menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
... Banyak alasan mengapa tuhan mempertemukan kita dengan seseorang. Ntah itu abadi atau hanya sekedar lewat dihidup kita🥀...
...Selamat datang diceritaku, mohon dukungan kalian. jangan lupa like,komen dan vote nya yah teman-teman. Selamat membaca😚...
Seseorang yang Sedang tertidur mulai mengulat tubuhnya. Dan perlahan gadis itu membuka mata nya yang terasa lengket.
Rasa kantuk nya mulai menghilang, dia menguap sembari bangun dari tidurnya. Dilihat kearah balkon ternyata langit sudah berwarna gelap.
Dengan mata sayup dia melirik kearah jam dinding yang menunjukan pukul 20.00 malam.
"Astaga gua ketiduran". Gumamnya sambil memegangi kepalanya
"Aduhh kok pusing yah". Lirih nya
Aerin bangkit dari tempat tidurnya menuju kekamar mandi hanya sekedar membasuh wajah dan sikat gigi.
Tak lama dia turun ke lantai bawah karna perutnya yang terasa lapar. Dilihatnya sekeliling seperti mencari seseorang.
"Non udah bangun". Ucap bi Tuti dari arah dapur
"Bi papah mana?" Tanya Aerin menduduki dirinya
"Habis makan tadi tuan langsung pergi non". Jawab Bi Tuti
"Loh keluar kemana bi? Katanya papah cape kok udah malem gini malah keluar?" Tanya Aerin lagi heran
"Bibi gak tau non, yasudah sekarang non makan gih".
Tanpa mempertanyakan lagi Aerin memilih fokus pada makannya.
*****
"Mih". Panggil pelan dengan mulut penuh Makanan.
"Hmm". Singkatnya tanpa menoleh ke arah putranya
"Tadi ada yang ngirim mami paket". Katanya sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan amplop putih dan menyodorkannya pada wanita yang ada didepannya
"Nih mih, maaf karna Gavi kepo jadi Gavi liat isinya. Tapi waktu dibuka cuman ada amplop ini aja". Ucapnya
Sarah mengambil amplop yang disodorkan oleh Gavi. Raut wajahnya bingung. "Mami dapet paket dari siapa?" Tanya sang suami
Sarah menoleh sebentar dan menggelengkan kepalanya. Lalu memfokuskan lagi pada Gavion
"Apa ini Gav? Terus kiriman paket dari siapa?" Tanya Sarah
"Gak tau mih, gak ada nama pengirimnya juga, bentukan kotaknya aja pake kertas kado".
Sarah dan suami saling pandang seperdetik. Lalu dengan penasaran Sarah mulai membuka isi amplop tersebut.
Tentu saja expresi Sarah sama halnya dengan Gavion. Bingung, heran itulah yang rasa.
Isinya sama dengan apa yang Gavi baca. "Pih liat". Sarah mengarahkan tulisan itu pada suami.
"(Lama tak berjumpa) Apa maksud nya mih? Dari siapa ini?" Tanya suami setelah membaca isi surat singkat itu
"Mami juga gak tau, ded kok mami jadi takut yah, apa mungkin dia berhasil nemuin mami". Ucapnya cemas
Gavi yang sedang makanpun menghentikan dan menatap orang tuanya dengan raut wajah bingung. "Nemuin? Dia? Maksud mami sama Deddy apa?" Tanya heran Gavion
Kedua orang tua Gavion spontan menoleh. "Gak sayang, gak ada apa² udah lanjutin aja makannya. Mungkin surat ini hanya salah alamat". Kata Sarah gelagapan
Gavion yang terus menatap orang tuanya penuh curiga namun dia memilih diam.
"Kayanya ada yang disembunyiin dari gua". Batin Gavi
"Gavi udah selesai makannya". Ucapnya lalu beranjak meninggalkan orang tuanya dimeja makan
Didalam kamar, fikirannya begitu banyak menimbulkan beberapa pertanyaan yang sama sekali dia tidak tahu jawaban nya.
Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa yang ada didalam kamarnya menggunakan tangan sebagai bantal sambil menatap langit-langit kamar.
"Maksud nemuin apa? Apa mami sama Deddy bener² nutupin sesuatu dari gua. Surat misterius itu, juga perkataan mami, dan raut wajah juga kenapa sebegitu panik". Gavion bermonolog
Disini lain//
"Ded gimana, mami takut orang itu berhasil nemuin mami". Ucap nya takut sambil menatap suaminya yang sedang berdiri Deket jendela menatap kearah luar
Burhan menoleh pada sang istri yang tengah duduk diranjang dengan wajah panik. Dia menghampiri sang istri lalu dipeluk nya. "Mami tenang aja yah, Deddy akan secepat mungkin nemuin siapa pelaku yang ngasih surat ini. Dan kita juga belum bisa mastiin surat ini dari dia atau bukan".
Sarah yang merasa tenang. Sekarang baginya tidak ada yang harus ditakuti. Karna dia sudah memiliki suami yang begitu menyayangi dan menjaganya juga seorang putra yang hebat dan berani.
•
•
•
Tok tok
"Gavi bangun udah siang ini". Panggil seseorang dari balik pintu
Merasa tak ada jawaban Sarah langsung membuka pintu kamar anaknya.
Seseorang yang masih di lilit dengan selimut dan masih berjalan jalan dialam mimpi membuat Sarah mendesah kasar menatap putranya.
"Gavion ayo bangun, kamu harus sekolah". Panggil Sarah sambil membuka gorden kamarnya agar cahaya pagi bisa masuk kedalam kamar
"Eemmm..." Bukannya bangun justru Gavin berbalik badan dan menarik selimut nya sampai ke kepala
"Ya tuhan anak ini, Gavion ayo bangun liat itu udah jam berapa". Panggil Sarah lagi berusaha menarik selimutnya
"5 menit lagi mih". Ucapnya dengan suara khas bangun tidur sambil menahan selimut yang berusaha ditariknya
"Gak ada, cepet bangun! Kan mamih udah bilang kalo sekolah gak boleh begadang". Sarah mendecak kesal dengan paksa Sarah menarik tangan Gavi hingga membuat nya terbangun walau dengan mata masih terpejam
"Buruan mandi sana! Ntar telat lagi".
"Hmm".
Sarah meninggalkan Gavi yang masih terduduk dengan mata ngantuk. Bukannya bangun Gavi meniduri nya kembali dan ternyata Sarah belum sepenuhnya pergi.
"GAVION!" Teriak Sarah dari ambang pintu membuat Gavi tersentak dan langsung bangun
"Iya ini bangun". Ucap nya setelah kaget mendengar teriakan sang mamih
Dengan tubuh tergontai Gavi berjalan kearah kamar mandi.
"Aish anak ini kalo belum di teriakin mamih nya belum bangun". Sarah mendengus berat lalu meninggalkan Gavi setelah melihatnya sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Dimeja makan Gavi dan kedua orangtuanya sedang sarapan bareng.
"Oh iya Gav, Deddy denger hari ini sekolah kamu guru-guru nya akan mendatangkan sebuah acara ke kantor pendidikan, dan mungkin pelajaran kamu cuman sampai siang aja". Ucap Burhan
"Bener ded?" Tanya Gavi sedikit antusias
"Ets! Tapi Deddy punya tugas buat kamu".
"Tugas apa?" Kata Gavi bingung
"Selepas pulang sekolah Deddy minta tolong sama kamu untuk datang ke perusahaan Deddy yang ada dibandung, Deddy minta tolong cek kin karyawan disana nanti kamu minta bantuan aja sama ilham". Pinta Burhan sambil melahap makanannya
"Lah kan udah ada sekretaris deddy disana , terus karyawan Deddy juga kan banyak kenapa harus aku". Seru Gavion
"Deddy mau nya kamu, kan itung² kamu belajar
Siupaya bisa nerusin perusahaan Deddy, jangan tau nya maen aja kamu itu".
"Tapi ded-" ucapnya terpotong
"Gak ada tapi tapian, lagian cuman ngecekin karyawannya aja gak disuruh kerja kan".
"Yang dibilang Deddy bener, kamu kan bentar lagi lulus sekolah dan kamu anak satu-satunya pasti semua warisan akan jatuh ketangan kamu termasuk kamu harus bisa memegang perusahaan". Sahut Sarah
Gavion mendecik pelan dia merunduk kembali memakan makanannya. "Iya". Jawabnya pelan
*****
Di lain tempat pun Aerin yang sedang bersiap-siap juga. Dengan lemas dia terus merapihkan dirinya.
"Aduh kok pusing yah". Lirih Aerin memegangi kepalanya
Dipaksaan Aerin terlihat biasa saja dan turun ke lantai bawah.
Setelah beberapa menit Sesampainya disekolah Aerin tampil seperti biasanya. Murung, cemberut dan datar itulah gambaran Aerin sekarang jika di sekolah atau diluar.
Skip//
Kring...3×
"Loh kok bel nya 3 kali?" Kaget Claudia
"Untuk semua siswa siswi SMA Lentera Bangsa hari ini semua guru akan ada acara di kantor pendidikan, jadi kalian dipulangkan lebih awal. Tapi inget jangan keluyuran disaat kalian masih memakai seragam sekolah. Terima kasih" begitulah isi pengumuman speaker sekolah
"HOREEE....." Seru satu kelas dengan senang
Karna jarang² mereka pulang secepat ini.
"Eehh gimana kita jalan-jalan dulu yuk". Usul Elena pada yang lain
"Waah ide bagus tuh, gimana Dar?" Tanya Claudia pada Dara
"Boleh, Rin lu ikut yah". Ajak Dara
Aerin menatap 3 temannya dengan tatapan menunggu jawaban darinya.
"Gak gua ada acara". Bohong Aerin
"Yahhh, acara apa Rin?" Melas Claudia
"Ada lah".
"Yaudah lah kapan² aja kita jalan bareng nya yah, kalo gitu kita duluan yah Rin". Seru Dara yang meninggal kan Aerin dan kedua temanya yang berdadah dadah pada Aerin.
Aerin menghela nafas nya panjang, dia bukannya berniat ingin berbohong cuman hari ini keadaanya sedang tak sehat jika dia hanya menolak karna dasar malas pasti
teman-temannya akan memaksa terutama Claudia dan Elena.
•
•
•
"Gav mau kita temenin ke bandung gak?" Tawar Aidan saat tahu Gavi mendapat tugas dari bokapnya untuk pergi kebandung
"Iya Gav kalo mau mah kita anter". Sahut Keano
"Gausah, gua bisa sendiri. Yaudah gua duluan yah". Pamit Gavi mulai melajukan motornya
"Hati-hati bro!" Teriak Alvin
•
•
•
Sesampainya Aerin dirumah dia menatap heran pada mobil papahnya yang sudah ada dirumah. Kemana saja sejak semalem tak pulang , itu membuat Aerin bertanya tanya.
Sesaatnya Aerin memasuki rumah, dia tersentak kaget pada seseorang ber lain jenis sedang duduk di sofa ruang tamu sambil berpegangan tangan.
"Ehh Aerin sayang udah pulang". Sambut Tama menghampiri Aerin yang terpaku diam.
Tanpa menjawab Aerin menatap seseorang yang ada disamping papahnya. Seorang gadis yang menurutnya umurnya tak jauh dari dirinya. Aerin melirik tanganya melingkar ditangan papahnya. Dia menatap gadis itu dengan tajam dan dingin sedangkan wanita itu tersenyum pada dirinya.
Tama yang menyadari tatapan Aerin pada orang yang sudah menjadi kekasihnya nya itu.
"Oh Aerin kenalin ini mba Ratu pacar papah".
Deg!
Mata Aerin membulat sempurna, dia merasa terkejut dengan penuturan sang papah barusan.
"Pacar". Batin Aerin
"Halo sayang". Sapa nya ramah, gadis itu menjulurkan tangannya untuk bersalim pada Aerin
"Aerin!!" Bentak pak Tama saat Aerin menghempas kuat tangan Ratu yang tak lepas dari tatapan tajamnya.
"Aerin yang sopan sedikit!" Pekik Pak Tama
"Maksud papa apa? MAKSUD PAPAH APA? APA PAPAH BERNIAT MAU GANTIIN POSISI MAMA? IYA!?" Bentak Aerin dengan oktaf tinggi
"JAGA BICARA KAMU AERIN!" Sarkas Tama tak kalah emosi
"AKU GAK SUDI PAH! KALO POSISI MAMAH DIGANTIIN! INGET PAH GAK ADA YANG BOLEH GANTIIN MAMAH SAMPAI KAPAN PUN-!!". Ucapan Aerin tergantung dia menatap tajam wanita yang ada dibelakang papah nya.
"Mba emang gak ada lelaki lain apa? Liat usia kalian aja beda jauh! Kamu itu pantesnya jadi anak bukan jadi istri-.... Atau, jangan-jangan mba wanita murahan yang hanya mencari harta duda kaya gitu!"
Plak!
Aerin menoleh kesamping dengan mata melotot. Tak percaya untuk pertama kalinya dia mendapatkan keras fisik hingga menampar Aerin dengan begitu kuat oleh seorang yang selama ini dia panggil papah.
Pedas dan perih menjulur di pipi nya. Ratu pun ikut tersentak kaget saat Tama menampar anaknya didepan dirinya.
Dengan tangan sedikit gemetar Tama menatap tanganya yang sudah lancang menampar pipi putrinya.
"Papah nampar aku?" Tanya Aerin dengan gemetar.
Airmatanya sudah jatuh keluar. "Sayang maafin papah, papah reflek sayang". Kata Tama menyesal sambil berusaha memegang pipi Aerin
Dengan kesal Aerin menghindar dan menghempaskan kuat tangan papahnya. Aerin menggeleng cepat dan terus memegangi pipinya.
"Papah jahat, papah sekarang berani nampar aku, hanya karna perempuan ini!" Tangis Aerin
"Sayang maafin papah". Tanpa menjawab Aerin justru berlari keluar dengan kondisi menangis.
"Aerin, sayang maafin papah nak, AERIN". teriak Tama menatap anaknya yang lari keluar.
"Kamu kelewatan mas". Ucap Ratu
"Iya aku tau, tapi semua itu tanpa kesadaran aku". Jawab Tama dengan menggusar kasar
"MANG YONO!!" teriak Tama menggema.
Seorang berseragam hitam masuk tergesa-gesa setelah mendengar panggilan dari dalam.
"Liat Aerin tadi lari kan?" Tanya Tama
Mang Yono mengangguk pelan "Liat tuan".
"Terus kenapa gak dikejar?" Tanya Tama mulai kesal
"Tadi sudah dikejar sama pak Wahyu tuan". Jawabnya
Tak lama seorang berseragam satpam yang terenggah enggah masuk menghampiri.
"Maaf tuan, saya kehilangan Enon Aerin, soalnya tadi dia lari nya cepet banget tuan".
"Aakkhh!! Saya gak mau tau, pokoknya kalian harus cari Aerin sampe ketemu". Titah nya
4 orang pekerja sebagai penjaga dirumah Tama semua bergerak sesuai arahan.
Sedangkan itu Aerin yang sudah menaiki taksi yang entah kemana tujuannya. Didalam mobil dia berusaha menahan tangisnya agar tidak dilihat oleh sang supir.
Namun kenyataan nya itu sulit, Aerin yang tak bisa lagi menahan dia menangis walau tanpa suara dan menatap kearah jendela saja.
Mungkin sang supir menyadari tapi dia ingin menjaga privasi pelanggan nya dan tidak untuk bertanya.
*****
"Bagaimana den, apa ada yang ingin ditanyakan lagi?" Ucap seorang berseragam jas rapih
"Sebenernya saya gak paham pak, sama yang namanya tentang perusahaan tapi gak tau kenapa Deddy selalu menyuruh saya buat ngecek kantornya". Decik nya pelan
Gavion yang sedang ditugaskan untuk mengecek kantor papahnya yang bercabang dibandung. Kantor itu Burhan titipkan pada orang kepercayaan dari nya untuk mengurus semua.
Ilham selaku tangan kanan pak Burhan untuk menghendl kantor yang ada dibandung. Saat ini dia sedang menemani Gavion untuk belajar tentang perusahaan.
Mendengar keluhan Gavi Ilham terkekeh kecil sambil menggeleng pelan kepalanya. "Wajar saja den, karna kan tuan Burhan juga sudah tua akan ada masanya beliau pensiun, jadi siapa lagi yang akan nerusin perusahaan kalo bukan anaknya sendiri". Kata Ilham
"Emang bener sih pak". Gavi menatap arloji yang melingkar ditangan kanannya. Dilihat nya sudah menunjukkan pukul 16.00 sore.
"Yaudah kalo gitu pak, saya pamit pulang dulu soalnya mendung takut nya belum sampe jakarta malah keujanan dijalan". Pamit Gavion
"Baik den hati-hati dijalan".
Gavi mulai menghidupkan motornya, setelah berpamitan Gavi melajukan motornya. Jarak dari bandung ke jakarta hnya membutuhkan 2 sampai 3 jam perjalanan jika cepat. Itu otomatis Gavion akan sampe jakarta malam hari.
JGEERR!!
suara gemuruh dari langit yang tiba-tiba saja.
Tik tik tik.....
Perlahan rintikan hujan mulai turun hingga menjadi deras.
"Shit! Harus neduh dimana ini?" Gumam Gavion yang tiba-tiba saja perjalannya diguyur hujan yng langsung deras.
Nyittt.....
Gavi mengerem dadakan motornya di tempat halte bus, yang kebetulan tempat itu sepi. Tanpa melepas helmnya Gavion langsung berlari untuk berteduh.
"Siall untung baru separo basahnya, ini lagi kenapa ujan tiba² langsung gede". Dumel Gavion syang memperhatikan sebagain baju dan celananya sudah basah.
Kini kota bandung diguyur hujan deras. Padahal jam masih jam 16.30 tapi cuacanya begitu gelap karna mendung hujan
Gavion menatap jalanan dan orang yang masih menerjang hujan menggunakan baju hujan.
Gavion berkeliling melihat sekitar, halte yang diduduki oleh ya terlihat sudah usang. Saat menoleh kebelakang ternyata belakang halte ini adalah tempat pemakaman dan tak sengaja Gavion menatap seorang cewek tengah duduk hujan-hujanan dekat makam dan masih menggunakan seragam sekolah.
"Itu cewek ngapain hujan-hujanan disitu". Gumam Gavion menatap punggung gadis itu.
Gadis itu adalah Aerin. Tujuan nya tadi ternyata mengunjungi makam mamahnya.
"Mah, maafin Aerin yah karna udah lama gak jemput mamah". Lirih nya
Tak peduli hujan yang mengguyur tubuhnya, tak peduli tatapan orang yang menatapnya.
"Mah..." Suaranya tercekat dia tertunduk begitu sesak untuk berucap dan sesekali mengusap wajahnya akibat terkena guyuran hujan.
"Mah, papah jahat, Aerin gak mau kalo posisi mamah diganti. Sampai kapan pun Aerin gak iklas mah". Tangisnya tersedu-sedu
"Sekarang papah udah berani nampar aku mah, papah sekarang benar-benar berubah. Mah tolong jemput Aerin mah, Aerin mohon". Tangisnya semakin pecah sambil memeluk makam tersebut.
Aerin merasa air hujan itu tak mengenai dirinya lagi. Dia bangkit dan menatap seseorang yang menghampiri dengan menutupi dirinya dengan jaket.
Flashback on
Gavion yang sedari tadi memperhatikan gadis itu terus duduk tanpa ada pergerakan sedikit pun
.
"Kok itu cewek kaya gua kenalan yah". Gumam Gavion
"Kaya...." Gavion mengingat-ingat
"Aahhh iya, itu kan anak baru itu, sih Aerin ngapain dia bisa sampe ke bandung. Terus makam siapa yang dia tangisi?".
Dari punggung Aerin terlihat jelas naik turun karna mungkin tangisnya yang tersedu-sedu.
"Gua samperin aja lah". Gavion beranjak dengan hujan-hujanan mulai berjalan menghampirinya.
Dari jauh wajah Aerin mulai jelas dipenglihatan Gavion.
Sebelum menghampiri Gavi membaca nama yang tertulis di nisan.
Mulai merasa tak tega Gavion mendekat dan menutupi Aerin dari hujan menggunakan jaket.
Flashback off
"Elo gak liat ini hujan". Ucap Gavi
Aerin menatap cowok itu, dia mulai mengingatkan kalo dia cowok satu sekolahnya yang pernah menjegatnya bersama kawan-kawan.
Tak ada jawaban Gavi berjongkok disamping Aerin. Terlihat sekali wajah Aerin yang pucat dan mata bengkak akibat terlalu lama menangis.
"Lebih baik neduh dulu, nanti elo sakit gimana?" Kata Gavion mulai mengkhawatirkan
Perkataan mereka terbantu oleh air yang terus mengguyur dan mengenai wajahnya, hingga membuat Meraka harus sedikit berteriak agar suaranya terdengar.
"Siapa Lo! Peduli banget sama gua". Ujar Aerin dengan suara serak dan gemetar
"Gua teman sekolah elo". Aerin terdiam
"Ayo neduh dulu". Paksa Gavion
"Gak mau! Lagian gak ada yang nyuruh lu buat kesini nyamper gue". Cetus Aerin
"Gua tau, tapi gua ngeliat kalo tubuh elo udah menggigil". Merasa tak dijawab Gavion mendengus nafas berat
"Gua gak tau makam siapa yang Lo tangisin, tapi siapapun itu pasti bakal sedih kalo ngeliat elo kaya gini. Ayok neduh dulu yuk". Ajak Gavion lagi
Dengan kepasrahan Aerin menurut. Keduanya duduk dihalte dengan keadaan sudah basah kuyup.