang sedang sibuk berbincang langsung mengalihkan pandangannya ke depan pintu aula kediaman keluarga Wan. Terlihat Putra Mahkota Kong welan bersama Pangeran Kong Wadin l.
Melihat kedatangan kedua putra Kaisar itu, Tuan Wan beserta Nyonya Wan segera berjalan untuk menyambut mereka.
"Salam yang Mulia Putra Mahkota dan Pangeran Kong Wadin. Sungguh suatu kehormatan anda berdua bisa datang ke upacara pemujaan yang diadakan keluarga kami," ucap Tuan Wan.
"Anda adalah seorang Perdana Mentri. Sudah sewajarnya kami datang kesini mewakili Kaisar," jawab Kong Welan.
Tuan Wan tertawa senang kemudian mempersilahkan Putra Mahkota dan Pangeran Kong Wadin memasuki aula, "Mari Yang Mulia Putra Mahkota dan Pangeran Kong Wadin. Upacara sudah akan dimulai," Tuan Wan mempersilahkan keduanya.
Yiran menatap Putra Mahkota yang berjalan memasuki aula bersama Ayah dan Ibunya. Pria tersebut sempat melihat ke arahnya namun segera berpaling dengan cepat dan kembali fokus berbincang dengan kedua orangtuanya.
Wan Yiran kemudian mengalihkan pandangannya ke sudut aula dan menemukan Su Yimin yang sedang berbincang bersama Jendral Muda Lin Haoran dan kedua orangtuanya.
Wan Yiran menyadari bahwa beberapa bulan ini setelah ia sadar waktu itu dirinya sama sekali tidak memikirkan perkembangan hubungan mereka berdua. Padahal dahulu Wan Yiran selalu punya cara untuk menghancurkan hubungan mereka, bahkan melakukan berbagai hal agar mereka tidak bisa bertemu. Ia bersyukur walau harus melepaskan cintanya, setidaknya ada satu hal baik yang dirinya lakukan bagi orang lain.
Putra mahkota Kong welan yang sedang sibuk berbicara dengan Tuan Wan sedikit melirik ke arah Wan Yiran. Gadis itu terlihat menatap ke sudut aula dengan tatapan datar. Saat Kong welan memperhatikan arah pandangan Wan Yiran ia menemukan bahwa gadis itu sedang menatap interaksi Jendral Muda Lin haoran dan tunangannya Su Yimin. Ia jadi mengingat laporan mata-matanya tentang Wan Yiran yang memiliki perasaan pada tunangan sepupunya itu.
"Mari kita mulai upacaranya," Ucap Tuan Wan pada semua tamu undangan.
Wan Yiran segera berjalan menuju kedua orangtuanya dan kakaknya Wan Yamin untuk memulai upacara pemujaan leluhur.
Upacara mulai berlangsung, semua orang terlihat fokus memperhatikan prosesi upacara. Tuan Wan, Nyonya Wan, Putra Mahkota Kong Welan, Pangeran Kong Wadin, serta Wan Yamin terlihat bergantian maju untuk membakar dupa.
Tiba giliran Wan Yiran untuk maju membakar dupa.
Sudah hampir tiba waktunya. Setelah aku membakar dupa mereka akan masuk, batin Wan Yiran sambil berjalan menuju tempat pembakaran dupa.
Saat Wan Yiran sudah selesai membakar dupa. Semua orang yang berada di aula kediaman keluarga Wan seketika berteriak histeris. Beberapa penyusup yang mengenakan topeng masuk ke dalam aula dan mulai menyerang semua orang.
Para pengawal kediaman keluarga Wan serta pengawal Putra mahkota dan Pangeran Kong Wadin segera memasuki aula kediaman keluarga Wan untuk melindungi majikan mereka. Pertempuran pun tidak terelakkan.
Kong welan beberapa kali mengeluarkan ilmu sihirnya untuk menyerang semua penyusup yang mengacaukan upacara. Ia menatap ke arah Wan Yiran dan menemukan gadis itu yang berdiri di dekat dupa dilindungi oleh beberapa pengawal keluarga Wan.
Wan Yiran menatap ke arah Ibunya dan melihat bahwa beberapa pengawal yang melindunginya berhasil dikalahkan oleh beberapa penyusup, "pergi lindungi ibuku," ucap Wan Yiran pada pengawal yang sedang melindunginya.
"Tapi bagaimana dengan anda Nona?" tanya pengawal itu.
"Tidak usah pedulikan aku. Aku tidak akan terluka," ucap Wan Yiran meyakinkan pengawal itu. Ia mengingat kejadian ini di dalam mimpinya, pada kejadian penyerangan di hari pemujaan keluarganya ini, ia sama sekali tidak terluka. Maka dari itu Wan yiran tidak begitu merasa takut.
Perkiraan Wan Yiran melesat. Setelah pengawal yang melindunginya pergi, dalam waktu beberapa detik sebuah panah melesat cepat ke arahnya. Wan Yiran sempat berusaha menghindar namun tidak terlalu berhasil karena panah itu mengenai bahunya. Ia segera terjatuh ke lantai dengan bahunya yang sudah terluka parah dan darah yang mengalir dengan deras.
Kenapa kejadian ini tidak seperti yang terjadi di mimpi? Aku malah terluka, batin Wan Yiran sambil menahan rasa sakit dan perih di bahunya.
"Wan Yiran," teriak Tuan Wan, Nyonya Wan dan kakaknya Su Yimin yang terkejut dan panik melihat kondisi Wan Yiran yang sudah terkena serangan anak panah.
Kong Welan segera berlari menuju ke arah Wan Yiran, "jangan tidur. Kamu harus tetap menjaga kesadaranmu Nona Wan," ucap Kong Welan padanya.
Beberapa pengawal lain terlihat berlari memasuki aula kediaman keluarga Wan, mereka adalah prajurit-prajurit rahasia milik Kong Welan. Saat kedatangan mereka dengan cepat semua penyusup yang mengacaukan upacara pemujaan dikalahkan, beberapa bahkan sudah melarikan diri.
Setelah kondisi mulai aman Tuan Wan, Nyonya Wan dan Wan Yamin segera berlari dengan panik menuju ke arah Wan Yiran yang sudah terkulai tak berdaya di pangkuan Putra Mahkota.
"Kita harus membawanya ke kamar. ia harus segera diobati," Ucap Putra Mahkota Kong welan.
"Panggil Tabib untuk datang," teriak Tuan Wan memberi perintah pada para pelayannya.
Wan Yamin segera mengambil alih tubuh Wan Yiran yang berada di pangkuan Putra Mahkota Kong welan. Ia segera menggendong adiknya itu untuk di bawa ke kamarnya agar lebih mudah diperiksa oleh tabib.
Tuan dan Nyonya Wan juga berjalan mengikuti Wan Yamin dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Kong Welan hanya menatap keluarga Wan yang sudah berjalan menjauhi aula.
"Liyang, cari tahu dalang di balik penyerangan keluarga Wan hari ini," perintah Putra Mahkota Kong Welan pada Liyang yang saat ini sudah berdiri di sampingnya.
"Baik yang Mulia."
tapi bagus si ceritanya 👍