Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Patah
Hatinya berdesir hebat dan jantungnya berdetak sangat kencang akibat dari melihat keakraban keduanya seperti sepasang kekasih. Jiwa Lili seakan hatinya diremas-remas dan ditusuk pisau tak kasat mata karena melihat pemandangan itu. Walaupun tak tahu hubungan keduanya itu apa, namun bisa dilihat itu lebih dari seorang teman.
"Ayo Kei kita ke kantin" ajak Arlin pada anaknya yang masih sibuk dengan cemilannya.
Arlin sangat penasaran dengan apa yang selama ini dilewatkannya selama dirinya berada di tubuh ini. Menurut tanggal yang ada di ponselnya, ini hanya masih selang beberapa hari dari kejadian kecelakaan Lili waktu itu. Ada kemungkinan mereka baru dekat setelah dirinya kecelakaan.
Ia ingin menyusul kedua sejoli itu ke kantin karena mereka berjalan kearah sana. Sedangkan Kei kini langsung turun dari kursi taman kemudian membereskan semua cemilannya juga diletakkan pada tas. Arlin segera meletakkannya diatas pangkuannya kemudian menggunakan tangannya untuk menjalankan kursi rodanya. Beruntung jalan dari taman ke kantin itu tak ada undakannya sehingga bisa lancar saja kalau kesana.
"Tita uduk mana mama?" tanya Kei dengan sedikit celingukan mencari tempat duduk kantin yang kosong.
Benar saja, semua kursi kantin sudah penuh. Memang kebiasaan mahasiswa disini, walaupun masih pagi namun sudah nongkrong di kantin untuk sarapan. Lili pun dulu juga mempunyai kebiasaan seperti itu.
"Ayo disana saja. Itu masih cukup kalau cuma untuk kita" tunjuk Arlin pada salah satu meja yang cuma diduduki oleh dua orang saja.
Kei pun menganggukkan kepalanya kemudian mereka menuju ke arah dekat pepohonan. Bersyukurnya mereka bisa duduk disamping dua orang yang sengaja Arlin ikuti. Mereka juga takkan tahu kalau dirinya ini adalah Lili karena memang wajahnya dengan Arlin ini tak sama.
"Permisi, boleh kami ikut duduk disini. Soalnya semua tempat duduknya penuh" ucap Arlin meminta ijin.
Sontak saja keduanya menganggukkan kepalanya kemudian dengan segera Arlin mengangkat Kei untuk duduk diatas kursi. Beruntung kursi rodanya ini bisa dikunci sehingga tak biaa bergerak sendiri saat dirinya mencoba mengangkat anaknya agar bisa duduk sendiri.
Arlin memanggil seorang pelayan yang memang ditugaskan disana. Ia memesan beberapa makanan untuk dia dan anaknya. Bahkan dua orang yang diincarnya itu asyik dengan dunia mereka sendiri tanpa mempedulikan kehadirannya dan Kei. Walaupun mungkin mereka juga bingung dengan kehadiran seorang wanita dengan anak kecil bersamanya di lingkungan kampus.
***
"Kamu nggak ada niat buat jenguk Lili?" tanya seorang gadis yang tak lain adalah Nada, sahabat Lili.
Mendengar namanya disebut, Arlin langsung saja memasang telinganya lebar-lebar. Ia tak ingin sampai kehilangan satu informasi pun mengenai ini. Terlebih hubungan mereka yang masih membuatnya begitu penasaran. Arlin pura-pura memakan baksonya dengan begitu fokus sambil menyuapi Kei.
"Enggaklah... Ya kali gue jenguk dia di rumah sakit, yang ada nanti kamu malah cemburu lagi" ucap Rio sambil mencubit kecil dagu Nada.
Nada terlihat tersenyum malu-malu saat diperlakukan seperti itu oleh Rio. Sedangkan Arlin sendiri yang sedari tadi mencuri pandang kearah keduanya menatap tak percaya adegan itu. Sekarang Arlin sudah sangat yakin kalau memang keduanya itu ada sesuatu yang disembunyikan. Bahkan hubungan mereka lebin dari teman.
Namun ada yang Arlin bingung, pasalnya selama ia kenal dengan keduanya tak pernah yang namanya mereka menunjukkan kedekatannya. Bahkan saat bertemu antara dia dan keduanya itu pun mereka seakan tak kenal satu sama lain.
"Tapi kalau kamu nggak jenguk dia, bisa saja malah kamu pada dicurigai lho kalau yang sebenarnya nabrak Lili itu kamu" ucap Nada dengan setengah berbisik.
Bahkan Nada melihat kearah sekeliling kantin dan juga dirinya untuk memastikan bahwa semuanya aman. Setelah semuanya dirasa aman, keduanya kembali fokus dengan perbincangan itu.
Sedangkan Arlin sendiri tampak shock mendengar apa yang dibahas keduanya. Tak menyangka ia jika yang menabrak dirinya itu adalah kekasihnya sendiri. Jantungnya berdetak dengan hebatnya bahkan kini pikirannya sangat linglung.
Selama ini hubungan keduanya baik-baik saja bahkan jarang sekali ada pertengkaran. Hatinya begitu sesak mendengar fakta yang membuat hatinya patah ini. Padahal ia sebelumnya berpikir kalau kecelakaannya ini murni karena kesalahan dirinya yang sangat ceroboh. Namun ternyata ada penyebab yang membuatnya sudah tak bisa berkata-kata lagi.
"Enggak akan. Lagi pula aku pakai plat palsu juga mobilnya udah ku jual. Semuanya aman, lagian itu mobil keluaran lama jadi banyak yang punya. Polisi pasti akan kesusahan nyarinya juga" ucap Roy dengan yakin.
Nada menganggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Roy. Arlin sendiri harus menata hatinya dan kewarasannya sendiri agar bisa terus berpikir positif. Beruntung tadi dengan sigap ia menyalakan perekam suara pada ponselnya yang bisa dijadikan bukti suatu saat nanti.
"Lalu sampai kapan kita menyembunyikan hubungan kita dari Lili? Kita sudah pacaran satu tahun lho masa sembunyi-sembunyi terus. Nggak enak tahu lihat kalian berduaan didepanku" kesal Nada menuntut kejelasan dari Roy yang ternyata adalah kekasihnya.
Fakta yang baru saja didengar oleh Arlin itu benar-benar mengoyak hatinya. Ia tak menyangka jika kekasihnya itu mengkhianatinya dengan berpacaran bersama sahabatnya sendiri. Nada yamg kelihatannya baik dan mendukung hubungannya dengan Roy ternyata hanya sebuah kedok saja agar ia percaya padanya.
Rasanya hatinya bagai diiris pisau tajam bahkan kini sebelah tangannya sudah terkepal dengan erat. Ia tak menyangka dua orang yang selama ini menjadi sandarannya itu ternyata mengkhianatinya. Kalau saja ia mengetahui fakta ini saat masih berada di tubuh aslinya, pasti ia akan langsung mendatangi keduanya kemudian menampar dan menonjok wajah mereka.
Satu tahun mereka berdusta dan bersandiwara di belakangnya. Hebat... Sangat hebat keduanya bisa menutupinya hingga satu tahun lamanya. Arlin pun mencoba menghela nafasnya pelan agar biasa menguasai emosinya terlebih disini ada Kei.
"Sabar... Aku sebenarnya juga ingin lihat dia segera mati. Tapi kita masih butuh dia buat ngerjain skripsi kita berdua lho" ucap Roy mengatakan tujuannya.
"Kalau kau butuh untuk Lili ngerjain skripsimu kok malah kamu tabrak sih, aneh deh" kesal Nada.
"Itu sebenarnya karena aku emosi saja dia menolak perintahku mengerjakan penelitian skripsiku" ucap Roy sambil mengacak rambutnya kasar.
Roy dan Nada memang satu jurusan yaitu kimia murni. Sedangkan persahabatan ketiganya itu sudah terjalin sejak SMA. Sebelum Roy pergi ke luar negeri, memang Lili dan Roy sempat bertengkar karena ia enggak mengerjakan skripsi milik kekasihnya itu. Selain sibuk dan pusing dengan skripsinya sendiri, ia juga tak ingin kekasihnya itu terlalu bergantung padanya. Ia khawatir jika saat ujian nanti malah Roy tak bisa menjawab apa yang ada dalam skripsinya.